Pancaran kekuatan Ilmu Tujuh Gerbang Dewa di tingkat kelima memancar dengan kuat. Cahaya merah berbias kekuatan halilintar keperakan menyebar. Setiap yang terpapar cahaya itu akan terdiam tak lama kemudian lenyap.“Hahaha ku akui kekuatan yang kau miliki itu luar biasa.“Lian Xue… Sekarang!” teriak Liong Yun.Pendekar Bayangan Maut memancarkan kekuatannya ke arah musuh. Mereka mundur, tidak ada yang berani mendekat. “Bedebah!” Pertapa Sakti Dari Pulau Kayangan menghardik marah. Ia baru menyadari apa yang sebenarnya tidak juan Liong Yun. Pemuda itu bukan ingin melawannya melainkan mengulur waktu agar orang-orang dunia persilatan aliran putih bisa meninggalkan tempat itu.Orang tua Sakti itu pun kemudian memerintahkan sepuluh orang kerdil yang wujudnya menyerupai dirinya itu untuk menghabisi orang-orang aliran putih. Sepuluh orang kerdil dengan wujud menyerupai Pertapa Sakti Dari Pulau Kayangan itu menyebar dengan cepat, menerjang ke arah para pendekar aliran putih yang berusaha me
“Bagaimana? Apakah benar-benar pendekar Liong sudah tewas?”Majikan Pulau Naga di dampingi Putrinya Lin Lian Xue nampak tidak sabaran. Di dermaga yang menjadi satu-satunya akses masuk ke pulau itu ia berdiri menantikan sebuah perahu kecil yang datang. Belum lagi perahu itu merapat ia sudah melontarkan sebuah pertanyaan.“Salam hormat ketua!” Seorang lelaki berpakaian serba hitam dengan sulaman gambar naga hitam memancar cahaya keemasan di dadanya melompat dari perahu langsung berlutut memberi penghormatan.“Bagaimana, apakah kau mendapatkan informasi yang benar?” tanya Majikan Pulau Naga sekali lagi menegaskan.“Kabar itu ternyata memang benar ketua. Pendekar Liong telah tewas!” jawab orang yang baru datang itu.“Kakak Liong…!”Lin Lian Xue tidak kuasa menanggung kesedihannya. Ia jatuh tersungkur dan pingsan. Beruntung Majikan Pulau Naga langsung menyambut tubuh Putrinya itu sehingga tidak sampai jatuh ke tanah.Majikan pulau Naga sebenarnya cemas dengan keadaan putrinya, namun ia le
Malam harinya biksu Tian Kong dan Majikan Pulau Naga meninggalkan pulau. Mereka menggunakan perahu kecil yang hanya muat berdua untuk tidak menarik perhatian.Mereka naik perahu kecil yang dibuat khusus untuk menyeberangi lautan yang penuh dengan badai dan ancaman bajak laut. Perahu mereka, meskipun kecil, dirancang dengan rapi dengan lambung yang kuat dan layar yang kokoh untuk menghadapi gelombang besar dan angin kencang.Tian Kong duduk dengan tenang di bagian depan perahu, sedangkan Pendekar Senior menjaga keseimbangan dan mengarahkan perahu dengan cekatan. Mereka berlayar melawan gelombang-gelombang yang mengancam, kadang-kadang terjebak dalam badai yang mengerikan. Namun, dengan keahlian dan kerjasama mereka, perahu tetap kokoh dan melaju maju.Di tengah samudera yang luas, dua pendekar legendaris, terus melintasi lautan dengan perahu kecil mereka. Keduanya dikenal sebagai ahli bela diri yang ulung, memiliki keahlian yang tidak tertandingi dalam seni pedang dan ilmu silat yang s
Merasa ada orang lain yang juga mengincar jasad Liong Yun, keduanya pun mempercepat langkah mereka. Hingga tiba di sebuah bangunan besar yang dijaga ketat mereka berhenti pada jarak yang cukup jauh.“Aneh sekali!” gumam Biksu Tian Kong. “Bagaimana bisa orang itu tidak mendapat halangan oleh para penjaga. Padahal jelas-jelas ia melewati mereka dengan santai. Apakah mungkin orang itu merupakan anggota sekte Naga Hitam ini juga?” bisiknya kali ini kepada Majikan Pulau Naga. Yang ditanya pun sama dalam keadaan bingung. Keduanya dengan sangat jelas melihat orang berpakaian serba putih itu melewati para penjaga. Sementara para penjaga itu memiliki kemampuan yang jelas bukan kemampuan sembarangan, bahkan kemampuan mereka rata-rata di atas para ketua perguruan ternama di dunia persilatan,“Aku rasa orang itu bukan bagian dari sekte naga hitam ini. Orang itu tidak memiliki tenaga Naga Iblis, ilmu sesat dari ilmu naga langit. Sementara rata-rata orang sekte naga hitam memiliki ilmu tersebut b
Debur ombak menghantam karang bergantian dengan sangat cepat karena derasnya angin di pesisir pantai pinggiran kota Hongye. Batu karang yang hanya tersisa satu yang menonjol di pinggiran pantai bak dikeroyok ombak. Pemandangan yang tak jauh berbeda dengan yang dialami seorang anak kecil yang terpojok oleh puluhan orang dewasa di bibir pantai.“Hahaha… mau kemana lagi kau bocah? Tidak ada tempat untuk kau melarikan diri dari sini. Di belakangmu adalah lautan. Di seberang itu adalah Pulau Iblis Kematian. Dan disini kami siap mencincangmu! Keturunan keluarga Liong akan berakhir di sini!”Seorang anak kecil berusia delapan tahunan dikelilingi puluhan lelaki dewasa yang menghunuskan pedang, nampak terpojok di bibir pantai. Ia akan dihabisi oleh orang-orang yang ada disekelilingnya. Hanya jalan ke laut lah yang menjadi jalan satu-satunya. Namun arus dan angin saat itu pasti membawanya ke sebuah pulau yang sangat ditakuti, Pulau Iblis Kematian.Liong Yun nama anak itu. Ia menengok ke belaka
“Aku tidak akan menjadi mayat. Lebih baik aku menjadi Iblis agar bisa membalaskan semua dendam keluargaku!”Liong Yun berteriak. Anak lelaki yang masih berusia delapan tahun itu sudah menanggung beban dendam yang besar. Ia tanpa rasa takut memasuki jalan setapak yang terbentang di depannya.Saat Liong Yun mulai memasuki bagian dalam pulau itu, ia melihat sebuah cahaya terang yang mencolok diantara kegelapan pulau diselimuti hutan. Ia pun menjadikan titik cahaya itu sebagai tujuan. Beberapa kali ia meringis kesakitan merasakan terinjak batu berduri ataupun digigit binatang. Karena gelapnya tempat itu ia tidak mengetahui hewan apa saja yang sudah menggigitnya.Anak itu terus berjalan dengan sisa-sisa tenaga dan semangatnya. Sesekali ia terjatuh dan merasakan hewan-hewan dibawah langsung menyerangnya. Hanya dengan menyapu dengan tangan ia coba menepis hewan-hewan yang merayapi tubuhnya. Hewan yang menggigit dimana saja tempat ia singgahi.Keadaan Liong Yun semakin payah. Ia merasa pandan
“Murid-murid Kuil Dewa memberi hormat!” ucap seluruh biksu Kuil Dewa seraya berlutut melihat kedatangan Biksu Kaiming dan Biksu Tian Kong.“Apa yang terjadi?” tanya Biksu Kaiming, ketua generasi ke sepuluh Kuil Dewa.“Seseorang telah mengacau di Aula Agung,” jawab salah seorang murid.Biksu Kaiming dan Biksu Tian Kong langsung melesat ke dalam. Mereka langsung menuju Aula Agung tempat yang dianggap paling suci di tempat itu. Tempat dimana terdapat Tiga Patung Dewa Teritinggi berukuran besar. Tempat yang dijaga Delapan Belas Biksu Tubuh Emas yang rata-rata memiliki tingkat kesaktian diatas rata-rata orang-orang dunia persilatan.Betapa terkejutnya dua biksu utama itu ketika melihat Aula Agung sudah terbuka dengan paksanya. Pintu hancur berkeping-keping. Sementara keadaan di dalam membuat semua orang pasti bergidik melihatnya. Tiga Patung Dewa tertinggi putus kepalanya dan tergeletak di tanah. Sementara delapan Belas Biksu Tubuh Emas tergeletak di tanah tak sadarkan diri.“Telapak Dewa
Sebuah gedung besar tepat berada di tengah-tengah kota Hong Sha dinamai Kamar Dagang Keluarga Lim. Sebuah keluarga besar yang bukan hanya terkenal dengan anggota keluarganya yang memiliki kemampuan hebat di bidang bela diri namun juga mereka piawai dalam usaha dagang. Pasar besar kali ini dilaksanakan di kamar dagang yang keluarga Lim dirikan.Pasar besar itu akan dilaksanakan tiga hari lagi. Namun sudah banyak para orang-orang dunia persilatan baik dari aliran hitam maupun putih datang berkunjung. Di kota inilah para pendekar dua aliran bertemu tanpa terlibat pertarungan. Sebuah aturan yang sudah sejak lama berlaku dan siapapun yang melanggar tentu akan menjadi musuh bersama dua aliran.Bukan hanya orang-orang dunia persilatan yang tertarik dan datang. Mereka yang merupakan sebuah perkumpulan keluarga terutama mereka yang berasal dari keluarga kaya dan kemampuan beladiri mereka tinggi turut datang meramaikan. Di pasar itulah biasanya mereka menemukan mestika berharga atau pusaka yang