Lelaki itu adalah Tuan Xavier, seorang mafia yang terkenal dingin. Namun begitu lembut memperlakukan seorang wanita yang disukai olehnya.
Tuan Zu tampakknya sangat kesal, ketika mendengar Tuan Xavier berkata itu dengannya.kedua manik matanya menunjukkan bara api kemarahan. Tuan Zuan lalu menarik tangan Aneisha ke arahnya.Ia mencengkram pergelangan tangannya dengan kasar, hingga pergelangan tangannya terlihat memerah."Aw sakit Tuan Zu, tolong berhenti menyakiti diriku," pekik Aneisha dengan berusaha untuk melepaskan pergelangan tangannya.Tuan Zu tak hiraukan tangisan Aneisha yang memekik kesakitan tersebut.Tuan Xavier begitu iba dengan wanita cantik yang ada di depannya, ingin dia menolong wanita tersebut. Namun Tuan Zu tak memberikan kesempatan kepada dirinya untuk menolong istrinya.Tuan Zu lalu memerintahkan pengawalnya untuk membawa Tuan Xavier pergi dari istanah miliknya."Sudah larut malam, pesta dihentikan. Sebaiknya kau pulang sekarang Xavier," usir Tuan Zu dengan mempersilahkan dirinya untuk segera pergi dari hadapannya.Xavier hanya tersenyum miring, ketika Tuan Zu mengusir dirinya dari pesta yang jelas-jelas belum selesai waktu pestanya.Masih banyak para tamu yang masih begitu menikmati pesta ini, dengan di temani para penari-penari wanita cantik, yang saat itu memang disipkan oleh Tuan Zu untuk melayani para tamu-tamu pentingnya."Kau mengusir diriku, di saat para tamumu yang lain belum usai meninggalkan pestamu, Zu?" protes Tuan Xavier dengan tersenyum miring ke arah Tuan Zu.Tuan Zu hanya terdiam, dengan menatap kesal ke arah wajah Tuan Xavier, yang sudah lancang memegang tangan istrinya, dan memintanya untuk melepaskan Aneisha."Ini adalah pestaku dan aku berhak untuk mengusir siapa saja yang aku mau," jawab Tuan Xavier dengan nada marah.Tuan Xavier agaknya tau penyebab dirinya diusir dari pesta Tuan Zu saat ini. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah wajah Aneisha yang saat ini tengah menahan sakit, ketika tangannya telah dicengkram kuat oleh Tuan Zuan."Baiklah, aku akan segera pergi dari sini, tapi lepaskan tanganmu dari tangannya. Kau menyakiti dirinya Zuan," pinta Tuan Xavier kepada Tuan Zu.Tuan Zu tak menghiraukan ucapan lelaki yang ada di depannya saat ini, ia menatap nyalang wajah Tuan Xavier. Ia benar-benar tak ingin seseorang menghalangi apa yang dia lakukan kepada istrinya saat ini."Sebaiknya kau pergi dari sini, pengawalku siap untuk mengantarmu keluar dari pesta ini," pungkas Tuan Zu, lalu segera berlalu dari hadapan Tuan Xavier.Tuan Xafier hanya menatap kesal ke arahnya, ia kemudian pergi dari pesta itu, setelah beberapa anak buah Tuan Zu mengantarkan dirinya untuk segera pergi dari pesta tersebut.Tuan Zu lalu melangkahkan kakinya dengan penuh kemarahan dan membawa Aneisha ke kamarnya.Dengan kasar, tubuh Aneisha ditarik dan diseret masuk ke dalam kamarnya, Aneisha lalu di dorong ke belakang hingga tubuhnya terjatuh di atas ranjang."Beraninya kau mendekati pria itu, Ana," geram Tuan Zu berkata kepada Aneisha."Tidak Tuan Zu, aku tidak pernah mendekati dirinya, tolong ampuni aku Tuan Zu," ucap Aneisha dengan menangkupkan kedua tangannya ke depan dadanya.Tuan Zu tersenyum miring ke arahnya, dengan kasar ia lalu menarik rambut Aneisha ke belakang, hingga membuat Aneisha langsung memekik kesakitan."Sakit, jangan ditarik rambutku Tuan Zu," mohon Aneisha dengan menangis sesegukan.Tuan Zu kemudian mengarahkan wajah Aneisha mendekat ke arah wajahnya, ia tatap dalam-dalam wajah Aneisha yang saat ini terlihat begitu memperihantinkan keadaannya.Pergelangan tangannya yang terlihat sudah mengeluarkan darah segar, akibat lukanya masih basah saat itu."Kau adalah istriku Ana, kau jangan pernah berkhianat denganku, apalagi kau berselingkuh dengan pria lain," tekan Tuan Zu dengan wajah mulai marah."Aku tidak pernah berselingkuh dengan siapapun yang kau tuduhkan itu, aku tak pernah mengenal lelaki lain selain dirimu," balas Aneisha dengan suara semakin lirih, ditengah tenaganya yang sudah mulai habis karena Tuan Zu kini sedang menyiksa dirinya lagi.Tuan Zu lalu melepaskan rambutnya dan kini mulai mendekap tubuh Aneisha yang sudah mulai bergetar dan ketakutan itu."Kau jangan pernah pergi dariku Aneisha, aku sangat mencintai dirimu, aku takut kehilanganmu." tutur Tuan Zu dengan mencium pucuk kepalanya beberapa kali.Aneisha hanya mengangguk pelan, merasakan tubuhnya sudah tak bertenaga lagi, ketika Tuan Zuan kini mulai memintanya untuk segera bangkit dan menari di hadapannya."Sekarang, berdirilah dan menarilah di hadapanku Aneisha, aku ingin melihat keindahan tubuhmu yang sempurna itu, buatlah malam ini aku terhibur dengan apa yang kau suguhkan kepadaku," ujar Tuan Zu dengan mengambil sebuah wine yang ada di dalam kamar tersebut.Aneisha tak bisa menolak, kali ini dia haru benar-benar melakukan apa yang dikatakan oleh suaminya saat ini, dia benar-benar tak ingin Tuan Zu akan menambah hukumannya, jika dia menolak untuk menari di hadapannya."Aku tak bisa menari Tuan Zu, tapi aku akan berusaha sebisa mungkin untuk bisa menari di hadapanmu, tolong jangan sakiti aku lagi Tuan Zu, tubuhku sangat sakit saat ini," keluh Aneisha dengan wajah penuh iba.Tuan Zuan lalu mendekati dirinya, tak lama kemudian ia dekatkan bibirnya ke arah bibir ranum milik Aneisha. Ia kemudian mencium bibir Aneisha dan melumatnya dengan lembut."Aku tak akan berlaku kasar, jika kau menuruti apa yang aku perintahkan, apa kau mengerti?" tanya Tuan Zu dengan menatap wajah Aneisha dengan tatapan tajam.Aneisha lalu mengangguk dan tersenyum sedikit dipaksakan kepada Tuan Zu."Aku akan berusaha untuk membuatmu terhibur dengan tarianku Tuan Zu," jawab Aneisha dengan raut wajah mulai gugup, saat dirinya hendak memulai tariannya.Tuan Zu tersenyum simpul, ia kemudian duduk di tengah-tengah ranjangnya, lalu segera Aneisha di minta untuk melakukan tariannya.Aneisha tampak mulai gugup dan salah tingkah, ketika sepasang tatapan elang Tuan Zu mengarah kepada dirinya, meski tubuhnya sangat sakit waktu itu, Aneisha berusaha untuk berlenggak lenggok di hadapan Tuan Zu.Cukup lama Aneisha menari di hadapannya saat ini, tapi Tuan Zu tak sedikitpun memintanya untuk menghentikan tariannya, hingga akhirnya Aneisha sedikit terhuyung tubuhnya ke belakang karena sudah mulai kelelahan. Tak lama kemudian Tuan Zu langsung mendekat ke arahnya dan langsung memeluk tubuh Aneisha yang sudah terlihat lemah."Kau lelah?" tanya Tuan Zuan menatap wajah Aneisha yang terlihat sudah mulai kelelahan.Aneisha mengangguk, lalu tak lama kemudian, Tuan Zu langsung menggendong tubuh Aneisha menuju ke atas ranjangnya dan membaringkan tubuhnya di sana."Tidurlah, karena aku akan membangunkanmu dua jam lagi, kau harus melayaniku malam ini sampai pagi, Aneisha," bisik Tuan Zuan dengan tersenyum penub seringai ke arah wajah Aneisha.DegDegDegBagai dihempas gelombang hatinya saat ini, ketika mendengar Tuan Zuan tak membiarkan dirinya untuk beristirahat, dan dia menginginkan agar dirinya melayaninya kembali di atas ranjang."Ya Tuhan, tubuhku benar-benar sangat lelah, mengapa lelaki ini tak membiarkan aku untuk beristirahat barang sehari saja," ujar Aneisha dengan hati yang sudah semakin lelah.Tuan Zu lalu mencium bibirnya sekilas, lalu menyelimuti dirinya, membiarkan dia beristirahat sejenak dan menutupi tubuhnya dengan selimut."Pejamkan matamu sekarang juga, aku tak akan mengganggumu, aku akan membangunkanmu setelah dua jam berlalu," tutur Tuan Zu, lalu segera beranjak dari atas ranjangnya.Tuan Zu lalu meninggalkan Aneisha sebentar di dalam kamarnya, dan meminta para pengawalnya untuk berdiri di depan pintu kamarnya.Tuan Zu lalu berpesan kepada mereka, untuk tidak membiarkan siapapun untuk masuk ke dalam kamarnya, kecuali atas perintahnya."Jaga Nyonya muda, dia sedang istirahat, jangan biarkan siapapun untuk masuk ke dalam kamar ini, menganggu dirinya atau membuat kekacauan dengannya. Jangan biarkan ketiga istriku ke sini, usir bila mereka tak mau pergi. Aku akan segera kembali setelah ini," pesan Tuan Zu kepada kepala pengawalnya saat ini."Baik Tuan Zu, akan saya lakukan semua yang Tuan perintahkan," jawab kepala pengawal kepada Tuan Zu.Tuan Zu lalu mengangguk saat itu, sebelum dia pergi, dia tampak melihat sekitaran yang ada di dalam ruangan tersebut.Tak selang beberapa lama kemudian, Tuan Zu lalu segera pergi meninggalkan kamarnya dan kini menuju ke arah ruang kerjanya.Sementara itu, Lilian yang saat itu mengawasi kamar Tuan Zu, tampak sedikit kesal, ketika Tuan Zu meminta pengawalnya untuk berjaga-jaga di sana. Lilian juga sangat kesal, ketika Tuan Zu tak mengijinkan siapapun untuk masuk ke dalam kamarnya."Sialan, wanita itu benar-benar membuatku muak saja, aku akan membuat perhitungan dengan dirinya nanti," ucap Lilian dalam hati. Tak lama kemudian, Lilian sudah terlihat melangkahkan kakinya pergi meninggalkan tempat itu dengan keadaan marah.BersambungTuan Zu tampak marah, ketika melihat Xavier masih berada di halaman rumahnya.Saat Tuan Zu mengusir dirinya, ia tak lantas pulang ke rumahnya, ia dengan santainya duduk di halaman rumahnya.Para pengawalnya tak bisa berbuat apa-apa, karena Tuan Xavier mengancam mereka, ia akan membatalkan semua kontrak kerja sama dengan Tuan Zu yang bernilai triliunan, jika mereka saat ini mengusir dirinya."Kenapa kalian masih membiarkannya berada di sini?" tanya Tuan Zu kepada salah seorang pengawal yang ada di sana."Maaf Tuan, saat itu kami tidak berani mengusirnya," jawab seorang pengawal dengan tertunduk takut."Kenapa kalian tidak berani mengusirnya? Katakan kepadaku, apa dia sedang mengancam kalian?" tanya Tuan Zu dengan menatap wajah pengawalnya dengan wajah geram."Maaf Tuan Zu, Tuan Xavier memang mengancam kami, jika kami berani mengusirnya, Tuan Xavier akan membatalkan kontrak kerja sama dengan Perusahaan Zuan Chan State Group yang bernilai triliunan," jawabnya dengan nada ketakutan.Tuan
Aneisha terkulai lemas, ketika Tuan Zuan telah habis-habisan menggempur dirinya. Sakit tubuh dan hatinya, diperlakukan seperti itu oleh Tuan Zuan."Tubuhmu menjadi canduku Ana, aku selalu menginginkanmu," ucapnya dengan mencium bibir Aneisha.Setelah Tuan Zu selesai menikmati tubuhnya, segera dia menggendong tubuh Aneisha dan membersihkan tubuhnya di kamar mandi bersama."Aku akan memandikanmu, kau cukup diam dan tak perlu melakukan apa-apa, aku suka dengan pelayananmu semalam penuh," kata Tuan Zu dengan mendudukkan Aneisha di dalam bathup kamar mandinya.Tuan Zuan mengambil gagang showernya, lalu kemudian ia menyiramkannya ke tubuh Aneisha, perlahan-lahan tubuh polos itu ia berikan sabun cair dan ia gosok-gosok tubuh Aneisha dengan kedua tangannya.Aneisha hanya terdiam dan menahan rasa gelinya, ketika tangan jahil Tuan Zu mulai meraba dan memainkan bagian sensitifnya."Tuan Zu..," panggil Aneisha dengan suara lirihnya."Ada apa Ana?" tanya Tuan Zu, sambil menggosok tubuh Aneisha den
Aneisha cukup terkejut dengan suara panggilan pengawal Tuan Zu secara tiba-tiba, niatnya dia ingin menelpon kekasihnya. Namun akhirnya niatannya dia urungkan, setelah pengawal sudah menunggu dirinya di depan pintu ruangannya.Tak ingin pengawal itu curiga kepada dirinya. Segera dia membukakan pintu kamar tersebut dengan cepat.Ceklek.Saat dirinya keluar, ia terkejut ketika melihat dua pengawal sudah berdiri di hadapannya. "Nyonya Zu sudah selesai?" tanya seorang pengawal kepada Aneisha."Sudah," jawab Aneisha singkat."Biklah Nyonya, mari kami antar ke meja makan, Tuan dan Nyonya Zu sudah menunggu di meja makan," tutur pengawal tersebut dengan tersenyum.Aneisha lalu mengangguk dan segera pergi meninggalkan kamarnya, ia kemudian berjalan ke arah meja makan, dengan ditemani kedua pengawal Tuan Zu, yang sejak tadi mengekori dirinya hingga kini berada tepat di meja makan, dimana Tuan Zu dan ketiga istrinya telah menunggunya.Tuan Zuan berdiri dan menghampiri Aneisha, ia lalu meraih tan
Tuan Zuan Tampak curiga, ketika istrinya terlihat seperti ketakutan, ketika dirinya hendak pergi dari rumahnya.Melihat Aneisha yang sepertinya memiliki firasat akan dikerjai oleh Lilian, segera Lilian menghampiri dirinya dan berlaku manis di depan Tuan Zu."Ada apa Adik ke-4? Jangan manja seperti itu, Tuan Zu saat ini tengah sibuk, lebih baik kau ikut kami melihat-lihat taman yang ada di istanah ini," ajak Lilian dengan nada sopan.Tuan Zuan menatap wajah Lilian sejenak, ia tak mendapati wajahnya kini tengah gugup karena berbohong, iapun setuju dengan apa yang dikatakan oleh Lilian saat ini."Lilian benar sayang, kau dan ketiga kakakmu, baiknya jalan-jalan di taman. Aku janji tidak akan meninggalkanmu lama-lama, aku akan segera kembali," jawabnya dengan mengacak pucuk rambut kepala Aneisha.Aneisha semakin cemas, ketika istri pertama Tuan Zu, akhirnya berhasil membuat Tuan Zu percaya dengan tipu dayanya "Tapi Tuan Zu, tak bisakah aku ikut saja denganmu?" ucap Aneisha dengan wajah ke
Aku terkejut, ketika seorang lelaki memanggilku kala itu, suara itu tak asing bagiku. Seketika akaupun membalikkan tubuhku dan menoleh ke arah samping.Saat itu aku tak yakin bahwa lelaki itu adalah lelaki yang aku kenal, dia berjalan ke arahku, tersenyum manis ke arahku. Saat itu, aku tidak yakin bahwa dirinya adalah Arsen kekasihku. Semakin lama semakin dia mendekatiku, barulah aku yakin, bahwa itu adalah Arsen kekasihku."Aneisha, apakah ini benar-benar kau?" tanya Arsen kepadamu dengan wajah tak percaya.Deg..Jantungku langsung mencelos, ketika mendengar suara itu adalah suara Arsen."Arsen, apa benar ini dirimu?" tanyaku dengan wajah penuh haru.Arsen tersenyum dan mengangguk kepadaku, ia kemudian merentangkan kedua tangannya, berharap aku memeluk dirinya saat itu.Sungguh, saat itu aku ingin memeluk dirinya. Namun entah mengapa, kakiku tiba-tiba tak bisa aku gerakkan.Air mataku benar-benar mengalir dengan deras, ada rasa rindu dan senang, campur aduk menjadi satu, ketika aku
Tuan Zuan menatapku dengan santai, ia terlihat memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.Ia hanya menatapku dan ingin melihat sikapku saat itu.Arsen tampak bingung, ketika melihat diriku terus menghindari dirinya saat ini. Aku tepiskan tangannya ketika dia hendak menyentuhku, karena saat itu, Tuan Zu tampak sedang menatap diriku penuh arti.Perlahan-lahan aku menghindari dirinya saat ini, hingga akhirnya Arsenpun kesal dan kini langsung menangkup wajahku dengan kedua tangannya. "Kau kenapa An? Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau ketakutan? Kemarilah, aku akan mengenalkanmu dengan kakakku," ucap Arsen tersenyum kepadaku.Aku menggelengkan kepalaku seketika, kutatap wajah Tuan Zu kini mulai menatap wajahku dengan tatapan penuh seringai, aku takut dan gugup saat itu."Tidak Arsen, tolong lepaskan aku," tolakku lalu melepaskan tangannya dari tanganku.Arsen terkejut melihat perubahan sikapku saat itu."Siapa wanita ini, Arsen?" tanya Tuan Zu dengan melirik wajahku."Di
Aku terkejut ketika mendengar suara Arsen saat itu."Tolong jangan sakiti dia, dia adalah calon istriku," ucap Arsen dengan nada mengiba.Kulihat Tuan Zu kini mengepalkan kedua tangannya, mulutnya mengatup rapat, wajahnya benar-benar bengis menatap Arsen saat itu.Meskipun Arsen adalah adik tirinya, tak sedikitpun Tuan Zu menganggap dia benar-benar seperti saudaranya sendiri.Tuan Zu, mencengkram kedua rahang Arsen dengan satu tangannya. Ia mengintimidasi dirinya, hingga membuat wajah Arsen seketika memerah menahan sakitnya, ketika tangan kekarnya hampir membuat rahang Arsen seperti mau patah."Berhentilah untuk menganggap dia sebagai calon istrimu Arsen, dia adalah istriku saat ini, kau jangan pernah menyentuh dirinya lagi, atau aku patahkan tangan dan kakimu nanti," ancam Tuan Zu menatap geram wajah adik tirinya.Arsen hanya terdiam, terlihat wajahnya mulai pucat saat itu, hingga aku memohon kepada Tuan Zuan, agar dirinya mau melepaskan Arsen."Tuan Zu, tolong lepaskan dia, aku berj
Aneisha sudah mulai lemah, setelah satu persatu isrti Tuan Zu memberikan cambukan kepada dirinya bergantian. Cetas.."Rasakan ini Ana," ucap Lilian dengan memukuli Aneisha di giliran terakhir."Aaaah, sakit..tolong hentikan mencambuki diriku," mohon Aneisha dengan merasakan punggungnya sudah mulai panas saat itu."Hahahahaha, percuma kau memohon Ana, masih tinggal tujuh cambukan lagi dariku," jawab Lilian dengan wajah penuh kemarahan.Tampak Tuan Zu saat ini sedang memperhatikan istri pertamanya yang saat ini memberikan cambukan kepada Aneisha.Tuan Zu menyaksikan penyiksaan itu dengan wajah penuh kemarahan, ia duduk di sebuah bar mini, sambil meminum wine menatap wajah Aneisha, yang saat ini sudah terlihat pucat tak berdaya."To-tolong aku, ampuni aku Tuan Zu," mohon Aneisha dengan nada melemah.Tuan Zu memalingkan wajahnya, karena tak mau menatap iba sang istri kesayangannya meminta pengampunan darinya.Setelah cambukan ke sepuluh, akhirnya Lilian menghentikan untuk mencambuk Aneis