Share

NASIB YANG MALANG

"Ini Putriku, Ria. dia yang akan menjadi pengantin Wanita untuk Putramu"

bagaikan kilat yang menyambar terus-menerus ke hadapanku Aku kaget dengan pernyataan Ayah Bagaimana mungkin Ayah memperkenalkan aku sebagai pengantin Untuk askara apa Ayah sedang mengigau bukannya tadi ayah bilang kalau aku diundang untuk pernikahan Askara.

"Putraku Cacat Herman, Calon menantuku lari karenanya, jangan korbankan pitrimu untuk nama Baikku."

ibu itu berkata dalam tangisnya ia mengatakan kalau putranya cacat Apakah ini artinya askara saat ini mengalami musibah yang sangat berat hingga ia ditinggalkan pengantinnya, Yah sebelum masuk kemari aku melihat di balik celah pintu seorang laki-laki yang terbaring di ranjang ada seseorang yang membawa kursi roda ke dalam, Apakah itulah Askara sekarang, Ada apa dengan askara Kenapa tiba-tiba semuanya terjadi dan Apakah benar ayah akan menikahkanku dengan askara tanpa bertanya terlebih dahulu padaku

"Jaga harga dirimu, Tetap gelar pernikahannya, Ria akan menjadi menantu yang baik untukmu".

"setidaknya tanya Putrimu, apakah Ia bersedia?"

Ibu askara menatapku dengan tajam Ia menginginkan jawaban atas pertanyaannya Aku sangat bingung dan Dilema dibuatnya Ayah sama sekali tidak mengatakan kalau aku datang ke rumah itu untuk diperkenalkan sebagai pengantin, Ayah hanya mengatakan Kalau kami akan menghadiri undangan pernikahan aku harus menjawab apa Aku sama sekali tidak tahu jujur dalam hati terdalam ku aku bahagia mendengarnya Bagaimana tidak Askara adalah laki-laki yang menjadi sosok yang aku kagumi bertahun-tahun lamanya aku sempat kecewa hadir pada pernikahannya dan kini ibu askara sendiri menanyakan apakah aku bersedia untuk menikahinya sungguh ini semua benar-benar di luar dari nalarku.

Aku tidak tahu harus menjawab apa aku hanya terdiam menatap Ayah, menatap kembali ibu itu lalu akhirnya aku tertunduk tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Sophia aku selalu bilang padamu kalau dalam situasi apapun aku akan membantumu kali ini aku membawa putriku padamu untuk kau nikahkan dengan putramu" "Herman aku sungguh-sungguh tidak tahu harus berkata apa Jujur aku bahagia kau mendatangkan wanita yang sangat cantik seperti nak Ria tapi kembali tidak mungkin mengorbankan putrimu untuk menjadi istri sementara dari Putraku hanya untuk menyelamatkan harkat dan martabat keluarga kami"

"mengapa tidak aku berhutang banyak pada almarhum Sanjaya aku berhutang banyak padamu Tolonglah Sophia Terimalah Ria"

"Herman aku pasti menerima Ria asalkan dia menerima Putraku langsung dari mulutnya tapi lihatlah anakmu sama sekali tidak mengatakan apapun. aku tahu dia pasti terbebani, Apa kau tidak bertanya padanya terlebih dahulu sebelum kau membawanya kemari? nak ayo Bicaralah apa ayahmu tidak mengatakan sebelumnya Kalau kau akan menjadi pengantin pengganti dari Putraku?"

Aku tertunduk bingung dengan semua yang terjadi aku tidak tahu harus bagaimana ini semua sangat mendadak jika aku harus mengambil kesempatan dalam kesempitan yang diterima sekarang sangat tidak adil rasanya aku sangat ingin menikah karena aku mencintai pria itu dan pria itu juga mencintaiku. Tapi kali ini aku bersama dengan laki-laki yang sangat aku cintai Mungkin aku akan berada di pernikahan bersamanya tapi aku tidak pernah tahu apakah laki-laki itu mencintaiku atau tidak aku rasa laki-laki itu bahkan sama sekali tidak mengenalku apa yang harus aku lakukan Tuhan, apakah aku harus menerima Askara menjadi suamiku?, Apakah Askara Juga akan menerima aku menjadi istrinya? apa yang harus aku lakukan.

" Ayah sebelumnya aku ingin bertanya pada kalian berdua bisa tolong dijelaskan Ada apa ini kenapa tiba-tiba ayah memperkenalkan aku sebagai pengantin? Karena aku sama sekali tidak mengerti aku harus menjawab apa tanpa aku memahami situasinya"

Ibu yang dipanggil Sophia itu menangis jadi-jadinya aku mendekatinya dan berusaha mengelus pundaknya ibu Sofia memelukku memeluk seperti seorang ibu pada anaknya sangat nyaman sekali pelukan seorang ibu yang tidak pernah aku dapatkan sejak aku lahir aku rasa Aku sangat ingin pelukan ini tidak terlepas dariku.

" sudah aku lakukan apapun yang ayahku mau, sejujurnya aku juga mau Bu. tapi aku hanya ingin tahu apa yang terjadi pada askara Kenapa Ibu menangis?"

" Aku akan menceritakan semuanya nak Askara anakku dan tunangannya Anita akan menikah besok, Askara dan Anita sudah menjalin hubungan yang cukup lama hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah namun seminggu sebelum pernikahan Askara kecelakaan. dia Sempat Koma dua hari, pada saat dia sadar, dia sama sekali tidak bisa menggerakkan kakinya. Kamu bisa bayangkan bagaimana hancurnya hati seorang ibu melihat anaknya yang akan menikah beberapa hari lagi tidak dapat berjalan hancur semuanya, hatiku menjadi hancur aku ingat betul saat itu Anita datang ke rumah sakit Membawa bunga dan beberapa makanan untuk askara namun saat dokter mengatakan kalau kemungkinan askara cacat permanen wanita itu pergi begitu saja, tiba-tiba perwakilan keluarganya datang kemari tadi pagi. dan mengatakan kalau pernikahan besok akan batal aku belum memberi tahu Askara kalau Anita membatalkan pernikahan, Aku tidak tahu harus minta bantuan kepada siapa, Aku hanya ingat ayahkmu sangatlah baik lalu aku meneleponnya dan dia bilang dia akan membawa putrinya untuk dinikahkan dengan Putraku aku jujur sangat bahagia, aku sama sekali tidak menyangka kalau Herman memiliki putri yang sangat cantik sepertimu, Andaikan aku mengenalmu sejak awal aku akan mengenal kanmu terlebih dahulu pada Askara sebelum sekarang mengenal Anita."

" Sebelumnya aku minta maaf tapi apa tidak sebaiknya kita bicara dengan askara dulu mungkin ini semua terlalu terburu-buru, sekarang mungkin Askara memiliki jawaban yang jauh lebih baik yang bisa membuat kita semua lebih sadar posisinya saat ini. Askara adalah korban yang sesungguhnya. Ia sudah diterpa nasib Malang yang bertubi-tubi akankah dia juga harus mendapatkan istri yang tidak diharapkan seperti aku? apa sebaiknya kita bertanya pada askara terlebih dahulu ?"

Aku menyarankan ibu dan ayah itu untuk menanyakan terlebih dahulu kepada askara karena aku takut askara akan menentang dan justru pernikahan kami akan menjadi bumerang untuk kami berdua, Ayah setuju lalu Kami bertiga menemui askara di kamarnya hatiku benar-benar bimbang saat itu karena beberapa detik lagi aku akan bertemu dengan laki-laki yang sangat-sangat aku kagumi tapi dalam kondisi yang sangat-sangat buruk.

pintu dibuka ibu masuk terlebih dahulu

"sayang, boleh ibu masuk ibu ada tamu penting yang ingin bertemu denganmu"

" masuklah Bu apa Ibu sudah dapat labar dari Anita? aku tidak bisa menghubunginya atau keluarganya. aku khawatit dia kenapa-kenapa"

" tidak ini Pak Herman dia adalah sahabat baik ibu dan juga Ayah dan ini anaknya namanya Ria Kami bertiga ingin bicara padamu"

Setelah meminta izin askara Kami bertiga kemudian masuk, kukihat Ibu askara duduk di ujung kasur tempat tidur itu aku dan ayah hanya berdiri melihat kondisi Askara sekarang.

Wajah itu tatapan itu adalah Tatapan yang sama yang pernah aku lihat dan aku gambar dalam puisi-puisiku sekarang masih menjadi askara yang sama dingin tegas meskipun tanpa senyuman tapi dia tetap menawan.

denyut jantungku lebih kencang dari sebelumnya, sungguh aku tidak kuat, rasanya campur aduk, bahagia, bingung, semuanya.

'Oh Tuhannn... aku senang sekali bisa melihat wajah Askara"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status