Tuan Zu, lalu menarik tubuh Aneisha yang sudah lemah tersebut, kesalah pahaman yang terjadi, membuat Tuan Zu gelap mata dan tak mau mencari tau kebenarannya saat itu.
Aneisha lalu menangkupkan kedua tangannya kearah dadanya, ketika Tuan Zu tak menghentika siksaannya.
Kreeeeek....
Pakaian Aneisha lalu dirobek menjad dua bagian, tampak kulit mulus yang membungkus daging Aneisha, lalu ditatapnya tanda merah bekas kepemilikannya sendiri. Namun Tuan Zu, merasa itu adalah bekas tanda kepemilikan Kim, pengawalnya.
"Bahkan lelaki itu sudah memberikan tanda merah ditubuhmu, cih.. Kau sungguh wanita murahan Ana, tubuhmu bahkan gampang disentuh oleh pria lain," hina Tuan Zu, dengan menarik dagu Aneisha ke arahnya.
Aneisha menangis, sungguh kejam Tuan Zu menuduhnya sebagai wanita murahan, yang gampang disentuh orang lain.
"Kau terlalu mudah terhasut Tuan Zu, tak bisakah kau menyelidiki terlebih dahulu apa yang terjadi? Kenapa kau begitu mudah menuduhku dan pengawalmu melakukan sesuatu yang tak pernah kami lakukan. Kau bahkan tak pantas menjadi seorang pemimpin," Olok Aneisha dengan nada sedikit terbata-bata.
Mendengar olokan istrinya, Tuan Zu semakin murka, disiramkannya kembali air es tersebut, hingga Aneisha benar-benar kedinginan saat itu.
Tuan Zu bahkan berkali-kali memperk*sa istrinya yang dalam keadaan lemah tak berdaya.
Tubuh Aneisha, akhirnya limbung juga. Wajahnya sudah pucat pasi dan tubuhnya sudah terlihat tak berdaya, matanya sangat sayu, dan penampilannya tak lebih seperti ODGJ.
Melihat Aneisha yang sudah terlihat lemah, membuat Tuan Zu, tak tega melihatnya dalam keadaan tubuhnya yang sudah tak berdaya.
Tuan Zu lalu mengangkat tubuh Aneisha yang sudah lemah itu, menuju ruangan lain. Tuan Zu, lalu memberikan pakaian untuknya kembali dan memberikan ramuan gingseng, untuk memulihkan tubuh Aneisha yang terbaring lemah tak berdaya
"Minumlah, agar kau cepat pulih," ucap Tuan Zu, lalu memberikan minuman tersebut kepada Aneisha.
Tampak Aneisha meminum minuman gingseng tersebut, ketika Tuan Zu mulai membantu memberikan minuman tersebut kapadanya.
"Aku memberikan minuman ini, bukan aku khawatir kepadamu Ana, tapi aku ingin kau menerima hukuman dariku selanjutnya," ucap Tuan Zu lalu segera pergi meninggalkan ruangan tersebut.
****
Sementara itu, Kim kini tengah disiksa dengan dicambuk tubuhnya, dan dikurung dalam ruangan isolasi.
Tampak tubuhnya sudah membekas cambukan, darah mengalir disekujur tubuhnya, hingga dirinya sudah terlihat gemetaran dan tak berdaya.
Setelah menyiksa Kim, kedua pengawal yang menyiksanya, lalu berjalan keluar meninggalkan Kim yang tergeletak begitu saja di atas lantai.
***
Saat terjadi huru-hara di kamar Aneisha, Lilian tampak senang, ketika melihat Tuan Zu sudah murka kepada Aneisha.
"Akhirnya kau kena hukuman Tuan Zu, aku pastikan kau sebentar lagi akan dipermalukan dihadapan para tamu-tamunya," gumam Lilian dengan tersenyum miring.
Tak lama kemudian, dua wanita yang menjadi madunya, tampak terkejut ketika melihat Tuan Zu, yang saat itu menyeret tubuh Aneisha, menuju ruang penyiksaan.
"Kenapa Tuan Zu, tiba-tiba murka kepada istri kesayangannya itu?" tanya Cellyn menatap Jenny.
Jenny lalu mengedikkan kedua bahunya, dia sendiri tak tau apa yang saat itu terjadi dengan Aneisha dan Tuan Zu saat itu.
Tak lama kemudian, Lilian datang menegur mereka berdua.
"Ehem..." tegur Lilian dengan berdehem kepada mereka berdu.
Jenny dan Cellyn lalu menatap wajah Lilian, terlihat keduanya langsung tertunduk ketakutan, ketika melihat tatapan nyalang Lilian yang mengarahkan pandangannya kearah mereka berdua.
Lilian lalu menyilangkan kedua tangannya, tampak dirinya tersenyum miring ke arah mereka berdua.
Lilian terlihat masih kesal dengan dua madunya saat ini, disaat mereka sedang terpojok, mereka berdua tak mau bersama-sama memikul kesalahan yang mereka perbuat secara bersama-sama, buntut imbasnya Lilian yang kena batunya sendiri.
"Kalian pasti terkejut bukan? Kenapa istri ke-empat kesayangan Tuan Muda Zu, saat ini dikurung di ruangan isolasi?" tanya Lilian tersenyum miring.
Jenny dan Cellyn lalu bertukar pandang, tentu saja mereka merasakan ada sikap yang lain yang ditunjukkan oleh Lilian saat itu.
"Apa itu ulahmu?" tanya Jenny dengan tatapan penuh menelisik.
Lilian lalu menatap wajah kedua madunya yang sedikit ketakutan.
"Kenapa? Apa kalian mau mencobanya? Jangan meremehkan aku, Tuan Zu saja bisa terhasut olehku, apalagi untuk menghasut kalian berdua, agar kalian bisa merasakan seperti yang saat ini sudah dirasakan oleh Aneisha, sudah pasti Tuan Zu akan sangat mudah menerima hasutanku tentang kalian semua," Lilian mencoba mengintimidasi kedua madunya saat ini.
Cellyn dan Jenny langsung mendadak pucat pasi, ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Lilian saat ini.
"Kakak pertama, tolong jangan lakukan itu kepada kami," Cellyn berkata dengan nada memohon.
"Maafakan kami Kakak pertama, kami tadi benar-benar merasa terpojok, kami takut jika Tuan Muda Zu akan murka, jika kami tak mengatakan yang sebenarnya," Jenny berusaha menjelaskan kepada Lilian.
Lilian hanya tersenyum miring ke arah mereka, dengan sorot mata yang tajam, Lilian kini berkata kepada mereka berdua.
"Jika kalian tidak ingin posisi kalian bergeser, kalian harus mendukungku untuk menyingkirkan wanita itu dari rumah ini."
Cellyn dan Jenny langsung bertukar pandang, keduanya nampak berpikir sejenak, lalu tak lama kemudian, merekapun langsung mengangguk setuju.
"Baik Kakak pertama," jawab mereka bedua dengan mengangguk.
Lilian tampak tersenyum saat itu, Lilian lalu menceritakan semua yang dia lakukan kepada Kim dan juga Aneisha saat itu, hingga membuat Tuan Zu, terhasut dan langsung murka kepada mereka berdua.
Cellyn dan Jenny langsung menutup kedua mulutnya saat itu, mereka benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Lilian kepada mereka saat itu.
**
Setelah Tuan Zu, memberikan ramuan gingseng untuk Aneisha, Tuan Zu tak lantas beranjak dari sana.
Tuan Zu masih berdiri di depan ranjang Aneisha dengan menghisap cerutunya, sambil menunggu Aneisha tersadar kembali.
Tak selang beberapa lama kemudian, Aneisha terlihat mengerjapkan kedua matanya, meski dalam keadaan lemah, Aneisha mencoba untuk mengumpulkan sisa-sisa tenaganya yang masih tersisa saat ini.
Tuan Zu yang melihat Aneisha sudah tersadar, langsung tersenyum miring kepadanya.
"Jangan memaksakan tubuhmu untuk segera bangkit dari ranjangmu, simpan tenagamu untuk nanti malam, karena kau harus melayani para tamu undanganku." ucap Tuan Zu, lalu bergegas pergi meninggalkan Aneisha di ruangan itu sendiri.
Deg..
Jantung Aneisha langsung berdegub dengan kencang, ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu kepadanya saat ini.
Nyatanya, penyiksaan yang diberikan kepada Tuan Zu tadi, ternyata masih belum usai saat ini.
Aneisha menangis dan menahan rasa sakit hatinya sendiri, baru beberapa hari dia menjadi istrinya, dia harus mengalami banyak cobaan dan hasutan dari orang-orang disekitar Tuan Zu. Dalam hatinya terbesit untuk melarikan diri dari tempat ini.
Aneisha mencoba untuk bangkit dari ranjangnya kembali, kali ini dia tidak boleh lemah oleh keadaan, semakin dia lemah, Tuan Zu akan semakin senang menyiksa dirinya.
Tak selang beberapa lama kemudian, beberapa orang datang ke ruang isolasi, dimana Aneisha kini tengah dikurung oleh Tuan Zu.
"Cepat bersihkan tubuhmu!" perintah perempuan berwajah garang kepada Aneisha.
Aneisha langsung tertegun melihat tiga wanita berpakaian pengawal, datang ke ruang isolasinya.
Aneisha lalu ditarik tubuhnya ke dalam kamar mandi, di sana Aneisha langsung dipaksa untuk mandi.
Tak selang beberapa menit kemudian, dua orang pengawal masuk ke dalam kamar mandi Aneisha. Mereka terkejut, ketika melihat Aneisha tak bergegas untuk membersihkan dirinya. Terlihat jelas saat itu, Aneisha masih lengkap mengenakan pakaiannya, hingga membuat pengawal perempuan tersebut semakin geram dibuatnya, karena Aneisha tidak kunjung juga menjalankan perintahnya.
Pengawal tersebut akhirnya mema dikan paksa Aneisha. Tubuh Aneisha lalu dipeganginnya oleh salah satu pengawal, satu pengawal lagi terlihat sedang melucuti semua pakaian Aneisha. Sempat Aneisha memberontak saat itu, namum usahanya sia-sia, kedua pengawal tersebut memiliki tenaga yang cukup kuat untuk melawan dirinya yang saat itu tengah memberontak kepada mereka.
Tak selang beberapa lama kemudian, satu pengawal langsung mengguyur tubuh Aneisha dengan shower, satu lagi memegang tubuhnya yang meronta-ronta tidak mau dimandikan oleh kedua pengawal tersebut.
Aneisha tak berdaya, ketika tubuhnya digeserkan ke tembok, lalu satu pengawal memegang kedua tangannya ke atas, satu pengawal lagi menyabuni tubuh ramping Aneisha.
Setelah beberapa menit kemudian, Aneishapun telah selesai dimandikan oleh kedua pengawal tersebut.
Tak cukup dengan itu saja, kini Aneisha di suruh memakai pakaian tarian yang sedikit terbuka dibagian perutnya.
Aneisha awalnya tidak mau memakai pakaian tersebut, namum dua pengawal itu, langsung memakaikan pakaian tersebut ketubuh Aneisha dengan paksa.
Tak selang benerapa menit kemudian, muncul seorang wanita dengan membawa peralatan riasannya.
Wanita itu langsung mendandani Aneisha, dengan tangannya yang sudah terampil merias wajah orang, membuat dirinya tak membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan riasan Aneisha.
Setelah Aneisha selesai dirias, tubuhnya diseret menuju kesebuah ruangan. Dua pengawal sedang menunggu perintah dari Tuan Zu untuk membawa Aneisha menuju ruang penyambutan tamu.
Beberapa menit kemudian, seorang pengawal lelaki sudah membisikkan sesuatu ditelinga pengawal perempuan tersebut.
Saat itulah, Aneisha lalu diseret menuju ke sebuah ruangan, di sana dia dipaksa menari dihadapan para tamu Tuan Zu.
Aneisha tidak mau keluar saat itu, dirinya terlalu malu untuk mempertontonkan tubuhnya dengan memakai pakaian yang sedikit terbuka itu.
"Tidak, aku tidak mau menari dengan pakaian ini!" tolak Aneisha.
Mendengar penolakan Aneisha, pengawal itupun langsung mendorong tubuh Aneisha keluar dari ruangannya tadi.
Tampak Aneisha terkejut, ketika dirinya sudah berada di tengah-tengah kursi para tamu yang hadir di sana.
Aneisha terlihat sangat malu, ketika mata para tamu lelaki itu nampak sedang menelanjangi tubuhnya, ketika mereka menatap Aneisha dari atas hingga bawah.
Aneisha langsung menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Kenapa kau hanya diam saja istiku?cepat kau menari sekarang!" suara bariton Tuan Zu, langsung terdengar cukup keras di ruangan tersebut.
Aneisha menggelengkan kepalanya, tampak air matanya sudan memenuhi pelupuk kedua matanya.
Tuan Zu tampak geram, segera dia melemparkan gelas di depan Aneisha, hingga pecahan beling itu berceceran di atas lantai.
"Cepat kau menari, atau aku buat lantai ini penuh dengan pecahan beling yang akan melukai telapak kakimu," perintah Tuan Zu dengan nada mengancam.
Aneisha tetap terdiam dan terus menunduk saat itu, hingga akhirnya Tuan Zu kembali melemparkan beberap gelas ke arah Aneisha, dan kali ini beling itu menancap ditelapak kakinya.
"Aw..sakit," Aneisha menahan sakit dan perih, ketika pecahan beling itu mengenaik telapak kakinya.
Saat itulah tiba-tiba datang seorang tamu, datang menghampiri dirinya dan memberikan jas miliknya untuk dipakaikan untuk menutupi tubuhnya.
Melihat hal itu, membuat Tuan Zu sangat kesal dan marah, tampak kini kebencian sudah memasuki relung hatinya.
Lelaki itu lalu memapahnya dan kini didudukkannya Aneisha disamping kursinya.
Tuan Zu mengepalkan kedua tangannya, tanpa terasa, dirinya langsung menghampiri istrinya, lalu menarik tangan Aneisha dengan kasar.
Saat itulah, pria tersebut langsung menepiskan tangan Tuan Zu, dari tangan Aneisha dengan menatap wajahnya sinis.
"Kenapa kau suka sekali memaksa wanita, Tuan Zu? Dia masih muda dan cantik, jika kau tidak berkenan untuk menjadikan istrimu lagi, ceraikan dia, maka akan aku nikahi dia," ucap lelaki itu dengan tersenyum miring ke arah Tuan Zu.
Deg
Bersambung
Lelaki itu adalah Tuan Xavier, seorang mafia yang terkenal dingin. Namun begitu lembut memperlakukan seorang wanita yang disukai olehnya.Tuan Zu tampakknya sangat kesal, ketika mendengar Tuan Xavier berkata itu dengannya.kedua manik matanya menunjukkan bara api kemarahan. Tuan Zuan lalu menarik tangan Aneisha ke arahnya.Ia mencengkram pergelangan tangannya dengan kasar, hingga pergelangan tangannya terlihat memerah."Aw sakit Tuan Zu, tolong berhenti menyakiti diriku," pekik Aneisha dengan berusaha untuk melepaskan pergelangan tangannya.Tuan Zu tak hiraukan tangisan Aneisha yang memekik kesakitan tersebut.Tuan Xavier begitu iba dengan wanita cantik yang ada di depannya, ingin dia menolong wanita tersebut. Namun Tuan Zu tak memberikan kesempatan kepada dirinya untuk menolong istrinya.Tuan Zu lalu memerintahkan pengawalnya untuk membawa Tuan Xavier pergi dari istanah miliknya."Sudah larut malam, pesta dihentikan. Sebaiknya kau pulang sekarang Xavier," usir Tuan Zu dengan mempersi
Tuan Zu tampak marah, ketika melihat Xavier masih berada di halaman rumahnya.Saat Tuan Zu mengusir dirinya, ia tak lantas pulang ke rumahnya, ia dengan santainya duduk di halaman rumahnya.Para pengawalnya tak bisa berbuat apa-apa, karena Tuan Xavier mengancam mereka, ia akan membatalkan semua kontrak kerja sama dengan Tuan Zu yang bernilai triliunan, jika mereka saat ini mengusir dirinya."Kenapa kalian masih membiarkannya berada di sini?" tanya Tuan Zu kepada salah seorang pengawal yang ada di sana."Maaf Tuan, saat itu kami tidak berani mengusirnya," jawab seorang pengawal dengan tertunduk takut."Kenapa kalian tidak berani mengusirnya? Katakan kepadaku, apa dia sedang mengancam kalian?" tanya Tuan Zu dengan menatap wajah pengawalnya dengan wajah geram."Maaf Tuan Zu, Tuan Xavier memang mengancam kami, jika kami berani mengusirnya, Tuan Xavier akan membatalkan kontrak kerja sama dengan Perusahaan Zuan Chan State Group yang bernilai triliunan," jawabnya dengan nada ketakutan.Tuan
Aneisha terkulai lemas, ketika Tuan Zuan telah habis-habisan menggempur dirinya. Sakit tubuh dan hatinya, diperlakukan seperti itu oleh Tuan Zuan."Tubuhmu menjadi canduku Ana, aku selalu menginginkanmu," ucapnya dengan mencium bibir Aneisha.Setelah Tuan Zu selesai menikmati tubuhnya, segera dia menggendong tubuh Aneisha dan membersihkan tubuhnya di kamar mandi bersama."Aku akan memandikanmu, kau cukup diam dan tak perlu melakukan apa-apa, aku suka dengan pelayananmu semalam penuh," kata Tuan Zu dengan mendudukkan Aneisha di dalam bathup kamar mandinya.Tuan Zuan mengambil gagang showernya, lalu kemudian ia menyiramkannya ke tubuh Aneisha, perlahan-lahan tubuh polos itu ia berikan sabun cair dan ia gosok-gosok tubuh Aneisha dengan kedua tangannya.Aneisha hanya terdiam dan menahan rasa gelinya, ketika tangan jahil Tuan Zu mulai meraba dan memainkan bagian sensitifnya."Tuan Zu..," panggil Aneisha dengan suara lirihnya."Ada apa Ana?" tanya Tuan Zu, sambil menggosok tubuh Aneisha den
Aneisha cukup terkejut dengan suara panggilan pengawal Tuan Zu secara tiba-tiba, niatnya dia ingin menelpon kekasihnya. Namun akhirnya niatannya dia urungkan, setelah pengawal sudah menunggu dirinya di depan pintu ruangannya.Tak ingin pengawal itu curiga kepada dirinya. Segera dia membukakan pintu kamar tersebut dengan cepat.Ceklek.Saat dirinya keluar, ia terkejut ketika melihat dua pengawal sudah berdiri di hadapannya. "Nyonya Zu sudah selesai?" tanya seorang pengawal kepada Aneisha."Sudah," jawab Aneisha singkat."Biklah Nyonya, mari kami antar ke meja makan, Tuan dan Nyonya Zu sudah menunggu di meja makan," tutur pengawal tersebut dengan tersenyum.Aneisha lalu mengangguk dan segera pergi meninggalkan kamarnya, ia kemudian berjalan ke arah meja makan, dengan ditemani kedua pengawal Tuan Zu, yang sejak tadi mengekori dirinya hingga kini berada tepat di meja makan, dimana Tuan Zu dan ketiga istrinya telah menunggunya.Tuan Zuan berdiri dan menghampiri Aneisha, ia lalu meraih tan
Tuan Zuan Tampak curiga, ketika istrinya terlihat seperti ketakutan, ketika dirinya hendak pergi dari rumahnya.Melihat Aneisha yang sepertinya memiliki firasat akan dikerjai oleh Lilian, segera Lilian menghampiri dirinya dan berlaku manis di depan Tuan Zu."Ada apa Adik ke-4? Jangan manja seperti itu, Tuan Zu saat ini tengah sibuk, lebih baik kau ikut kami melihat-lihat taman yang ada di istanah ini," ajak Lilian dengan nada sopan.Tuan Zuan menatap wajah Lilian sejenak, ia tak mendapati wajahnya kini tengah gugup karena berbohong, iapun setuju dengan apa yang dikatakan oleh Lilian saat ini."Lilian benar sayang, kau dan ketiga kakakmu, baiknya jalan-jalan di taman. Aku janji tidak akan meninggalkanmu lama-lama, aku akan segera kembali," jawabnya dengan mengacak pucuk rambut kepala Aneisha.Aneisha semakin cemas, ketika istri pertama Tuan Zu, akhirnya berhasil membuat Tuan Zu percaya dengan tipu dayanya "Tapi Tuan Zu, tak bisakah aku ikut saja denganmu?" ucap Aneisha dengan wajah ke
Aku terkejut, ketika seorang lelaki memanggilku kala itu, suara itu tak asing bagiku. Seketika akaupun membalikkan tubuhku dan menoleh ke arah samping.Saat itu aku tak yakin bahwa lelaki itu adalah lelaki yang aku kenal, dia berjalan ke arahku, tersenyum manis ke arahku. Saat itu, aku tidak yakin bahwa dirinya adalah Arsen kekasihku. Semakin lama semakin dia mendekatiku, barulah aku yakin, bahwa itu adalah Arsen kekasihku."Aneisha, apakah ini benar-benar kau?" tanya Arsen kepadamu dengan wajah tak percaya.Deg..Jantungku langsung mencelos, ketika mendengar suara itu adalah suara Arsen."Arsen, apa benar ini dirimu?" tanyaku dengan wajah penuh haru.Arsen tersenyum dan mengangguk kepadaku, ia kemudian merentangkan kedua tangannya, berharap aku memeluk dirinya saat itu.Sungguh, saat itu aku ingin memeluk dirinya. Namun entah mengapa, kakiku tiba-tiba tak bisa aku gerakkan.Air mataku benar-benar mengalir dengan deras, ada rasa rindu dan senang, campur aduk menjadi satu, ketika aku
Tuan Zuan menatapku dengan santai, ia terlihat memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.Ia hanya menatapku dan ingin melihat sikapku saat itu.Arsen tampak bingung, ketika melihat diriku terus menghindari dirinya saat ini. Aku tepiskan tangannya ketika dia hendak menyentuhku, karena saat itu, Tuan Zu tampak sedang menatap diriku penuh arti.Perlahan-lahan aku menghindari dirinya saat ini, hingga akhirnya Arsenpun kesal dan kini langsung menangkup wajahku dengan kedua tangannya. "Kau kenapa An? Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau ketakutan? Kemarilah, aku akan mengenalkanmu dengan kakakku," ucap Arsen tersenyum kepadaku.Aku menggelengkan kepalaku seketika, kutatap wajah Tuan Zu kini mulai menatap wajahku dengan tatapan penuh seringai, aku takut dan gugup saat itu."Tidak Arsen, tolong lepaskan aku," tolakku lalu melepaskan tangannya dari tanganku.Arsen terkejut melihat perubahan sikapku saat itu."Siapa wanita ini, Arsen?" tanya Tuan Zu dengan melirik wajahku."Di
Aku terkejut ketika mendengar suara Arsen saat itu."Tolong jangan sakiti dia, dia adalah calon istriku," ucap Arsen dengan nada mengiba.Kulihat Tuan Zu kini mengepalkan kedua tangannya, mulutnya mengatup rapat, wajahnya benar-benar bengis menatap Arsen saat itu.Meskipun Arsen adalah adik tirinya, tak sedikitpun Tuan Zu menganggap dia benar-benar seperti saudaranya sendiri.Tuan Zu, mencengkram kedua rahang Arsen dengan satu tangannya. Ia mengintimidasi dirinya, hingga membuat wajah Arsen seketika memerah menahan sakitnya, ketika tangan kekarnya hampir membuat rahang Arsen seperti mau patah."Berhentilah untuk menganggap dia sebagai calon istrimu Arsen, dia adalah istriku saat ini, kau jangan pernah menyentuh dirinya lagi, atau aku patahkan tangan dan kakimu nanti," ancam Tuan Zu menatap geram wajah adik tirinya.Arsen hanya terdiam, terlihat wajahnya mulai pucat saat itu, hingga aku memohon kepada Tuan Zuan, agar dirinya mau melepaskan Arsen."Tuan Zu, tolong lepaskan dia, aku berj