Rembulan Aurora Ayodha, cewek dengan lesung pipit di sebelah kiri itu tersenyum manis tatkala melihat seorang cowok yang tengah duduk di taman seorang diri. Cowok itu belum menyadari kehadirannya, dengan langkah pelan Bulan mendekatinya.
Tiba-tiba Bulan berhenti mendadak tak meneruskan langkahnya. Berjarak delapan langkah menuju cowok itu, ia dikejutkan dengan kehadiran seorang cewek dengan rambut sebahu yang datang membawa sebucket bunga menuju cowok itu.
Melihat cewek itu datang, cowok yang akan ia temui langsung berdiri dan memeluk erat cewek itu.
Bulan mendekat ke mereka dan langsung menarik cowok itu dari sang cewek, cowok itu pun kaget dengan kehadiran Bulan yang tiba-tiba.
"B-bulan?" Gugup cowok itu."Bisa jelasin maksudnya apa?" Bulan menuntut penjelasan.
"Dia siapa?" Tunjuk cewek itu ke arah Bulan.
Bulan melipat kedua tangan di depan dada. "Gue Bulan, ceweknya Dirga. Lo siapa?"
"Kamu jangan ngaku-ngaku! Aku ini tunangannya Dirga."
Bulan kaget, bagaimana bisa. "Lo tunangan Dirga?"
Bulan menatap tajam Dirga. "Jawab Dir, jelasin! Jangan jadi brengsek dengan diamnya elo.""DIRGA JELASIN!" Teriak cewek itu dengan menggoyangkan lengan Dirga.
Dirga yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara. "Oke gue jelasin!"
Dirga menghembuskan nafas, menatap kedua cewek ini bergantian. "Bulan, kenalin ini Dinda tunangan gue. Dan ini Bulan pacar aku!"
Plak...
Bulan menampar cowok itu. "Lo gila ya?"Sedangkan cewek itu sudah berlinangan airmata. "Dir! Gimana bisa kamu tega khianatin ini."
"Aku bisa jelasin semuanya." balas Dirga, menghapus airmata Dinda yang langsung ditepis.
"Kamu juga cewek! Apa kamu gak punya hati? Gimana bisa kamu gandeng sama tunangan orang lain?" marah Dinda pada Bulan.
"Gak usah playing victim seolah-olah elo doang yang tersakiti! Kalau gue tau Dirga udah tunangan sama lo, gue juga gak akan mau." tukas Bulan.
"Harusnya kamu juga cari tau dulu seluk-beluk Dirga, jangan baru kenal langsung mau-mau aja! Coba kamu di posisi aku, gimana?"
"Posisi elo ya derita lo! Jangan salahin gue, salahin tunangan lo yang ngejar-ngejar gue duluan."
"Cukup!" bentak Dirga, menengahi
"Kamu diam!"
"Lo diam!" balas Dinda dan Bulan bersamaan."Cowok yang udah punya tunangan dan ngejar-ngejar cewek lain itu wajar, tapi kalau cewek yang dikejar itu juga mau namanya kurang ajar. Ibarat tamu, kalau pemilik rumah gak membuka pintu, tamu juga gak akan bisa masuk!" sungut Dinda.
Mendengar ucapan Dinda, Bulan terkekeh melipat kedua tangannya di depan dada. "Lo tunangan Dirga! Kalau Dirga yang udah punya lo sampai ngejar gue, berarti ada yang salah sama lo! Entah itu Dirga yang kegatelan atau lo yang gak bisa jaga pasangan!"
"Kamu-?"
"Gue kenapa?" potong Bulan.
"Harusnya lo ngaca! Apa yang kurang dari lo sampai Dirga selingkuhin lo, lo gak bisa seenaknya nyalahin gue. Lo juga salah, dan Dirga lebih salah. Kalau lo nganggep gue pelakor silakan itu hak lo, tapi gue tegasin, gue juga korban di sini!"Dinda semakin menangis terisak-isak dan berlari pergi. Dirga hendak mengejarnya, namun Bulan menahan lengan cowok itu.
Dirga melepaskan cekalan Bulan, lalu mengambil, menggengam kedua tangannya. "Sorry Lan, gue udah tunangan sama Dinda jauh sebelum kita pacaran. Gue emang jahat! Udah mainin perasaan lo, gue gak bermaksud untuk itu. Gue LDR sama Dinda, gue butuh perhatian dari jarak dekat..." cowok itu menjeda ucapannya.
"Dan lo juga tau cowok itu serakah gak bisa milikin satu hati aja. Maafin gue, gue gak bisa pertahanin lo! Kita belum jauh sedangkan gue sama Dinda udah ke jenjang yang terlalu jauh. Gue mau memperbaiki hubungan sama Dinda. Maafin gue... kita selesai!""Lo brengsek yang pernah gue temuin!" ucap Bulan melepaskan tangannya.
"Gue sangat-sangat brengsek! Silakan pergi Lan! Jujur, gue juga berat buat lepasin lo, tapi gue gak bisa lepas sama Dinda. Gue harap lo ngerti, dan gue yakin lo bisa bahagia tanpa gue."
"Pergi! Jangan pernah nunjukin wajah lo depan gue lagi apalagi balik ke gue, gue benci sama lo!"
Dirga mengangguk, mengelus bahu cewek itu sebentar dan berlalu menghilang menyusul tunangannya.
"Sialan!" Bulan menunduk. Ia tidak menangis! Untuk apa menangisi cowok seperti itu? Bulan cantik, dalam waktu singkat, dirinya yakin akan mendapatkan cowok baru. Lagipula Bulan tipikal cewek yang cepat bosan, tak heran cewek itu sering berganti-ganti pasangan. Bulan is playgirl.
***
Pukul tujuh kurang lima menit, Bulan baru saja sampai di gerbang sekolah. Hari ini dia tidak membawa mobil sendiri, malas nyetir. Memilih naik taksi karna sopirnya sedang pulang kampung.
Saat melewati lapangan banyak sekali cowok yang menatap nya. Jelas! Bulan cantik, salah satu primadona di sekolahnya. Jadi tak heran ia menjadi incaran kaum adam.
Kembali ke Bulan, cewek dengan sragam ketat serta rok setengah paha itu berjalan lurus memasang wajah judes tanpa memperdulikan godaan dari cowok-cowok yang ia lewati.
"Bulan, jadi cewek gue dong?"
"Coba aja kalau gue ganteng, udah pasti bersanding sama Bulan""Ibarat pungguk merindukan Bulan, gue remahan rengginang ingin bersanding berlian"Dan masih banyak lagi godaan yang ia dengar. Bulan bukannya caper dengan melewati area lapangan, ia hanya ingin cepat sampai di kelas. Ia malas harus berdesakan di jam seperti ini jika harus melewati koridor utama. Jika melewati lapangan dipastikan tidak berdesakan tapi dengan resiko menjadi pusat perhatian cowok-cowok disini.
Saat Bulan hendak berjalan menyamping menuju tangga koridor, ia dicegat oleh segerombolan cowok. Salah seorang dari mereka berdiri tepat di depan Bulan. Itu Farel Antariksa, salah satu troublemaker di sekolahnya yang sangat menggilai Bulan.
"Mau ke mana?"
Bulan memutar bola matanya malas, ia jengah. Hari ini ia ingin tenang tapi terganggu karna cowok ini yang selalu mengganggu ketenangannya, benar-benar sangat terobsesi padanya meskipun sudah berkali-kali Bulan tolak.
"Minggir!"
"Kalau gue minggir, lo gak akan ngelirik gue!"
"Kalau lo ditengah, cowok dipinggir yang ngelirik gue!"
"Aww... Sikat bos." ucap salah seorang dari gerombolan Farel yang disambut gelak tawa dari mereka.
Farel ikut terkekeh, "Yang ngelirik lo matanya gue cukil!"
Gerombolan Farel semakin bersorak heboh. Sedangkan Bulan, diam tak menanggapinya.
Farel itu tampan, sangat tampan. Meskipun ia pembuat onar, tapi masih sangat banyak cewek yang mengantri padanya. Namun sepertinya Farel hanya bisa melihat pesona Bulan saja.
Bukan hanya tampan, cowok itu juga ramah, terlebih pada Bulan. Hal ini lah yang membuat beberapa kaum hawa terang-terangan mengibarkan bendera perang pada Bulan. Contohnya dua hari lalu, ia dilabrak oleh Cika-kakak kelasnya hanya karna dirinya di kantin bersama dengan Farel. Cika menuduh dirinya telah merebut Farel darinya, padahal Cika bukan siapa-siapa Farel. Lagipula Farel yang mengajak Bulan ke kantin bareng, bukan dirinya.
"Lo masih marah sama gue?" tanya Farel dengan tangan yang hendak mengelus rambutnya, namun Bulan dengan cepat menghindar dan mengacuhkan Farel.
Ia benar-benar tak mood hari ini, mau bagaimanapun ia juga masih galau karna Dirga. Ditambah Farel yang menyegatnya ini tentu saja mengundang banyak pasang mata untuk menyaksikan ini, menyebalkan. Lihat saja setelah ini pasti akan ada yang menggunjingnya lagi.
Melihat Bulan yang mengacuhkan dirinya tanpa respon, Farel meraih tangan kiri Bulan yang juga langsung ditepis oleh Bulan.
"Kenapa lagi?" Nada ucapan Farel meninggi, yang berarti dirinya mulai kesal dengan tingkah Bulan.
Perlu diingat juga meski sikapnya ramah, Farel juga memiliki sisi jahat. Tak segan-segan sikap jahat itu terkadang juga Farel tunjukkan ke Bulan saat cewek itu mulai bertingkah menyebalkan.
Bagi Farel meskipun ia menggilai Bulan, cewek itu juga harus terbiasa dengan sikapnya, ia terangan-terangan menunjukkan kebiasaan aslinya pada Bulan. Cowok itu tak mau Bulan hanya melihat cover luar Farel tanpa melihat cover dalamnya juga.
Kembali ke mereka, Bulan diam, tak memperdulikan Farel. Hingga terdengar bel masuk berbunyi, seluruh siswa yang menonton dramanya bubar dan berlalu lalang ke kelas masing-masing. Begitupun dengan Bulan yang hendak berlalu namun tangannya langsung dicekal Farel.
"Jangan buat gue nyakitin lo dengan sikap acuh lo ke gue!" Ancam cowok itu yang langsung berlalu dengan antek-anteknya.Bulan melipat kedua tangannya di depan dada, lalu mendengus kasar.
Tanpa sengaja dirinya menoleh ke arah ruang musik, di sana terdapat seorang cowok yang menatapnya tajam, itu Reyhan Bintang Abizar. Entah kenapa cowok itu selalu menatapnya tajam, padahal ia tak pernah ada masalah apapun dengan Reyhan. Kenal saja tidak, ia hanya tau nama cowok itu, namun sepertinya cowok itu kurang suka dengan Bulan.
Cowok itu terus menatap Bulan yang dibalas tatapan juga oleh Bulan. Hingga teman cowok itu datang lalu menutup pintu ruangan tersebut.
Bulan mengedikkan bahunya, tak ambil pusing dengan tatapan cowok itu. Toh ia tak ada masalah dengannya. Ambil positifnya saja mungkin cowok itu menyukai Bulan namun hanya bisa memandang tanpa menggenggam.
"Rembulan Aurora Ayodha!"
Bulan menoleh, bola matanya hampir copot kala melihat Bu Cecil tengah berkacak pinggang menatap Bulan garang.
Mati aja gue!
Bu Cecil berjalan mendekat, tepat berdiri dihadapannya. Guru berkacamata hitam dengan hills setinggi 7cm itu, membuka sedikit kacamatanya menatap Bulan dari ujung sepatu hingga ujung rambutnya.
"Mau kondangan di mana Bulan?"
Bulan menunduk diam memainkan kuku-kukunya.
"Bulan!"
Bulan mendongak kaget menatap Bu Cecil.
"I-iya Bu."
"Beraninya kamu tidak mendengarkan ucapan saya?"
"Saya denger kok Bu" cicit Bulan
"Kamu ini! Sudah datang terlambat. Lihat! Sragam tidak sesuai aturan..." tunjuk Bu Cecil.
Plis deh Bu ini fashion, batin Bulan
"Tidak memakai sabuk, kalau rok kamu melorot gimana?..."
"Gak pakai dasi juga? Terus kenapa ini gak dikancingin? Mau pamer kamu?..." ucap Bu Cecil sembari mengancingkan dua kancing baju paling atas Bulan."Harusnya gak perlu pakai rok sekalian daripada sependek ini!..." Bu Cecil menarik rok Bulan agar lebih panjang.Tolong Bu, ini pedes banget, batin Bulan kedua kalinya.
"Ini lagi! Ngapain pakai kuku diwarna-warnai begini? Kebanyakan cat kamu di rumah? Mending kamu sumbangin aja ke tetangga kamu biar bermanfaatnya..."
"Jadi, rambut kamu habis kebakaran di mana?"Bu plis saya teraniaya tapi ini pertanyaan bikin ngakak, batin Bulan ketiga kalinya.
"Bulan! Saya sudah capek menasehati kamu, percuma mau saya hukum berapa kali pun, kamu juga tetap mengulangi kesalahan. Dengar Bulan! beruntung kamu masih ditingkat dua, masa nakalnya anak SMA, saya masih sabar menghadapi kamu! Tapi nanti saat kamu ditingkat tiga dan masih seperti ini, saya tidak akan segan-segan membawa kamu langsung menghadap ke kepala sekolah. Kamu harus berubah Bulan! Ingat itu!" tegas Bu Cecil panjang lebar.
"Iya Bu." jawab Bulan lesu.
"Masuk kelas jangan bolos!"
Bulan mengangguk patuh dan berlalu.
Ia benar-benar kesal, andai saja Farel tidak mencegatnya mungkin Bulan tidak akan bertemu dengan Bu Cecil dan telinganya tidak akan kepanasan mendengarkan siraman rohani di pagi ini.
Bel istirahat akan berbunyi lima belas menit lagi, tetapi Bulan dan kedua sahabat nya sudah nongkir di kantin. Bukan membolos, guru mereka sedang absen dan tak memberikan tugas apapun. Jadi, daripada tidur di kelas lebih baik ke kantin, siapa tau ketemu cowok ganteng."Bu Sri! Bakso satu, mie ayam dua, sama es teh tiga." Teriak Salsa yang baru saja mendudukkan diri di kursi kantin."Okee." saut Bu Sri sembari mengacungkan jempolnya."Lo serius udah putus dari Dirga?" tanya Rinjani yang tengah mengoles lipbam di bibirnya.Bulan yang tengah membalasi pesan whatsapp para cowok-cowok itu menoleh dan hanya mengangguk malas."Gak usah galau Lan, antrian lo masih panjang."Lagi, Bulan hanya mengangguk saja."Eh Rin lo tau gak? Temennya Reyhan, itu siapa sih yang main piano?" tanya Salsa tiba-tiba.Rinjani mengarahkan kedua matanya ke atas, sedang
"Lo pulang gimana? Mau bareng sama gue?" Ajak Rinjani pada Bulan.Bulan menggeleng. "Bareng Farel."Tadi cowok itu telah mengiriminya pesan untuk pulang bareng, dan Bulan menerimanya."Makin lengket ya bun?" saut Salsa, menyenggol lengan Bulan."Biasa aja tuh!" balas Bulan."Gue balik dulu deh kalau gitu" Pamit Rinjani.Bulan dan Salsa mengangguk lalu melambaikan tangan pada Rinjani."Farel nunggu dimana?""Lapangan.""Searah dong kalau gitu... Lo ke lapangan, dan gue ke ruang musik." Riang Salsa.Bulan bengong. "Secepat itu?"Salsa menyenggol bahu Bulan. "Perjuangan butuh proses! Doain aja.""Semoga lo insaf setelah ini!" balas Bulan yang memiting leher Salsa dan menyeretnya."Jangan sekarang, Gue belum punya mantan banyak Bulan." Rengek Salsa.
Drttt... Drttt... DrtttBulan mengucek kedua matanya, mengambil ponsel lalu mengangkatnya.Apa?Mau gue jemput gak?Ya!Buruan siap-siap! Sepuluh menit lagi gue otw.Lalu Farel memutuskan sambungannya.Pukul enam lewat sebelas. Bulan menguap, beranjak menuju kamar mandi.Pukul enam lewat tiga puluh satu, Bulan baru saja selesai memakai sragamnya. Berjalan ke cermin, memakai lotion, menyisir rambut, memakai bedak, mengoles lipbam, menyemprotkan minyak wangi, beralih ke meja belajar, mengambil buku dan menggendong tasnya menuju rak sepatunya, memakainya, dan keluar menemui Farel."Ayo!" ajak Bulan kala melihat cowok itu tengah duduk di ruang tamu rumahnya.Keduanya masuk mobil, Farel sempat melihat jam diponselnya, pukul tujuh kurang tiga belas menit."Mau cari sarapan dulu?"
Minggu pagi ini Bulan telah bersiap untuk berangkat menonton pertandingan basket antara SMA Merpati sekolahnya dengan SMA Mahkota.Sebenarnya Bulan tak ingin pergi, namun Farel terus memaksanya datang karna cowok itu akan bermain. Alhasil Bulan menurutinya, itung-itung cuci mata.Bulan datang ke sini sendiri, kedua temannya tak bisa ikut menonton, dan ia naik taksi lantaran tak ingin dijemput Farel, padahal cowok itu sudah berkali-kali menawarinya namun Bulan tolak.Sesampainya ia di Gor Lawung itu, Bulan langsung bergegas masuk mencari keberadaan Farel. Hal pertama yang ia lihat adalah banyaknya pasang mata yang menatapnya, baik dari sekolahnya ataupun sekolah lain yang ikut menonton pertandingan ini. Ada yang terpesona, kaget, dan ada juga yang berbisik-bisik. Ayolah nama Rembulan Aurora Ayodha sangat tidak asing di luar sekolahnya.Memilih mengabaikannya, Bulan terus melangkah mencari keberadaan Farel.
Bulan baru saja memarkirkan mobil Lexus RX Luxury putih miliknya tepat di samping mobil milik Farel.Kala Bulan turun dari mobilnya, terlihat sang pemilik mobil di sebelahnya tengah duduk di kap depan dengan kedua tangan berada di saku celana serta pandangan yang terus menatap ke arah Bulan."Lo ngapain masih di sini?" tanya Bulan, merapikan rambut cowok itu.Farel menoleh sebentar. "Lo ngapain bawa mobil?""Emang kenapa?"Farel mendengus kasar. "Kalau lo naik mobil sendiri, gue gak bisa anter jemput lo lah!""Ya lo kan bukan sopir gue.""Apaan sih? Gue kan pengen berduaan sama lo!" sungut Farel."Lo gak liat sekarang kita juga lagi berduaan!""Itu beda cerita!"Bulan diam tak membalas ucapan Farel.Farel bangkit kala Bulan ikut mendudukkan diri di kap mobil cowok itu. Bulan menatap Farel
Hari ini ujian telah usai, semua beban telah Bulan lepas jauh-jauh.Kedua teman Bulan sudah pulang sedari tadi meninggalkan Bulan yang masih di area sekolah untuk bertemu Farel."Farel mana?" tanya Bulan pada teman Farel kala Bulan menginjakkan kaki di markas kumpul mereka."Dia udah ke parkiran sama yang lain katanya takut lo nunggu di sana.""Ya udah, thanks!"Bulan mencoba menghubungi cowok itu.Hal-Lo di mana sih? Gue cariin ke markas malah gak di sini!Gue di parkiran, gue pikir lo di sini! Lo masih di sana? Tunggu gue ke situ!Tut, Bulan mematikan sambungan mereka.Duduk di undakan tangga dengan kaki yang ia selonjorkan ke bawah dan kepala yang ia sandarkan di pegangan tangga itu.Dapat ia lihat Farel yang menatapnya di undakan paling bawah. Cowok itu naik, ikut du
Sesuai yang telah direncanakan, Bulan dan Farel hari ini akan berangkat ke Bali. Yap! Farel telah berhasil mendapatkan ijin dari mama Bulan untuk membawa cewek itu berlibur.Semua tiket, penginapan, dan hal lain di sana sudah diurus oleh Farel. Bulan hanya perlu duduk santai menikmatinya."Lo udah beberes, kan?" tanya Farel yang pagi ini sudah berada di rumah Bulan.Bulan menangguk sebagai jawaban.Mereka akan berangkat ke sana pukul tiga sore, jadi saat mereka sampai di sana bisa istirahat dulu sebelum memulai trip mereka besok pagi."Jalan dulu mau?" tawar Farel mendongak menatap Bulan yang duduk di sofa dengan dirinya berada di karpet bulu."Gak, lo pulang aja!" usir Bulan.Farel berdecak. "Ayo jalan dulu!""Gue gak mau!""Kenapa sih? biasanya lo juga mau.""Rigel mau ke sini!""Ngapain? Jadi lo gak mau gue ajak karna dia mau ke sini? Dan lo malah nyuruh gue pergi, biar lo bisa berduaan sama dia, gitu?"
Farel menguap lebar memandang hamparan pantai di depannya.Pagi-pagi sekali Bulan sudah menggedor-gedor pintu kamarnya hanya untuk mengajak Farel ke pantai melihat sunrise."Jangan terlalu ke tengah kalau lo diterkam ombak gue gak nolongin!" peringati Farel kala Bulan semakin ke tengah pantai."Rel, fotoin gue buruan! Ini cantik banget cahaya ilahi nya.""Lo pikir gue fotografer lo gitu, gue ke sini juga buat liburan!" cemberut Farel, tetap mengarahkan kameranya ke arah Bulan.Cowok itu tersenyum melihat hasil jepretannya, Bulan yang memang cantik atau jepretan Farel yang membuat Bulan semakin indah."FAREL SINI!" teriak Bulan, melambaikan tangan ke arahnya."Gak mau gue udah mandi!""Rel seriusan, cepet ke sini! Kaki gue kram!""Jangan boo-" Farel berlari menuju Bulan kala melihat cewek itu terduduk di air pantai.