Share

4. Siapa Sofia?

“Pekerjaan apa yang kau butuhkah?” tanya Nicholas, setelah mempertimbangkan beberapa hal.

“Apa pun, aku bisa melakukan segalanya,” jawab Sofia penuh semangat.

“Apakah kau punya surat kelulusan atau semacamnya yang bisa digunakan untuk melamar pekerjaan?”

Sofia tampak termenung.

Dia tidak membawa apa pun dari rumah, hanya pakaian yang melekat ditubuh serta tas kecil yang berisi identitas miliknya.

Gadis itu menggeleng lemah, matanya menatap Nicholas dengan tatapan penuh permohonan.

Sofia yakin, pria asing itu adalah orang baik.

Nicholas tampak memikirkan pekerjaan apa yang akan dia berikan. Sementara dia, akan kembali ke Milan hari ini juga. Lagi-lagi ada satu sisi dari hatinya, yang mengatakan bahwa dia harus menolong gadis malang itu.

“Tuan, aku bisa melakukan pekerjaan rumah tangga sekalipun.”

‘Walau aku tidak pernah melakukannya dan tidak tahu bagaimana caranya aku akan tetap berusaha melakukannya,’ batin Sofia

Nicholas tampak memikirkan perkataan Sofia. Jika dilihat dari tutur katanya, Nicholas yakin bahwa Sofia tidak berasal dari keluarga sembarangan.

“Baiklah. Mari ikut aku!”

Sofia menatap Nicholas dengan mata berbinar. Setidaknya sekarang dia tidak perlu khawatir akan tidur di jalan lagi.

.

.

.

.

.

“Pak, antar aku kembali apartemen!”. Nicholas memutuskan untuk membawa Sofia bersamanya. Dia menunda kepulangannya, sampai dia tahu tentang asal-usul Sofia.

Pak Supri mengangguk. Walau dia merasa kebingungan dengan permintaan tuan mudanya.

Mobil yang dinaiki Nicholas memutar arah, membelah jalanan menuju apartemennya kembali.

Di dalam mobil tidak ada pembicaraan di antara mereka berdua. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.

.

.

.

.

.

Sofia mengedarkan pandangannya ketika sudah sampai di apartemen milik Nicholas. Dia tidak heran, karena kakaknya juga memiliki apartemen yang sama mewahnya.

Nicholas mengajak Sofia masuk ke dalam apartemen miliknya. Dilihat dari cara Sofia memandang, Nicholas tahu bahwa Sofia sudah terbiasa melihat apartemen mewah seperti ini.

“Ini kamarmu.” Nicholas menunjuk salah satu kamar di sana. Sofia mengangguk, kemudian dia membuka pintu kamar itu. Tampak kamar yang cukup luas, walau tidak seluas kamarnya di rumah.

“Istirahatlah! Aku sudah memesan pakaian baru untukmu. Jika lapar, kau bisa mencarinya sendiri di dapur.

“Terima kasih, Tuan.”

Nicholas meninggalkan Sofia agar gadis itu beristirahat, setelah itu dia akan menanyakan tentang siapa sebenarnya Sofia.

.

.

.

.

.

“Sofia kau menipuku!” Nicholas melempar amplop cokelat ke hadapan gadis itu.

Dia sudah melakukan penyelidikan tentang Sofia, selama 1 minggu ini. Dan ternyata dari informasi yang dia dapat Sofia bukanlah gadis sembarangan. Dia merupakan putri dari seorang pengusaha terkenal di Jakarta.

Sofia mengambil amplop itu dengan tangan gemetar. Dia merasa takut melihat wajah merah Nicholas. Entah apa isi amplop itu, dan apa yang membuat Nicholas murka terhadapnya. Padahal Sofia sudah melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin.

“Kau seorang anak pengusaha kaya, tapi kenapa kau meminta pekerjaan kepadaku? Katakan apa tujuanmu yang sebenarnya?” Nicholas mengguncang tubuh mungil gadis itu, dia merasa telah dibohongi selama 1 minggu ini.

Sofia menggeleng lemah, dia memegang pundaknya yang terasa sakit. Hormon kehamilan telah mengubahnya menjadi perasa dan mudah menangis.

“A-aku ….” Suara Sofia tampak tercekat.

“Pergi dari sini! Kembalilah ke rumahmu!” usir Nicholas. Dia merasa tertipu mentah-mentah oleh gadis kecil itu.

“Tidak, Tuan. Kumohon jangan mengusirku. Aku tidak punya siapa-siapa lagi. Kumohon, Tuan.” Sofia terduduk, dia menyentuh kaki pria itu. Hal yang sama sekali tidak pernah dia lakukan selama ini.

Nicholas melepas tangan yang menyentuh kakinya itu. Lalu memegang bahu gadis itu, dan menyuruhnya berdiri. Sungguh seorang pria Italia tidak bisa, melihat wanita menangis. Hati pria Italia terkenal akan kelembutannya.

“Katakan apa yang terjadi padamu. Maka aku akan mempertimbangkanmu untuk tetap bekerja denganku.”

Nicholas menuntun Sofia untuk duduk di sofa. Dengan suara gemetar Sofia mulai menceritakan segalanya. Tentang kekasihnya yang berkhianat, lalu percintaan 1 malam dengan seorang pria asing. Dia menceritakan segalanya tanpa melewati apa pun. Kini harapannya hanya tinggal Nicholas.

Nicholas menghela napasnya dengan panjang. “Apa kau tidak tahu siapa pria itu?” tanyanya.

Sofia menggeleng. “Aku lupa bagaimana wajahnya. Aku mabuk malam itu.” Walau nyatanya Sofia masih ingat netra abu itu dan juga janji pria itu, tetapi bukankah di dunia ini ada banyak orang yang memiliki netra seperti itu. Sofia tidak mau menyimpulkan apa pun, dan aroma parfum itu, akan selalu melekat dalam benaknya.

Lagi-lagi Nicholas mendesah. Dia merasa iba dengan gadis itu. Mengapa Tuhan melibatkannya dalam kisah pelik ini.

“Aku akan kembali ke Italia besok. Aku tidak bisa terus di sini.”

Sofia memandang pria tampan berkulit putih itu dengan dahi mengernyit. Sofia pikir Nicholas adalah orang asli Indonesia, sebab dia sangat lancar berbahasa Indonesia. Ternyata dia salah, pria di sampingnya merupakan orang asing.

“Bereskan pakaianmu, besok kau ikut denganku!” Nicholas memutuskan untuk membawa Sofia bersamanya. Setelah mendengar apa yang menimpa Sofia, Nicholas yakin untuk membawa gadis itu. Dia tidak tega jika harus meninggalkannya sendiri.

Bagaimana bisa seorang pria dengan tega meninggalkan wanita hamil seperti Sofia, hidup terlunta-lunta di jalan? Batin Nicholas.

“A-apa?” Sofia meyakinkan pendengarannya.

“Ikutlah bersamaku ke Italia. Aku tidak mungkin meninggalkanmu sendiri di sini. Apalagi setelah tahu kondisimu yang sebenarnya.”

“Ta-tapi aku akan menyusahkanmu di sana Tuan. Kita hanya orang asing. Aku tidak apa, aku bisa mencari pekerjaan lain.” Sofia merasa tidak enak jika harus melibatkan orang asing dalam masalahnya.

“Aku tahu bahwa tidak ada hubungan di antara kita. Kita hanya orang asing, tidak sengaja bertemu. Satu yang perlu kau tahu, aku seorang pria, dan kondisimu juga sedang hamil. Jiwaku menolak, jika harus meninggalkanmu sendiri di sini.”

Sebenarnya Nicholas sudah terbiasa dengan kehadiran Sofia selama 1 minggu terakhir. Ada rasa yang hilang jika dia tidak bertemu gadis itu sehari saja. Nicholas tidak tahu perasaan apa yang ada dalam hatinya itu. Mungkin inilah bentuk tanggung jawab kepada Sofia, karena dia sempat membuat gadis itu celaka.

Akhirnya Sofia setuju untuk ikut bersama dengan Nicholas dengan berbagai bujukan. Sofia yakin bahwa Nicholas adalah pria yang baik, dan dia percaya itu.

Setidaknya di sana nanti Sofia bisa memberikan kehidupan yang layak bagi anaknya.

Entah bagaimana caranya, keesokan harinya segala keperluan gadis itu telah selesai. Dengan cara apa Nicholas mengerjakannya, Sofia tidak mau terlalu memikirkan hal itu.

Dengan uang dan kekuasaan, Nicholas maupun menyelesaikan masalah Sofia. Bahkan pria itu menyembunyikan identitas Sofia. Berharap agar tak ada satu orang pun yang bisa menemukan gadis itu, di masa depan nanti.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status