Di sebuah salah satu Rumah Sakit besar yang berada di ibukota, terlihat seorang pria tengah duduk sambil menggenggam erat seseorang yang terbaring lemah di atas brankar.
Hari-hari yang pria itu lalui begitu sulit, lantaran wanita yang ia cintai tak sadarkan diri. Karena sebuah tragedi kecelakaan beruntun yang menimpa sang istri, wanitanya di nyatakan koma selama 1 tahun ini.Akibat kecelakaan beruntun itu, sang istri hampir saja kehilangan nyawa jika tidak segera di tangani. Saat kecelakaan itu, hanya menewaskan sopir yang sedang mengantar istrinya.Rasa sesal kian mendera diri, ia hanya mampu berandai-andai saja sekarang ini.Andai istrinya tidak menyusul ke kantor, mungkin dia tidak akan mengalami kecelakaan dan sekarang masih bersama dengannya. Grisella Anastasia, istri tercintanya. Yang pada saat itu mengalami kecelakaan saat sedang di perjalanan menuju kantornya.Farraz hanya bisa menunggu dan menunggu sang istri yang tak kunjung membuka mata, nyawa istrinya antara hidup dan mati selama ini. Tidak ada bosannya ia menyempatkan waktu untuk menjenguk istrinya, bahkan selalu bermalam di sana karena tidak mau berjauhan dengan istrinya.Farraz Arsawijaya, seorang pria yang kini berusia 28 tahun itu sedang memeluk tubuh Grisella yang tampak tak berdaya. Melihat kondisi istrinya, Farraz benar-benar terpuruk.Satu tahun sudah istrinya mengalami koma, masih belum ada tanda-tanda bahwa Kondisi istrinya membaik. Setiap kali ia berkunjung, tidak ada yang berubah, Grisella masih di nyatakan koma dalam waktu yang lama."Bangunlah Grisella ... aku sangat merindukanmu!" Farraz mencium puncak kepala Grisella dengan waktu yang lama, seolah tidak rela jika harus di lepaskan."Apa kau tidak merindukanku? Bangunlah, sudah 1 tahun kau tertidur, apa kau mau menyiksaku dengan kerinduan ini, Grisella?" Farraz terus meracau di samping wajah istrinya.Ia terus mengajaknya berbicara, berharap Grisella bisa bangun dan membuka matanya. Satu tahun sudah Farraz lewati, hari-harinya tidak menyenangkan lantaran sang istri masih dalam kondisi sama.Farraz dan Grisella sudah menikah sejak 3 tahun lamanya, awal mula mereka bertemu ketika Grisella menolong Farraz karena waktu itu dia mengalami kecelakaan saat keluar kota.Bagi Farraz, Grisella itu bagaikan malaikat penolong. Jika saat itu tidak ada Grisella, ia tidak akan hidup sampai sekarang. Karena pertemuan itulah, Farraz jatuh hati pada wanita blasteran itu. Keduanya semakin dekat dan akhirnya memutuskan untuk menikah.Walaupun sudah menikah 3 tahun, mereka masih belum di karuniai seorang anak. Bagi mereka itu tidak masalah, hidup bahagia bersama saja sudah cukup. Ya terkadang sang keluarga menuntut untuk meminta keturunan.Apalagi sang Ayah, yang tak henti-hentinya menuntut mereka agar segera memiliki keturunan. Mereka juga tidak tahu, kenapa selama itu mereka belum di karuniai seorang anak.Padahal mereka melakukannya hampir setiap hari dan saat pemeriksaan kesuburan, keduanya subur, tidak ada kemandulan yang di derita dari salah satunya.CeklekSuara pintu di buka membuat Farraz menoleh ke sumber suara, sontak ia menjauhkan tubuhnya karena ada Dokter dan Suster yang akan memeriksa.Dokter Liam, ia merupakan Dokter muda dan terbaik di Rumah Sakit besar ini. Ia juga di tunjuk oleh Farraz agar selalu memeriksa istrinya. Dengan senang hati Dokter Liam mengiyakan.Di ibukota ini, siapa yang tidak mengenal Farraz Arsawijaya? Sebuah penghargaan besar bagi Dokter Liam di percayakan oleh pria bertubuh jangkung tersebut.Farraz Arsawijaya merupakan putra tunggal Aryan Arsawijaya. Sang Ayah merupakan seorang pengusaha di berbagai bidang. Arsawijaya Corparation nama perusahaan besar yang didirikannya. Tidak hanya di ibukota saja, Arsawijaya Corparation memiliki cabang di kota besar lainnya.Tidak hanya itu saja, Arsawijaya family juga mempunyai bisnis yang bergerak di bidang pembangunan, properti dan juga perhotelan yang tersebar di seluruh kota dalam Negri.Itulah mengapa, keluarga Arsawijaya sangat terkenal di penjuru Indonesa dan banyak di segani oleh masyarakat, mereka juga berasal dari keluarga berada dan terpandang."Selamat siang, Pak Farraz," sapa dr. Liam sembari berjabat tangan."Ya, siang Dok," balas Farraz, menerima jabatan tangan Dokter muda itu.Beberapa hari ini Farraz di sibukkan oleh pekerjaan kantor, sehingga ia baru bisa datang dan menjenguk istrinya di sini."Lama tidak bertemu, anda kemana saja Pak Farraz?" tanya dr. Liam."Ada sedikit urusan. Itulah sebabnya aku tidak datang. Oh ya, bagaimana keadaan istriku? Apakah sudah ada perkembangan?" Farraz berbalik tanya. Ia tidak mau berbasi-basi.Dokter Liam tertawa kecil. Baginya, Farraz Arsawijaya itu sosok dingin, kejam dan arogan, dia tidak bisa melawan karena wajah dinginnya teramat menyeramkan."Sebentar Pak. Aku akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu." Farraz hanya bergumama sebagai jawaban.Di samping brankar sang istri, sekujur tubuhnya menegang saat dr. Liam melakukan pemeriksaan. Dia penasaran, apakah pemeriksaan hari ini ada perkembangan atau tidak.Dia harap, kondisi istrinya ada perkembangan.Kala Dokter muda sudah selesai memeriksa dan melepaskan stetoskop di telinganya, Farraz tidak sabar untuk mendengarkan penjelasan sang Dokter."Bagaimana?" Sontak Farraz langsung bertanya.Sang lawan bicara tidak langsung menjawab, melainkan terdiam beberapa saat. Netranya menatap Grisella yang menggunakan nebulizer di hidungnya."Maaf Pak Farraz. Pemeriksaan hari ini masih sama dengan pemeriksaan sebelumnya. Bahwa tidak ada perubahan pada Bu Grisella, keadaannya Bu Grisella masih sangat lemah," papar dr. Liam. Sedikit waspada, takut jika Farraz akan mengambuk dan menghajarnya jika mendengar kabar yang sama setiap harinya.Hembusan napas pasrah Farraz keluarkan, dia tidak mengamuk seperti biasanya. Sekujur tubuhnya lemas dan ia terduduk di kursi. Mengusap wajahnya dengan kasar, dia sangat putus asa jika terlalu lama menunggu Grisella membuka mata."Lakukan yang terbaik. Anda boleh keluar, Dok," ujar Farraz sekenanya. Sebab, yang ia inginkan berdua dengan Grisella.Tanpa membantah ucapan Farraz. Dokter Liam dan Suster itu keluar dari ruangan. Hanya menyisakan mereka berdua.Sebenarnya Farraz sedang ada masalah di rumahnya, ia tidak mau menguras tenaga dan melampiaskan amarahnya di sini.Dia juga malas untuk pulang, jika dia pulang pasti ia akan menerima tekanan. Dia paling muak jika dirinya di atur, padahal dia sendiri bisa menjalani hidupnya sendiri."Grisella, aku hanya mencintaimu dan akan selalu mencintaimu.""Bangunlah, agar kita bisa berbahagia bersama seperti sedia kala."Bibir Farraz terangkat, membentuk sebuah senyum simpul. Netra matanya menatap sendu ke arah wajah pucat Grisella yang terhalang oleh nebulizer di hidungnya. Sudah 1 tahun ini, alat medis itu melekat di hidung bangir Grisella.Karena sebentar lagi ia akan kembali ke kantor, dia harus memuaskan diri dengan istrinya dulu. Setelah waktunya jam makan siang, Farraz menolak makan siang di kantor dan memilih untuk datang ke sini.Hanya menemui dan melihat Grisella membuat Farraz tenang, sekali pun sedang di selimuti oleh amarah.Begitu pentingnya Grisella di kehidupan Farraz. Meski Grisella tak sadarkan diri, Farraz akan selalu setia menemaninya hingga sadar nanti.Hanya Grisella, wanita yang ia cintai setelah Ibunya. Ibunya Farraz sudah meninggal sejak dirinya kuliah. Pada saat itu, sang Ayah memilih untuk menikah lagi dengan seorang janda beranak satu.Yang Farraz baru ketahui, jika keduanya sudah menjalin hubungan ketika Ibunya masih hidup. Tentu saja Farraz sangat murka, ia sangat membenci mereka bertiga.Ting![Pak Farraz, Tuan Aryan datang berkunjung. Beliau bilang, dia ingin menemui anda.]Farraz memasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku jasnya. Sejujurnya, Farraz merasa berat hati jika harus meninggalkan istrinya. Tapi, ada hal penting lainnya yang sudah menjadi tanggung jawabnya.***Disebuah lorong rumah sakit, seorang gadis kini sedang berjalan dengan tergesa-gesa dengan tangan yang berada di telinganya, yang sedang berbicara dengan seseorang di seberang sana.Shanaya Alunda namanya, seorang gadis yang kini umurnya 25 tahun itu mulai terbawa emosi. Shanaya merupakan lulusan terbaik di salah satu Universitas di Ibukota, dia juga aktif dalam dunia modeling. Namanya cukup terkenal di masyarakat.Sementara di arah berlawanan, terlihat seorang pria itu memakaikan kacamata hitam yang baru keluar dari ruangan. Karena terlalu terburu-buru, ia tidak melihat ke arah depan dan menabrak pundak pria itu. Akibatnya, kacamata yang bertengger di hidung bangirnya pecah karena jatuh ke lantai."Oh my God, maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja menabrak anda," ujar Shanaya yang merasa bersalah akibat kecerobohannya.Shanaya menghentikan langkahnya dan Shanaya menangkupkan kedua tangan, merasa bersalah atas kecerobohannya."Apa kau punya mata? Jika matamu masih normal, gunakan matamu untuk melihat!" ketus pria itu.Gadis berambut berambut kepirangan kaget, dengan nada bicara pria itu yang tak santai."Kok anda marah? Saya 'kan sudah meminta maaf atas perbuatan saya. Lagi pula, saya tidak sengaja menabrak anda karena terburu-buru," jelas Shanaya."Kacamataku jadi pecah karena kecerobohanmu. Harusnya security melarang gadis ceroboh seperti masuk ke dalam Rumah Sakit, agar tidak membuat kekacauan!""Apa maksudmu bicara seperti itu?! Namanya juga tidak sengaja, mana saya tahu akan menabrak dan memecahkan kacamata anda. Berapa harga kacamatanya? Biar saya ganti, karena kecerobohanku ini."Shanaya membelalakan matanya saat pria itu menepis tangan yang menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribuan. "Tidak perlu. Uangmu tidak akan mampu mengganti kacamata mahalku. Dasar gadis gila!"Dicaci maki seperti itu oleh orang asing, membuat Shanaya berdecak kesal. Kedatangannya ke sini untuk menemui temannya, karena temannya di rawat di sini.Sungguh hari sial bagi Shanaya, harus dipertemukan dengan pria angkuh dan arogan seperti di hadapannya ini."Dasar pria tidak punya tata krama! Berani sekali dia menghinaku seperti itu! Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam bertemu dengan pria seperti dia? Semoga ini yang pertama dan terakhir kalinya," gumam Shanaya, melanjutkan langkahnya ke ruangan tempat temannya dirawat.Kedatangan Ayah Aryan ke perusahaan miliknya bukan hanya ingin berkunjung saja, tetapi juga Ayah Aryan ingin menemui teman kerjanya dibagian Divisi keuangan. Sudah lama sekali keduanya tidak bertemu.Sudah beberapa menit lamanya mereka mengobrol. Amirudin Kusuma, pekerja sekaligus teman Ayah Aryan selama di sini. Dibandingkan dengan pekerja lain, Ayah Aryan sangat dekat dengan Pak Amir."Kau terlihat sedang ada masalah Amir," ujar Ayah Aryan.Pak Amir mengangguk. Akhir-akhir ini dia ada sedikit masalah di rumahnya, berhubung Ayah Aryan adalah teman dekatnya, Pak Amir tidak segan untuk bercerita."Iya, kau benar Pak Aryan. Aku sedang dihadapkan masalah ekonimi. Aku pusing karena tidak memiliki uang untuk membiayai kuliah anakku," jawab Pak Amir.Ayah Aryan merasa iba. Selama berteman, Ayah Aryan tentu saja kenal dengan anaknya Pak Amir, yang tak lain dan tak bukan adalah Shanaya. Seorang gadis yang dulunya ia siapkan untuk Farraz, tapi putranya sudah menikah."Anakmu sudah lulus kuliah
Protesan Farraz rupanya tidak dihiraukan oleh Ayah Aryan. Pria paruh baya itu sudah berpegang teguh pada pendiriannya. Mungkin, dengan cara ini Farraz mau menyetujui permintaannya—yaitu memberikan penerus di masa kelak.Dari awal ia memang tidak setuju dan tidak merestui Farraz menikah dengan Grisella, hingga keduanya memutuskan untuk menikah secara diam-diam, tanpa sepengetahuan keluarganya.Pada saat itu, semua keluarga besar dibuat tercengang dengan pernikahan ini. Semua keluarga besar tahu jika Farraz ini menolak menikah sebelumnya. Dengan tiba-tiba, pria itu malah melangsungkan pernikahan tanpa sepengetahuan keluarga, terutama Ayah Aryan.Jelas saja saat itu Ayah Aryan sangat murka, tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa karena semua sudah terjadi. Beberapa tahun ia berusaha menerima ini, tapi rasanya sulit, justru ia malah makin tidak suka dengan Grisella.Wanita yang mampu menaklukkan hati dingin anaknya, yang tidak keluarga mereka ketahui dengan jelas asal-usulnya. Yang mereka ta
Dengan keadaan cukup lelah, akhirnya Ayah Aryan sudah sampai di kediamannya sore hari. Bagi siapa saja yang datang ke kediaman Arsawijaya, pasti akan terpesona dengan desain rumah bergaya modern itu.Rumah mewah bak istana yang sudah di bangun pada masa kejayaan Aryan semasa muda, tak hanya dibidang usaha saja, rumah mewah nan megah ini juga menjadi saksi kerja kerasnya.Di dalam rumah, banyak sekali interior dan eksterios, menambah kesan keindahan di rumah bak istana itu. Rumah ini ia bangun sejak bersama istrinya yang pertama, dengan mengandalkan arsitek ahli di bidang pembangunan ini. Hasilnya tidak mengecewakan, tidak hanya nyaman saat di tempati, tetapi juga bisa memanjakan mata jika melihat-lihat seluruh penjuru rumahnya."Mas Aryan, dari mana aja kamu, Mas?" Ayah Aryan yang baru saja memasuki rumah di sambut oleh suara sang istri keduanya.Wanita yang memiliki hubungan gelap dengannya di masa lalu, siapa sangka jika wanita itu menjadi pendamping hidupnya di masa sekarang."Iya
Arsinta berjalan kearah kamar putranya, menurut para maid, Prayoga sudah pulang beberapa menit yang lalu. Saking asiknya bercinta, Arsinta tidak nenyadari jika putra kesayangannya sudah pulang.Sebelum masuk ke dalam kamar, Arsinta merapihkan penampilannya terlebih dahulu. Memalukan jika Prayoga mengetahui jika dirinya baru selesai bersenang-senang dengan suaminya.Arsinta meringis, merasakan denyutan di area selangkangannya. Walau umur mereka sudah tua, tidak bisa dipungkiri jika Tuan Aryan masih ganas soal ranjang. Akibat gerakan kasarnya, membuat Arsinta kewalahan."Nak ... ini Ibu, boleh Ibu masuk?" Arsinta mengetuk pintu kamar putranya."Yoga ... kau sudah tidur?""Masuk aja Bu, aku baru kelar mandi!" sahut Prayoga di dalam kamarnya.Sesudah dipersilahkan masuk, Arsinta memutar handle pintu dan melangkah memasuki kamar putranya.Netra Arsinta mengedar, mencari dimana kebaradaan anak semata wayangnya itu. Pasalnya kamar sang putra sangat gelap gulita, hanya ada temaram lampu tidur
Di tempat yang tak jauh dari meja makan. Farraz berekspresi datar dengan tangan terkepal kuat melihat keharmonisan mereka bertiga. Dari dulu memang Farraz tidak suka dengan Arsinta dan Prayoga. Itulah mengapa, mereka tidak terlalu akrab karena Farraz yang selalu acuh pada keduanya.Mata merah itu memejam, dengan rahang yang mengeras. Ia tidak suka dengan kebahagian mereka. Ada alasan yang membuat Farraz muak satu atap dengan Ayah Aryan.Saat Ibunya meninggal, dengan gampangnya sang Ayah mengakui jika dirinya telah berselingkuh bahkan akan mempersunting wanita selingkuhannya, tepat 2 hari setelah kepergian Ibunya. Sangat singkat, bukan?"Lihatlah Bu, jalang itu masih bisa tertawa diatas penderitaanmu," gumam Farraz.Rasa sakit di hatinya belum bisa ia sembuhkan. Dimana pada saat dirinya masih berduka dengan kematian Ibunya, sang Ayah malah memilih untuk menikah lagi.Yang Farraz tahu, bahwa kematian sang Ibu memang karena penyakit yang dideritanya. Ibunya mempunyai riwayat jantung, dulu
Di kursi kebesarannya, seorang pria yang menduduki jabatan CEO itu tampak sibuk berkutat dengan laptop di hadapannya. Tidak hanya itu saja, di atas meja kerjanya terdapat beberapa tumpukan berkas-berkas yang harus ia tandatangani.Pagi ini, Farraz merasa sangat puas sudah membuat keributan di kediaman orang tuanya. Lebih puas lagi melihat Arsinta dan Prayoga sangat jengkel dengan sikapnya. Itu bagus, memang itu yang Farraz inginkan, mengganggu ketenangan hidup mereka.Netra hitam legam milik Farraz menatap lurus ke depan, guna memfokuskan diri pada pekerjaannya yang sangat menumpuk. Setiap hari memang beginilah pekerjaannya. Tidak jauh dari laptop dan berkas-berkas."Pak Farraz, ini laporan pendapatan dari Manajer keungan," ucap Radit.Menghentikan kegiatan Farraz sejenak. Ia melepaskan kacamata yang bertengger di hidung bangirnya, lalu menyimpannya di atas meja."Baik," jawab Farraz singkat.Dia menerima berkas laporan keuangan dari Sekretarisnya, kemudian membuka berkas tersebut, gun
Di dalam sebuah unit perumahan, terlihat seorang gadis kini sedang sibuk berkutat dengan peralatan dapur. Seorang gadis muda berusia 25 tahun itu tampak cantik dengan balutan dress selutut yang pas di tubuhnya, rambut yang digelung asal dan polesan make up tipis membuat kecantikan gadis itu bertambah, bahkan terlihat lebih natural. Tanpa polesan make up pun wajahnya sudah cantik dan manis.Shanaya Alunda namanya, gadis cantik blasteran Indonesia-China itu tampak sedang sibuk menyiapkan masakan, untuk menyambut kepulangam seseorang yang teramat penting baginya.Beberapa menit berkutat, akhirnya masakan pun sudah matang dan tersaji di meja makan. Ia melepaskan celemek yang menghalangi tubuhnya, kemudian membasuh tangannya agar bersih.Drrtt ... drrttt ....Suara deringan ponsel, membuat atensi gadis berwajah cantik itu beralih. Keningnya mengerut."Halo, mohon maaf, ini dengan siapa?" tanya Shanaya bertanya pada seseorang di seberang sana."Ini Daddy, Shana. Maaf sayang, Daddy tidak bisa
Dengan wajah berderai air mata, Shanaya terus mencoba dan memohon kepada Aryan Arsawijaya supaya dia bisa membebaskan Ayahnya. Baru ia ketahui, jika Ayahnya harus korupsi hanya karena ingin membahagiakan dirinya.Andai saja dia bisa mengulang waktu, mungkin dirinya tidak akan menerima begitu saja barang pemberian Ayahnya. Dia tahu, bahwa Ayahnya pernah mengeluh karena biaya kuliahnya. Tetapi sang Ayah menyuruhnya untuk tetap melanjutkan kuliah hingga ke S2.Ia hanya mampu berandai-andai saja, Shanaya merasa sedih dan bersalah. Karena dirinya menjadi sebab akibat Ayahnya berbuat seperti itu. Hanya demi dirinya, sang Ayah harus dihukum di tempat ini."Di sini yang bersalah adalah aku. Daddy melakukan semua itu demi aku, tolong lepaskan Daddy. Kalian boleh menghukumku, asal kalian bebaskan Daddyku," pinta Shanaya tak putus asa memohon dan meminta agar Ayahnya dibebaskan.Pak Amir menangis tersedu, akibat kesalahannya Shanaya harus memohon-mohon seperti itu. Pak Amir merasa gagal menjadi s