Share

4. The News

Camilla sulit berkonsentrasi pada pelajaran Aljabar,padahal biasanya itu mudah baginya untuk memahami angka-angka yang merusak mata sebagian murid di depan sana. Bukan nya memfokuskan perhatian pada persamaan yang tertulis di papan tulis, ia malah membayangkan dirinya berada di panggung dalam seluruh kegemerlapan La La Land. Bayangkan panggung yang gelap gulita. Asap (dari mesin pembuat asap yang memang berfungsi, bukan mesin yang mengacaukan pertunjukan klub Cheerio Di Resital Fall in Love with music musim gugur lalu) perlahan-lahan menutupi panggung yang didekorasi seperti gang-gang  kecil di Paris. Dan masuklah Camilla, dalam pakaian Dress santai berwarna kuning terang yang seksi yang berhasil memberikan sedikit belahan dada. Bibirnya terbuka dan lirik lagu seolah mengantung di udara, membuat para penonton terpesona. Dan tepuk tangan pun membahana.

Seusai pelajaran, Camilla mengambil tempat makanan berinsulasinya yang berwarna merah muda dari loker lalu berjalan ke ruang paduan suara. Nyaris setiap Pagi ia menyiapkan sendiri bekal makan siangnnya---sandwich, seperti sandwich whole-grain isi hummus dan kalkun untuk hari ini, apel atau pear granny smith, Dan kotak Tupperware berisi potongan wortel dan seledri. Makanan yang di sajikan Caffetaria sekolah nyaris nggak bisa dimakan---Biasanya berupa campuran keju berminyak dan karbohidrat yang jelas bisa menyumbat arteri, jarang sekali terlihat sayuran di sana.

Sudah setengah anggota Klub Cheerio Menunggu di ruang paduan suara waktu Camilla sampai. Radiator berkerja dan menyemburkan udara hangat yang kering ke ruangan. Camilla langsung melihat Shawn, yang duduk di bangku ujung Ruangan dan di pangkuan nya terdapat sebuah Gitar accoustic. Pandangan Shawn fokus kepada setiap senar-senar dan jari-jarinya dengan lihai menari-nari kesana kemari membangun sebuah Nada indah. Apa sih yang membuat Shawn selalu begitu.....Memesona? Padahal saat mengenakan Kemeja Flanel biru pudar di atas T-Shirt putih polos, celana jeans belel, dan sepatu Kets hitam itu dia kelihatan seperti cowok-cowok atlet lainnya di Roosevelt High.

Tapi Shawn jauh lebih baik daripada mereka. Butuh keberanian besar bagi cowok paling populer di sekolah untuk bergabung dengan Klub Cheerio. Biasanya, tindakan itu sama saja dengan bunuh diri Sosial. Teman-teman atletnya masih mengejeknya karena berteman dengan anak-anak berseni yang di anggap aneh, tapi seringnya Shawn mengabaikan, semua itu seolah dia bahkan nggak memedulikan semua Hinaanya. Rasa percaya diri merupakan faktor yang sangat menarik untuk Camilla---karena itulah ia pernah naksir Alexander Hawks, bintang senior di pertunjukan Washington!! Pada kelas Freshman.

Camilla membuka mulut untuk mengatakan sesuatu pada pada Shawn---Bertanya apakah cowok itu berhasil memecahkan Rekornya dalam game Grand

Theft auto Semalam? Sesuatu yang bisa membuat rasa canggung kejadian tadi pagi itu runtuh. Tapi,sebelum bisa bertanya, Camilla melihat Celeste Lynch yang duduk di kursi plastik merah di deretan atas Melihat ke arahnya. Salah satu alis Celeste terangkat, seakan berkata, ‘coba saja biacara padanya. Lupakan perjanjian kita.’ Eliza duduk di sambil celeste, entah bagaimana berhasil menggosok kuku, mengirimkan SMS lewat iPhone putihnya, dan menatap Camilla dengan ekspresi agak tertarik----semua nya sekaligus.

Camilla cepat-cepat duduk di barisan depan, disampingnya Eleanor dan Kurt. "Terima kasih sudah datang" Camilla nggak bisa menahan diri untuk nggak mengatakannya pada Celeste.

"Sama-sama" senyum celeste mirip sekali dengan senyum Kucing Cheshire. Celeste benar-benar nggak puas. Meskipun nggak suka melihat Shawn berkencan dengan orang lain, membayangkan cowok itu berkencan dengan Camilla-lah yang membuatnya nyaris ingin muntah Sungguhan. Langkah apapun yang bisa memisahkan mereka---dan menyiksa Camilla dalam prosesnya---pastilah tindakan bagus.

Anggota klub Cheerio lainnya masuk tepat saat bel berbunyi. Louis melenggang masuk bersama Hailee, keduanya masuk sembari tertawa entah apa yang mereka tawarkan. Cameron masuk sambil menggiring Ransel hitamnya malas dan Jack yang masuk dengan memakai topi Sulap berwarna hitam di kepalanya.

"Syukurlah," kata Camilla, menggosokkan kedua tangan dengan gaya puas. "Kita semua sudah di sini." Ia begitu senang sampai-sampai nyaris melonjak kegirangan. Ia sudah nggak sabar lagi untuk tahu lagu apa yang bakal Mr. Payne suruh ia nyanyikan dari La La Land----Another day of sun atau City of star---Kedua lagu itu yang paling cocok dengan suaranya. Tapi ia mau juga kalau disuruh menyanyikan lagu lainnya.

"Kecuali Mr. Payne" Shawn berdiri dan meletakan Gitarnya di Guitar Stand. Ia menggunakan. Ia nggak keberatan dengan semua rahasia ini, tapi diam-diam berharap nggak. Bangun setengah jam lebih awal pagi ini dengan Per-cuma. Semalam ia bergadang sampai jam Tiga pagi, mencoba----Dan gagal---Mengalahkan rekornya sendiri di Game Grand Theft Auto IV.

"I'm coming, I'm coming!!." Mr. Payne Masuk dengan Senyuman lebar di wajahnya. Dengan mata coklat Puppy eyes yang ramah dan Rambut-rambut halus yang tumbuh di sekitaran area Dagunya, dalam celana Jeans warna gelap yang agak belel, Mr. Payne nggak kelihatan lebih tua daripada murid-muridnya. Tas messenger kulitnya disampirkan di bahu, dan ia meletakan nya di atas Piano dengan perlahan, berhati-hati supaya tidak menggores Vernis hitam piano tersebut. Pandanganya menyapu seluruh ruangan. "Terima kasih, anak-anak karena kalian semua datang hari ini."

Camilla memandang Eliza tajam dengan sorot. 'Sudah kubilangkan."

"Jadi apa masalah daruratnya.?" Tanya Hailee, berusaha bersikap nggak tertarik. Ia tidak mau, dengan cara apapun mengasosiasikan diri dengan Camilla, yang sekarang ini bisa di bilang terlonjak gembira..

"Masalah adalah ini." Mr. Payne mengangkat Kursi, memutarnya, lalu akhirnya duduk menghadap mereka sambil bersedekap. "Akhir-akhir ini aku banyak berpikir soal pertunjukan apa yang harus kita tampilkan dalam pekan raya multikultural tahun ini."

  "Pekan raya multikultural? Acara itu pasti di tonton banyak orang," kata Kurt optimistis. "Tahun lalu Mr. Ryerson nggak mengizinkan kamin pentas karena dia bilang akustik di auditorium Deer valley high Jelek." Pekan raya Multikultural diadakan setiap musim dingin secara bergiliran di beberapa SHS. Seharusnya pekan raya itu merupakan acara puncak perayaan pekan multikultural yang diadakan masing-masing sekolah, dan biasanya menampilkan beraneka ragam pertunjukan musik---Band Mariachi, Teater Kabuki---Yang disertai makan malam Buffet dengan meja-meja ayang didedikasikan untuk hidangan internasional dari berbagai negara. Tahun lalu, Cameron bertemu cowok dari Deer Valley Yang mengenakan syal hitam Channel di kepala sembari menyajikan Enchilada Jalapeño. Tahun ini giliran Roosevelt High yang jadi tuan rumah----dan mungkin cowok Enchilada itu akan datang padaku,pikir Cameron.

"Well,tahun ini kita akan memanfaatkan pekan raya multikultural untuk melakukan pertunjukan yang berbeda." Mr. Payne mengeluarkan foto dari tas dan memperlihatkannya pada  orang. Itu foto Mr. Payne, yang masih kurus dan menggenakan Sweater Roosevelt High, melingkarkan lengan ke remaja tampan yang memakai Turtleneck hitam.

"Apakah kau berusaha memberitahu kami bahwa kau Gay,Mr. Payne?" Tanya Jack sambil melirik ragu ke arah Cameron. Kalau ada cowok Gay lagi di Klub Cheerio, Jack bakal sulit meyakinkan teman-temannya di tim basket bahwa nggak ada yang aneh dalam klub Cheerio.

Cameron memutar bola mata. Jack memang temannya bahkan sahabatnya namun terkadang Sifat Jack yang selalu Rude kepada Seksualitas nya membuat terkadang Cameron geram, meskipun nyanyian Sweet Creature versinya menyentuh hati, dan otot Bisepsnya sangat kuat.

"Kapan itu? 1986?" Tanya Britanny sambil menyipitkan mata.

"Ini tahu 2008," Mr. Payne mengoreksi. Ia memandang Jack tajam, tapi cowok itu sedang melihat dadanya sendiri. Jack ingin tahu apa latihan beban  yang dilakukannya tadi pagi sudah menunjukan hasil. "Ini temanku, Tristan. Dia murid pertukaran dari Irlandia yang tinggal rumahku waktu aku kelas Sepuluh. Kami sangat menikmati saat-saat yang kami habiskan untuk saling mengenal dan mempelajari kebudayaan masing-masing. Waktu itu Tristan sangat senang bergabung dengan Klub Cheerio Karena di sekolahnya di Irlandia nggak ada Klub semacam ini."

Camilla mengatupkan bibirnya erat-erat. Ia tahu bahwa klub Cheerio mengalami masa kejayaan pada masa Mr. Payne bersekolah. Belasan piala dan piagam penghargaan yang terpajang di lemari trofi di auditorium mengingatkan mereka akan hal itu setiap kali latihan. Setiap kali Camilla melihat nya, ia berpikir betapa beruntungnya Mr. Payne karena bergabung dalam Klub Cheerio jauh sebelum Slushie dijadikan senjata dan pada masa orang-orang berbakat benar-benar di hargai. Tapi Camilla juga berpikir, kalau dulu klub Cheerio bisa berjaya, kenapa sekarang enggak? Apa sih yang lebih baik pada tahun 2008? "Yang kau ceritakan tadi benar-benar menarik, Mr. Payne. Tapi apa hubungannya dengan memenangi kejuaraan tingkat regional.?"

"Tunggu sebentar,Camilla." Mr. Payne menghela napas. Camilla nyaris bisa mendengar Mr. Payne berpikir, ini bukan tentang kau. Tapi ia menahan diri. Meskipun selalu berusaha menunjukan otoritasnya di hadapan Camilla, mereka sama-sama tahu bahwa Camilla adalah kunci kebangkitan Cheerio. "Seperti kataku tadi, Tristan sangat terkesan pada klub Cheerio kita, dan itu memberinya inspirasi untuk membentuk klub yang sama di Irlandia."

"Membosankan, aku sudah bosan sekarang," gumam Cameron pelan, bersandar di kursi sambil berusaha melihat Rok Rachel. Walaupun ia seorang Gay namun bukan berarti kegiatan 'Mengintip' rok gadis-gadis terlewatkan juga.

Mr. Payne nggak mendengar ucapan Cameron. "selama ini kami tetap berkomunikasi, dan Tristan mengajar di SHS di Mullinggar serta membimbing Klub Cheerio Di sekolah itu." Ia diam sejenak untuk memberikan efek dramatis. "Dan coba dengar ini: Mereka semua akan mengunjungi Roosevelt---Tepat waktu untuk mengadakan pertunjukan gabungan bersama kita di pekan raya Multikultural!"

Dengan segera, ruangan berubah menjadi ramai. Ini benar-benar kabar baik. Kehidupan di Seattle, Washington. Nggak terlalu menarik, terutama pada musim dingin. Dan kedatangan remaja-remaja asing---yang juga menyukai Klub Cheerio---Tentunya bakal memeriahkan suasana. Semuanya tersenyum lebar. Sebagain bahkan mengirimkan SMS pada teman-teman atau mengupdate status.

"Wait...wait!!" Shawn buka suara, membuat aktifitas bahagia mereka terhenti. "Lalu apa hubungannya dengan Kue Croissant yang kau bilang sebagai 'Petunjuk' itu?".

Mr. Payne, membuka mulutnya mengingat petunjuk yang di berikannya berbentuk makanan itu. "Ahhh,ya aku lupa!!" Mr. Payne terkekeh. "Croissant berasal dari negara mana?".

"France!" Seperti biasa Camilla membalas dengan cepat, "lalu negara tetangga France?"

"Spain, Portugal, Elizabeth, Itally" Kurt menghitung dengan tangan.

"Ahhh,lupakan Negara tetangga Inggris saja apa?" Mr. Payne menggelengkan kepala.

"Scotland,Ire---" belum sempat Eleanor menyelesaikan kalimatnya, Mr. Payne memotong. "Nah,petunjuk itu artinya Negara Ireland. Ini sangat mendadak jadi kami tidak bisa memasak sesuatu berbau Irish dan kebetulan istri ku tadi membeli Croissant lebih dari satu kotak jadi satu lagi ku bawa kesini!". Jelas Mr. Payne semua hanya ber-Oh ria.

"Cewek-cewek Eropa? Seksi." Jack mencondongkan tubuhnya ke depan. "Kalian tahu, mereka berpikiran lebih terbuka." Camilla menambahkan.

"Aku rasa tidak juga!! Kurasa Louis lebih mirip Orang Suku Africa yang Barbar daripada penduduk Eropa yang berpikiran terbuka!" Shawn melingkarkan lengannya kepada sepupu yang tingginya lebih pendek beberapa Centimeter dari dirinya,Louis.

Louis berdecak. "Kau balas dendam,huh?"

"Apakah sudah terlambat kalau kita minta dibawakan beberapa barang Louis Vuitton? Harganya lebih murah kalau beli langsung di sana." Mata Brittany berbinar-binar. Ia ingin sekali punya tas baru. Ia bahkan sudah merencanakan baju apa yang akan dipakai untuk Christmas eve party yang masih dua bulan lagi.

"Mereka Itu dari Ireland bukan France, aku rasa nilai mu di kelas Geografi selalu F" protes Camilla, Brittany memutar bola mata nya kebelakang melenggang pergi mengabaikan Camilla.

"Mereka akan sampai besok---dan aku ingin sekali kalian menyiapkan dan menampilkan satu lagu khusus untuk menyambut mereka." Mr. Payne masih nggak percaya bahwa, mulai besok, murid-murid nya mendapatkan kesempatan yang sama dengan yang ia dapatkan ketika seumur mereka. "Sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan kalian sebelum kita berlatih untuk pertunjukan gabungan."

Camilla mengangkat tangan, nyaris mengenai mata Hailee. "Aku mau jadi sukarelawan untuk memimpin Proyek ini." Meskipun nggak seorang pun keberatan, Camilla menambahkan. "Aku yang paling berpengalaman diantara kita, dan cara berpikirku juga seperti orang Eropa." Meskipun agak kecewa karena nggak jadi menyanyikan lagu solo dari La La Land, kesempatan bertemu orang-orang baru---Orang-orang Eropa lagi!!---dan memukau mereka dengan bakatnya yang luar biasa membuatnya sangat bersemangat.

"Bukan,cara berpikirmu yang seperti orang Eropa. Tapi hanya saja kau mau melancarkan aksimu untuk mendekati Cowok-cowok Eropa itu,nanti!!" Hailee menatap tajam mata Camilla yang duduk tepat disampingnya.

"Hei,aku nggak punya rencana untuk mendekati Cowok-cowok Eropa!! Hanya saja cara berpikirku lebih Global dari kalian semua disini!!" Camilla angkuh,sifat ini yang sangat dibenci oleh semua anggota Klub Cheerio.

"Memang nya aku tak tahu Secret Crush mu kepada pria-pria Eropa?" Camilla menganga lebar tak tahu membalas apa, untuk pertama kalinya dirinya tak bisa berkata apa-apa saat sedang berdebat dengan siapa saja.

Mr. Payne yang sadar jika perdebatan ini tak akan ada ujungnya, mendekati kursi keduanya. "Berhenti,kalian berdua hanya membuang-buang tenaga" Mr. Payne melirik Louis dan Shawn "aku rasa Louis lebih cocok jadi sukarelawan!!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status