Setelah makan malam, Mika tidur bersama Yama dan Thor di kamar belakang karena badannya benar-benar lelah dan butuh istrirahat sampai dia tidak tahu kalau jam 10 malam listrik desa di padamkan untuk menghemat pasokan listrik ke desa. Membuat pagi ini Mika bangun lebih awal dari biasanya.
Ayam berkokok terus bersautan membuat Mika duduk sambil mengucek mata, Thor yang tidur di kaki Mika juga terbangun karena merasakan pergerakan Mika.
Mika menguap. Dia turun dari kasur saat semua nayawanya terkumpul, menuju koper untuk mengambil baju olahraga yang akan di gunakannnya untuk berolahraga pagi di luar bersama Thor.
Mika memilih bra sport Calvin Klein warna hitam, jaket hoodie crop dada terbuka dan celana training adiddas warna navy.
Setelah memakainya, Mika langusng keluar melalui teras kamar saat melihat Yama masik tidur lelap di balik selimut yang menutupi semua badannya termasuk kepala. Tidak lupa memasang tali leher Thor untuk berjaga-jaga kalau Thor lari.
Di luar, udara segar langsung menyambut membuat Mika menghirup udara dalam-dalam sampai terasa dadanya lega karena terisi udara asri yang benar-benar bersih. Udara desa berbeda dengan udara kota. Udara desa segarnya segar alami oleh tanaman dan bau embun yang membasahi tumbuhan serta tanah.
Thor ikut kegirangan merasakan udara sejuk desa. Anjing kecil itu mengnggong sambil berlari mengitari kaki Mika membuat Mika ikut berlari dan tertawa menggoda Thor.
Walau pagi seperti ini, warga desa sudah memulai aktivitasnya. Seperti beberapa petani yang lewat depan rumah sambil menoleh pada Mika. Bapak tetangga depan yang sedang memandikan burung. Ibu penjual bahan masakan yang sudah di kerumuni pembeli. Tetangga samping yang sedang memangkas tanaman bonsai dan entah bapak dari mana tiba-tiba menyapu di depan pagar bonsai rumah Mika.
Sinar matahari mulai turun mengenai wajah Mika saat dia melakukan gerakan lokomotor dari ujung belakang ke ujung depan rumahnya bersama Thor. Setelahnya melakukan gerakan Squat lalu beristirahat sebentar. Mika baru tersadar kalau sekitar rumahnya ramai dengan bapak-bapak yang melihatnya saat dia menggendong Thor dengan nyaman sambil mengusak bulu Thor.
Rasa takut, was-was mulai muncul dari dalam diri Mika secara tiba-tiba saat panic attacknya muncul. Mika memeluk Thor lebih kuat sampai membuat Thor mengenggo saat beberapa ibu-ibu menghampiri Mika yang langsung menutup badannya dengan kain kotor berwarna kecoklatan.
Thor yang ikut kaget, loncat. Anjing kecil itu bersembunyi di balik kaki Mika.
"Kamu pendatang baru sudah berani-beraninya telanjang di depan rumah. Kecil-kecil mau jadi jalang kamu, ha?!"
Mika mengenggam tangannya kuat-kuat sampai merasakan kukunya menancap di kulit. Rasa takut di dalam dirinya semakin bertambah saat kerumunan semakin ramai membuat Mika merasa mual dan ingin menangis.
Ibu-ibu yang memberi kain kotor pada Mika mengambil kain yang jatuh itu lalu menempelkannya pada badan Mika membuat Mika termundur dan menolak. Tentu saja dia merasa jijik karena kainnya kotor dan bau.
Ibu berdaster merah yang terlihat sudah geram di belakang menghampiri Mika lalu menjambaknya membuat Mika menangis karena dia merasa tidak salah apapun tapi di perlakukan sedemikian rupa. Kenapa warga desa jahat kepada pendatang baru. "Kamu tuh cantik, masih muda. Carilah yang masih muda di luar sana atau cari cowok kota. Jangan ganjen sama bapak-bapak yang sudah beristri-berbuntut."
Mika diam. Dia tidak berani melawan karena rasa takut menguasai dirinya dari pada keberaniannya untuk melawan atau hanya mengucap satu kata. Air mata terus keluar saat jambakam semakin kuat. Thor yang tau kesakitan Mika mengonggo keras sambil memutar-mutar di kaki ibu berdaster merah membuat si ibu loncat tunggang langgang karena takut dengan anjing.
"Ayo bawa ke balai desa biar di adili satu kampung!"
Mika terisak karena dia di seret dengan di jambak rambutnya. Dia memberanikan diri melihat satu persatu wajah ibu-ibu yang telah menjahatinya. Sekarang bukan cuman ibu-ibu dan bapak-bapak. Bahkan anak kecil juga ikut mengerumun melihat apa yang terjadi.
Yama yang mendengar suara samar keributan dari luar bangun dengan nyawa masih belum terkumpul saat mendapati Mika tidak ada di sampingnya dan pintu teras terbuka. Dia keluar, seketika membelalak saat melihat adiknya di seret dengan rambut di tarik.
"Ada apa ini?"
Pak Anas dan Mia yang baru kembali dari pasar ikut mendekat melihat keributan apa yang terjadi sampai lupa menaruh belanjaan lebih dulu sebelum datang. Akhirnya mereka mendekat dengan tangan yang menenteng tas berisi kebutuhan untuk warung.
"Astaga." Mia langsung menarik Mika dan membebaskan Mika dari tarikan ibu berdaster merah. "Ada apa ini?"
"Mbak Mia jangan membela bocah jalang ini! Dia menggoda bapak-bapak dengan bertelanjang di depan rumah."
"Adik saya tidak bertelanjang! Dia memakai pakaian." Amuk Yama tidak terima. Dia menarik Mika lalu menyembunyikannya di belakang badannya. Thor yang sedari tadi menggonggo dan menjauh berlari menuju Mika.
Mia mulai memahai situasi. Dia mencoba menengakan kedua belah pihak. "Ini kesalah pahaman."
"Kesalah pahaman apa mbak Mia?" Protes ibu-ibu.
Pak Anas mengangkat lengan, menengakan warganya "lebih baik kita diskusikan baik-baik sambil duduk. Mari." Ajak Pak Anas mengarahkan warga ke warungnya yang memiliki banyak kursi.
Yama duduk di hadapan ibu berdaster merah, sedangkan Mika berdiri ketakutan di belakang Yama sambil menggendong Thor. Pak Anas dan Mia duduk menyudut sedangkan sebagian warga duduk di kursi panjang dan sebagian berdiri.
"Jadi kesalah pahaman apa yang mbak Mia maksud? Jangan mentang-mentang kakaknya tampan mbak Mia membela jalang kecil ini."
"Adik saya bukan jalang!"
Pak Anas menarik Yama agar tidak tersulut emosi. Dia menenagkan Yama memberi kode untuk percaya pada Mia. "Negara kita ini luas. Memiliki macam-macam budaya, adat, ras dan suku bangsa. Di kota tempat Mas Yama dan Mika berpakaian seperti ini sudah biasa apalagi saat berolahraga. Tapi menjadi tidak etis saat di kenakan di desa kita karena desa kita masih minor dengan pakaian seperti itu." jelas Mia.
"Tapi karena mereka tinggal di desa kita, harusnya mereka mengikuti standar kita bukan kita yang mengikuti standar mereka." Protes ibu berdaster merah.
"BETUL!" sorak ibu-ibu kompak.
Mika semakin ciut, dia memeluk Thor lebih erat membuat Thor berontak dan menendang punggung Yama. Yama yang sadar ketakutan adiknya mengambil tangan Mika lalu menggengamnya erat. Dalam hati bersumpah akan membalas siapa saja yang ada di balik kehancuran karirnya sampai membuatnya di asingkan ke desa jahat yang mengadili adiknya yang tidak bersalah.
"Betul. Saya setuju. Tapi mereka masih baru di sini, butuh penyesuaian. Kalau salah harusnya di tegor baik-baik apalagi Mika masih kecil. Mika juga tidak bermaksud menggoda bapak-bapak."
Yama menghembuskan nafas panjang. Dia takut terlalu lama di ke ramaian akan berdampak pada trauma Mika. Apalagi Mika yang menjadi terdakwa. "Saya minta maaf atas kegaduhan pagi ini. Saya dan Mika akan menyesuaikan cara berpakaian warga desa. Sekali lagi saya minta maaf atas kelalaian saya menjaga Mika."
Ibu berdaster merah mulai luluh. Beliau mulai memahai setelah mendapat penjelasan dari Mia dan permintaan maaf tulus dari Yama. "Baiklah. Saya dan ibu-ibu juga meminta maaf karena sudah mengatai Mika dan menjambak rambutnya. Kami akan menegor dengan baik, memberi tahu dengan baik saat berpakaian atau tingkah laku kalian tidak sesuai standar desa."
"Semuanya sudah jelas?" Ucap pak Anas berdiri. "Silahkan kembali ke rumah masing-masing dan kandangi suami masing-masing agar matanya tidak jelalatan!"
Semua warga desa akhirnya bubar. Mereka kembali kerumah masing-masing dengan ibu-ibu yang menarik suaminya senagai hukuman karena jelalatan melihat yang bening langsung di jadikan sebagai tontonan. Anak-anak juga ikut bubar dan melanjutkan permainan yang sempat tertunda.
Yama berdiri. Dia berpamit pada Pak Anas dan Mia untuk pulang bertepatan dengan seorang laki-laki muda seusia Mika baru saja turun dari becak. Yama yang tidak memiliki uruan dengannya langsung berlalu.
***
"Ada apa?"Pak Anas memberikan tangan saat laki-laki yang baru turun dari becak menyalaminya. "Salah paham." Jawab Pak Anas.Dia mengangguk, menoleh pada Yama dan Mika yang baru masuk rumah. Dalam ingatannya seperti tidak asing dengan mereka."Culture shock." Jawab Mia sambil membuka warung untuk memasukkan belanjaan membuat laki-laki itu secara naluri membantu. "Kamu kok tumben bukan hari minggu pulang, Sa?""Adiknya pulang kok malah di bilang tumben.""Ya gimana, Pak. Asahi kan irit banget. Kalau uangnya enggak bener-bener habis enggak akan pulang."Asahi hanya tertawa, memang benar kalau uangnya tidak habis mepet hanya untuk ongkos pulang dia tidak pulang karena menghemat dan memaksimalkan uang saku. "Tanggal hitam di apit dua tanggal merah. Jadi sekalian di liburkan tiga hari." Asahi membantu menata belanjaan saat semua tas dan kardus sudah masuk warung."Kamu lanjut ya, Sa. Mbak mau masak soanya harus kirim ke r
Hansol yang baru memasuki practice room memijat pelipis saat melihat artis barunya tiduran di sofa sambil bermain nintendo switch dengan santainya padahal dua hari lagi comebacknya akan berlangsung. "Bobby!"Bobby melihat Hansol sekilas lalu tidak peduli banyak. "Persiapa apa saja yang sudah lo lakuin buat comeback gue?" Tanya Bobby tanpa mengalihkan perhatian dari game."Ngantur jadwal promosi, kerja sama beberapa iklan, variety show penganti Yama.""Bagus.""Tapi lo harus berlatih, Bob! Lo enggak bisa santai kayak gini. Banyak yang harus lo persiapkan. Gue baru dapat laporan dari pelatih katanya lo enggak mau latihan."Bobby berdecak. Dia menatap Hansol dengan pandangan tidak suka. "Gue juara pertama SMYV. Enggak perlu persiapan suara gue sudah bagus. Langsung perform sekarang juga bisa.""Lo belum apal liriknya. Enggak usah sok! Cepat latihan!" Hansol berjalan menuju pi
Mika keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambut dengan handuk, dia baru saja mandi dan kini mengenakan setelah hoodie oversize milik Adidas. Setelah kejadian kemarin, Mika lebih banyak mengenakan pakaian panjang atau oversize walau harus cuci-kering pakai karena dia hanya membawa sedikit pakaian panjang."Thor.""Thor, dimana kamu?""Thor?"Mika memanjangkan leher, dia berjalan ke arah kandang yang ada di dekat TV. "Thor?" Mika jongkok di depan kandang Thor, melihat kandang Thor terbuka Mika melebarkan mata dengan jantung yang mulai berdetak lebih cepat. "Thor, kamu dimana?"Mika menggantung handuk, dia mengigit bibir bawah sambil menggerakkan matanya ke segala arah karena panik juga bingung. "Thor?" Mika mulai was-was, dia menghembuskan nafas panjang. Mencoba berfikir positif.Mika mencari Thor di kamar, tidak ada. Di ruang tamu, tidak ada. Di dapur, juga tidak ada. "Astaga, Thor." Mika bingung, rumah ini tidak terlalu luas ha
Yama berulang kali meminta maaf pada Asahi karena baru stay setengah jam di perpustakaan, pulang. Walau Asahi bilang sudah menyimpan materi belajarnya di drive yang bisa di buka offline di rumah, tetap saja Yama tidak enak. Padahal niatnya pamit pada Asahi tadi untuk pulang dulu kalau Asahi masih membutuhkan internet. Tapi Asahi malah ikut pulang.Selama perjalanan pulang, Yama masih memikirkan pembicaraannya dengn Hansol di telvon tadi. Yama benar-benar tidak menyangkan Hansol sejahat itu padahal Yama sangat mempercayainya. Hansol sangat licik, dia pandai memanfaatkan kelemahan Yama untuk membuat Yama tetap di desa ini unuk melancarkan rencan yang Yama tidak tahu.Sebenarnya bisa saja Yama kembali ke kota tanpa sepengetahuan Hansol tapi akan sangat bahaya bagi kesehatan mentalnya dan kesehatan mental Mika karena keadaan di kota sedang caos. Walau tidak membuka sosial media pasti ada saja berita itu, entah dari TV, koran, majalah
Tepuk tangan bergemuruh mulai tedengar samar saat dia kembali ke back stage dengan berjalan angkuh menuju ruang tunggu. Beberapa staf stasiun TV yang menyapa di acuhkan begitu saja karena menganggap tidak ada gunanya. Walau Hansol menegor dengan menyenggol lengan tapi Bobby tidak peduli.Bobby merebahkan diri di sofa sambil membuka atribut panggung menyebabkan beberapa aksesoris rusak karena di lepas asal atau tertindih badan. "Sudah trending di berapa kota?"Hansol menghembuskan nafas panjang. Dia duduk menyudut dari Bobby. "Dua belas kota."Bobby terkekeh angkuh "bagus dong. Dulu Yama cuman delapan kota." Ucapnya merasa bangga karena comebacknya sukses besar walau harus menganti genre musik rocknya ke hip-hop melow.Hip-hop melow. Nada hip-hop tapi liriknya melow sesuai ke adaan anak-anak muda jama sekarang yang sering di goshting. Singkatnya, lagi sedih di jogetin."Delapan kota tapi du
Semenjak kejadian Mika di bawa Erik pergi walau Erik mengantar Mika ke petshop karena Thor terluka, Han dan gengnya sering mengontrol rumah Mika dan sering nongkrong di warung Pak Anas. Han dan gangnya juga sering ke rumah Mika saat Yama memainkan gitar di depan rumah membuat mereka semua mulai akrab.Han sering mengajak Thor bermain. Beda dengan Asahi yang takut dan menghindar saat Thor mendekatinya. Ngomong-ngomong soal Asahi, dia sudah kembali ke kota.Entah kenapa semakin lama, Han ingin menjaga Mika dan menjauhkan Mika dari jangkauan Erik. Mungkin karena dia merindukan sosok adik yang sudah pergi karena kesalahannya.Yama menghentikan permainan gitarnya karena menguap. Dia menepuk pundak Alik (teman Han) yang ada di sampingnya "Kalian pulang aja, tidur di rumah." Titahnya pada tiga teman Han yang mendapat tugas berjaga.Yama merasa seperti memiliki bodyguard pribadi karena setiap hari rumahnya selalu di jaga. Yama jadi tidak e
Yama keluar saat mendengar suara Mia di depan rumah. Dia mengambil rantang dan mengembalikan rantang seperti biasa karena sudah masuk jam makan malam. Kening Yama menyerngit saat melihat warga desa beramai-ramai turun ke jalan. Obor di depan rumah yang biasanya hanya satu atau dua yang menyala kini sampai lima obor membuat jalanan lebih terang dari biasanya. "Ada apa, Mbak Mia?""Medekati waktu panen ada acara adat kebo-keboan, mas. Nanti ada semacam arak-arakan 30 orang di dandani menyerupai kerbau keliling kampung."Yama mengangguk. Pasti seru, ingin bergabung tapi Mika tidak bisa di keramaian. Di depan rumahnya benar-benar ramai terutama di warung Mia. Dari anak kecil hingga orang tua semua turun ke jalan menunggu arak-arakan."Mari gabung, Mas. Sebentar lagi sampai ke sini." Ucap Mia saat mendengar suara-suara dari kejauhan. "Ajak Mika sekalian, pasti senang."Yama mengangguk, dia menoleh saat Mia ters
Yama menyajikan teh hangat yang baru di buatnya beberapa menit yang lalu di dapur. Dia mempersilahkan Kristal untuk minum. Kristal menurut walau minum hanya sedikit karena rasanya aneh, air rebusannya tidak cocok di lidah Kristal.Mika yang baru meletakkan Thor di kandang ikut bergabung di ruang tamu. Sejenak melupakan bad moodnya karena senang kedatangan Kristal.Hening, tidak ada yang membuka obrolan. Dua orang yang dulu saling mencintai dan hangat kini dingin seolah saling membenci. Dua orang yang dulu mengantungkan kebahagiaannya satu sama lain kini saling melupakan dan mencari kebahagiaan masing-masing."How are you, Krystal?""Soso. Not bad not good, Yama.""Bang Yuno sehat kan?""Sure.""Kak Tiffany?" Tanya Mika. Yama tidak akan menanyakan kabar Tiffany karena dia sangat membenci kakak iparnya itu. Bukan karena penghalang