Share

Bab 3 Fitnah Dari Ketiga Istri Tuan Zu

Sakit hatiku, ketika lelaki yang kini menjadi suamiku, merenggut kesucianku dengan paksa, berkali-kali aku meminta dan memohon untuk tidak melakukannya, namun apa dayaku jika lelaki itu akhirnya dengan cepat menggagahi tubuhku.

"S-sakit, tolong jangan lakukan lagi," aku merintih kesakitan, ketika Tuan Zu kembali lagi meminta haknya.

"Tahan Ana, ini tidak akan sesakit yang pertama, layani aku malam ini hingga aku puas menikmati tubuhmu," jawabnya lalu kembali menyusuri tubuhku dan kembali menerobos liang kenikmatanku.

Akupun pasrah, melawanpun percuma, aku hanya akan kehilangan tenagaku nanti.

Tuan Zu, seperti seorang yang kelaparan saat menikmati tubuhku, entah berapa kali dia menggempur tubuhku yang sudah sangat lemas dan sudah gemetaran karena melayani dirinya saat ini.

Tuan Zu tak memberiku ampun malam itu, aku bagaikan sebuah mesin robot yang terus-terusan dia pakai untuk melampiaskan hasratnya kepadaku, tanpa boleh merasa lelah sedikitpun.

Akhirnya akupun jatuh limbung diatas ranjang, aku sudah tak memiliki tenaga lagi untuk melayani Tuan Zu.

Tuan Zu yang sudah melihatku sudah lemas, langsung tidur disisiku dan memelukku dengan erat.

"Terima kasih Ana, aku sangat puas malam ini," ucapnya dengan meraba-raba tubuhku dibagian depan.

Sungguh aku jijik mendengar kata-katanya tadi, tak ku sangka, malam pertamaku harus terenggut dengan cara seperti ini.

Aku tak bisa menahan air mataku, kutumpahkan air mataku hingga membasahi seluruh pipiku.

"Maafkan aku Arsen, maafkan aku," gumamku dalam hatiku, memanggil Arsen kekasihku.

***"*************

Pagi harinya, ketika matahari sudah mulai menyingsing, aku segera bangkit dari tempat tidurku, dengan merasakan selak*ng*nku yang terasa sakit, aku berusaha untuk bangkit dan meraih sebuah handuk yang ada diatas nakas. Ketika aku mulai bangkit, hatiku pilu saat melihat noda merah diatas ranjang tempat tidurku.

Kulihat Tuan Zu sangat lelap dalam tidurnya saat itu, segera aku berjalan ke arah kamar mandi dengan langkah tertatih-tatih.

Aku menangis ketika melihat tubuhku penuh tanda kepemilikan Tuan Zu, aku berusaha untuk menggosok-gosok tubuhku dengan sabun, namun aku merasa tubuhku masih saja tetap kotor. 

Aku nyalakan shower dan kubasahi tubuhku dari atas hingga bawah, aku berharap bekas jamaan Tuan Zu, bisa segera hilang dari tubuhku, tapi aku masih tetap saja merasakan, bagaimana bibir dan tangannya menjamah tubuhku. 

Aku menepuk-nepuk dadaku yang terasa sesak saat itu. Aku meringkup dan menekuk kedua kakiku, aku frustasi dengan menjambaki rambutku sendiri, lalu terlintas dalam pikiranku untuk mengakhiri hidupku.

Saat itu, aku melihat ada kotak peralatan mandi yang ada di tembok, segera aku langkahkan kakiku menuju ke arah kotak tersebut, lalu aku mulai pelan-pelan membuka kotak tersebut, kulihat ada sesuatu di sana, sebuah pisau pembersih yang kuyakini ini milik dari Tuan Zu.

Tanpa berpikir panjang akupun langsung mengambil pisau itu dan aku sayatkan di nadiku.

"Ihssss...ah...," rintihku menahan sakit yang luar biasa ketika pisau tersebut sudah merobek kulitku.

Aku menangis kembali, ketika darah sudah mulai bercucuran jatuh dihandukku, tatapanku nanar ketika melihat wajahku di depan cermin itu.

Beberapa menit berlalu hingga aku pun sedikit kehilangan kesadaranku, tak lama kemudian, aku mendengar suara ketukan pintu dari arah luar kamar mandi.

Tok..tok...tok..

"Ana, kau ada di dalam?".

Samar-samar aku mendengar suara Tuan Zu dari arah luar.

Aku tak menjawab, aku berharap diriku mati secepatnya, ketika Tuan Zu masuk ke dalam kamar mandiku.

Tak selang beberapa lama kemudian, kembali Tuan Zu memanggil namaku dengan suara yang cukup lantang saat itu. Namun perlahan-lahan kesadaranku mulai menipis hingga akhirnya tiba-tiba kurasakan gelap di sana.

Brugh.... 

Akupun limbung dan tak sadarkan diri saat itu.

****

Tuan Zu, merasa ada yang aneh dengan suara gemercik air dari dalam kamar mandi, tak ada sahutan ketika dirinya berkali-kali memanggil nama Aneisha dengan sebutan Ana.

Tuan Zu, semakin geram setelah Ana melewatkan waktu yang ditentukan oleh Tuan Zu, untuk segera keluar dari kamar mandi secepatnya.

"Kau jangan membuat kesabaranku habis Ana, cepat kamu keluar!" sentak Tuan Zu.

Karena tidak ada sahutan dari Ana, tak lama kemudian, Tuan Zu langsung menendang pintu kamar mandinya dengan satu kali tendangan, pintu kamar mandi tersebut langsung terbuka.

Tuan Zu langsung mulai masuk ke dalam, dilihatnya tubuh istri barunya yang sudah tergeletak di atas lantai.

Tuan Zu benar-benar terkejut saat itu, hingga akhirnya diapun langsung menggendong tubuh mungil Aneisha, Tuan Zu semakin cemas ketika wajah Aneisha sudah mulai memucat.

"Ana, kau tak apa-apa? Kau jangan membuatku takut Ana," Tuan Zu terlihat sangat ketakutan.

Segera dia menghubungi anak buahnya dan memerintahkan untuk segera menyiapkan mobilnya.

Sementara itu, Tuan Zu memakaikan pakaian untuk ana, sebelum akhirnya dia di bawa keluar menuju ke Rumah Sakit.

"Cepat buka pintunya!" seru Tuan Zu, kepada sopirnya.

"Baik Tuan," jawab sopir tersebut, lalu membukakan pintu untuk Tuan Zu.

Tuan Zu langsung memasukkan tubuh Aneisha terlebih dahulu, sebelum akhirnya Tuan Zu, masuk ke dalam mobilnya.

"Jalankan mobilnya!" titahnya dengan cepat.

"Baik Tuan!" jawab sopir tersebut lalu segera menyalakan mesin mobilnya dan langsung melajukan mobilnya menuju ke Rumah Sakit.

Beberapa menit kemudian, mobil merekapun akhirnya sampai di UGD.

Segera Tuan Zu menggendong tubuh Aneisha menuju ke ruang UGD. Dengan pengawalan yang cukup ketat, akhirnya Tuan Zu berhasil memasuki ruang UGD dan Aneisha langsung mendapatkan pertolongan dengan cepat.

Tuan Zu lalu memerintahkan Dokter, untuk segera menolong Aneisha.

"Cepat tolong dia!" ucap Tuan Zu dengan ucapan penuh intimidasi.

"Ba-baik, Tuan," jawab Dokter tersebut dengan nada gugup.

Tak selang beberapa lama kemudian, Dokter tersebut langsung memeriksa dan mengobati Aneisha, dengan cara menghentikan darahnya yang mengalir deras dari nadinya.

"Cepat hentikan pendarahannya!" Dokter berkata kepada perawat di sana.

"Baik, Dok," jawab perawat tersebut.

Setelah Dokter tersebut berhasil menyelamatkan nyawanya, Dokter tersebut langsung memberitahukan kepada Tuan Zu.

"Bagaiamana dengan istri saya Dok?" tanya Tuan Zu kepada Dokter.

"Istri anda selamat Tuan Zu, anda datang tepat waktu," jawab Dokter tersebut bernafas lega.

"Terima kasih Dok," jawab Tuan Zu menatap wajah istrinya yang terbaring lemah.

Tuan Zu, meminta istrinya untuk segera dipindahkan ke kamar VVIP, agar Tuan Zu bisa menjaga istrinya yang saat ini terbaring lemah.

"Sepertinya istri anda sedikit mengalami depresi," tutur Dokter tersebut, ketika melihat wajah dan juga diri Aneisha yang terlihat sangat tertekan saat itu.

"Jangan bicara omong kosong Dok," elak Tuan Zu langsung menatap nyalang ke arah Dokter tersebut.

Dokter itupun langsung terdiam, ketika Tuan Zu, menatap dirinya dengan tatapan nyalang.

"Maaf Tuan Zu, saya tidak bermaksud mengatakan hal itu," jawab Dokter dengan wajah ketakutan.

"Pindahkan istriku sekarang juga!" titahnya, lalu segera keluar dari ruangan UGD.

Beberapa saat kemudian, Aneisha di pindahkan ke ruang rawat inap VVIP.

Saat ini terlihat Tuan Zu sedang duduk disamping bankar istrinya yang terbaring lemah.

"Kenapa kamu melakukan ini Ana? Kenapa kau sungguh bodoh? Apa kurangnya aku? Disaat wanita lain ingin bersanding denganku, kau justru tertekan saat dirimu, aku jadikan istriku, kau sungguh lucu, Ana," ucap Tuan Zu, dengan mencium punggung tangan istrinya.

.....

3 hari kemudian...

Aneisha semakin membaik, Tuan Zu selalu menjaga dan selalu berada didekat Aneisha, semenjak dirinya dirawat di Rumah Sakit.

"Kau sudah lebih baik Ana?" tanya Tuan Zu, menatap wajahnya.

Aneisha memalingkan wajahnya, sungguh dia tak mau melihat wajah suaminya saat ini.

Malam pertama yang menimpanya, membuatnya cukup trauma.

"Kau tak ingin berbicara kepadaku Ana?" tanya Tuan Zu tersenyum manis dihadapan Aneisha yang saat ini terlihat sangat acuh.

Tak selang beberapa lama kemudian, seorang pengawal masuk dengan mendorong kursi roda.

"Tuan, kata Dokter, Nona Ana sudah bisa dibawa pulang," ucap Pengawal tersebut.

"Baiklah, siapkan Mobil, kita akan pulang sekarang!" jawab Tuan Zu.

"Baik, Tuan," jawab Pengawal tersebut dan langsung pergi meninggalkan kamar inap tersebut.

Tuan Zu, lalu menggendong tubuh Aneisha dan mendudukkannya di atas kursi rodanya, setelah itu didorongnya kursi tersebut menuju ke lobby Rumah Sakit.

"Kita akan pulang, sayang," 

Aneisha tak menjawab dia hanya terdiam seribu bahasa, ketika Tuan Zu berusaha mengajaknya untuk berbicara.

Sedikit kesal dengan sikap Aneisha saat ini, namun Tuan Zu berusaha untuk mengontrol emosinya saat itu.

Tak selang beberapa lama kemudian, mobil merekapun datang, Tuan Zu lalu mengangkat tubuh Aneisha menuju ke mobilnya, setelah itu diapun masuk ke dalam mobilnya, hingga beberapa menit kemudian, mobil tersebut akhirnya berjalan melesat menuju istanahnya.

***

Sesampainya di istanah rumahnya, Tuan Zu langsung disambut oleh ketiga istrinya yang saat ini sudah menunggu dirinya.

"Tuan Zu, kau lama sekali meninggalkan kami," ucap Cellyn dengan nada manjanya

"Cellyn benar, sebenarnya kalian bulan madu kemana?" tanya Jenny menatap sinis ke arah Aneisha yang saat ini duduk dikursi rodanya.

"Kenapa dengan istri ke-empatmu, Tuan Zu?" tanya Lili heran.

Mendengar pertanyaan dari ketiga istrinya, membuat Tuan Zu bingung, harus menjawab pertanyaan siapa terlebih dahulu.

"Bisakah kalian jangan menanyakan apapun kepadaku? Aku baru datang dan Ana harus beristirahat, kalian jaga dia selagi aku tidak berada di rumah, pekerjaanku sudah terbengkalai karena menjaga dirinya." tutur Tuan Zu menatap ketiga istrinya secara bergantian.

"Baik, Tuan Zu, kami akan menjaga istri mudamu," jawab Lilian dengan tersenyum penuh kemenangan.

Tanpa curiga, Tuan Zu mempercayakan Aneisha kepada ketiga istrinya.

Tuan Zu, segera mendorong kursi roda tersebut, masuk ke dalam kamar Aneisha, yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuknya.

Semua istri Tuan Zu memang memiliki masing-masing kamar yanga berbeda. Namun diantara kamar ketiga istrinya, kamar Aneishalah yang sangat istimewah.

"Ana, aku tinggal sebentar, jika perlu apa-apa, kau mintalah bantuan kepada istriku yang lain."

Aneisha tampak terdiam dan tak menanggapi ucapan Tuan Zu.

Tuan Zu sekilas menatap wajahnya yang terasa sayu saat itu, segera Tuan Zu mencium bibir Aneisha dengan mesranya, setelah itu mengacak rambutnya, lalu bergegas pergi meninggalkan kamarnya.

Sementara itu, ketiga istri Tuan Zu, terlihat sangat cemburu kepada Aneisha, ketika Tuan Zu memperlakukannya dengan penuh kasih sayang.

"Ini tidak bisa dibiarkan," ucap Lilian kepada Jenny dan juga Cellyn.

"Iya Kakak, Tuan Zu nampaknya sangat mencintai wanita itu," sahut jenny dengan nada kesalnya.

"Kita harus membuat wanita itu segera pergi dari sini," Lilian berkata kepada kedua madunya, dengan menatap ke arah mereka berdua dengan tatapan seringai.

"Bagaimana caranya Kak?" tanya Jenny kemudian.

Tak lama kemudian, Lilian langsung membisikkan sesuatu rencana kepada kedua madunya.

Terlihat mereka bertiga nampak tersenyum penuh seringai, lalu mereka menuju ke kamar Aneisha.

Braaak....

Pintu kamar Aneisha langsung dibuka dengan kasar, betapa terkejutnya Aneisha, ketika pintu kamarnya dibuka secara kasar oleh ketiga istri Tuan Zu.

"Hei, jangan jadi istri Tuan Zu yang manja kamu! Cepat kau buatkan kami minuman!" perintah Lilian dengan penuh intimidasi.

Aneisha tak pedulikan mereka pada awalnya, namun tak lama setelah itu, Lilian dengan dibantu Jenny dan Cellyn, langsung menarik tangan Aneisha dengan kasarnya.

"Sakit.... Jangan sakiti aku," Aneisha terlihat kesakitan, ketika tangannya yang terluka ditekan oleh Lilian.

Aneisha dibawa menuju ke sebuah taman, di sana, Aneisha dipaksa untuk menyirami seluruh tanaman.

Ketika itu, terlihat salah satu pengawal yang melihat ketiga istri Tuan Zu, bersikap kasar kepadanya, saat itulah Pengawal tersebut berpikir untuk menolong Aneisha dari bullyan ketiga istrinya.

Ketika Aneisha disirami tubuhnya dengan air keran yang ada di sana, seketika tubuh Aneisha yang masih lemah, langsung jatuh limbung di sana.

Saat itulah sang Pengawal bernama Kim, datang menolong Aneisha yang saat itu tengah terbaring lemah tak berdaya diatas rumput taman, dia lalu menggendong tubuh Aneisha, dan mendudukkannya dikursi taman, lalu dirangkulnya tubuh Aneisha, untuk membuat tubuhnya tetap hangat.

Tanpa disadari, Tuan Zu yang saat itu tiba-tiba kembali ke rumahnya, langsung disambut oleh ketiga istrinya, yang saat ini tengah mengatakan sesuatu kepada Tuan Zu mengenai istri mudanya.

"Tuan Zu, istrimu ternyata tidak sakit, dia malah tengah asyik bermesraan dengan pengawalmu, Kim," Lilian berusaha memfitnah Aneisha dihadapan Tuan Zu.

Tuan Zu langsung menatap tajam kearah Lilian, yang saat itu tengah mengatakan sesuatu yang membuat dirinya sangat marah.

"Kau bicara apa istri pertamaku? Kau jangan coba-coba memfitnah adikmu itu, berlakulah baik kepadanya, jangan sekali-kali kau memfitnah dirinya," tekan Tuan Zu dengan mengangkat dagu Lilian dengan satu jarinya.

"Benar Tuan Zu, saat ini istrimu tengah bermesraan dengan Kim di taman belakang," sahut Jenny dengan menunjuk ke arah taman belakang.

Saat itulah, Tuan Zu langsung berjalan menuju taman belakang, lalu tak lama kemudian, langkah kakinya terhenti ketika melihat Aneisha tengah dipeluk oleh pengawalnya, Lim.

"Sedang apa kalian di sini? Kenapa kalian berselingkuh disaat aku tidak ada?".

Deg....

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status