Share

Chapter 1

[ Welcome back to GodTales ]

Setelah notifikasi itu, pemandangan landscape dengan warna hijau pepohonan dan padang rumput yang luas, serta birunya langit dengan tambahan awan putih, langsung terlihat oleh mata Aria.

Ia kemudian bangun dan merenggangkan dirinya yang ia rasa kaku di bawah pohon yang rindang. Selagi melakukan hal itu, seluruh badan Aria dihampiri oleh angin yang berembus.

Tidak terlalu kencang, namun mampu membuat jubah berwarna hitam miliknya, yang hanya menutupi bagian kanan tubuh sampai pahanya tersebut, terbawa dan berkibar selama beberapa detik.

“Firasatku selalu benar mengenai hal ini. Pasti, akan ada yang menarik di tempat ini.”

Setelah mengatakan hal tersebut, Aria kemudian berjalan ke arah sebuah tembok besar yang terbuat dari batu. Ia tampak yakin dan tidak ragu dengan langkahnya.

Kini, di hadapannya, sudah terdapat sebuah tembok besar dan juga lubang besar yang digunakan sebagai gerbang masuk. Selain itu, terdapat dua orang penjaga yang memakai full armor dengan pelindung kepala yang terbuat dari besi. Jangan lupakan tombak, serta sebuah pedang di pinggangnya--membuat kesan seram. Akan tetapi, penjaga tersebut hanya berdiri di samping dan tidak menghalangi jalan masuk ke dalam.

Dengan sedikit senyum yang terukir di wajahnya, Aria melangkah dengan semangat hingga dia melewati kedua penjaga tersebut. Melihat sesuatu yang tidak beres, salah satu penjaga melihat Aria sebentar yang sudah berada di belakangnya kemudian memanggilnya.

“Tunggu sebentar, Tuan,” ucap salah satu penjaga gerbang.

Mendengar perkataan tersebut, Aria kemudian berbalik arah dan melihat ke sekelilingnya. Sayangya, hanya ada dirinya di sana. 

Aria lalu menunjuk dirinya sendiri seolah berkata ‘aku?’

Penjaga gerbang tersebut merespons dengan menganggukkan kepalanya.

“Bisakah Anda ke mari sebentar?”

Setelah mendapatkan perintah tersebut, Aria melangkahkan kakinya dan mendekati si penjaga.

“Apa ada yang bisa aku bantu?” tanya Aria tanpa merasa aneh.

“Bisakah Anda menunjukkan kartu identitasmu?” pinta sang penjaga sambil menjulurkan tangannya.

“Kartu identitas?” ulang Aria bingung.

“Ya, kartu identitas anda, Tuan. Jika Tuan pedagang, maka tunjukkanlah kartu dagang milik Tuan. Jika seorang petualang, tunjukkan pin yang Tuan miliki. Atau, jika Tuan adalah warga desa, tunjukkan surat rekomendasi yang Tuan bawa.”

Merasa bingung apa yang diucapkan sang penjaga, Aria hanya merespon dengan kedipan matanya saja.

“Apakah kau mendengarkanku, Tuan?”

“Tentu aku tidak punya,” jawab Aria dengan mudahnya sambil mengibaskan tangannya.

Mendengar jawaban itu, kedua penjaga tersebut kemudian memegang pergelangan tangan Aria masing-masing di kanan dan kirinya. Setelah itu, kedua penjaga itu mendorong Aria kembali ke pijakan awal di depan kedua penjaga.

Aria yang masih bingung, tiba-tiba terkejut saat dua buah tombak diacungkan ke arahnya oleh kedua penjaga tersebut.

“Sebaiknya, kau pergi dari sini, atau kami akan memproses dirimu secara hukum!”

Merasa dirinya terpojok dan tidak punya pilihan lain, Aria hanya menyerah, mengangkat kedua tangannya dan berpikir untuk pergi dari tempat ini.

“Baiklah-baiklah! Aku paham. Aku akan pergi dari sini.”

Dengan tatapan tajam, kedua penjaga tersebut masih melihat ke arah Aria dan memasang sikap jika sesuatu hal akan terjadi tiba-tiba.

Untungnya, kekhawatiran itu tidak terjadi dan mereka menurunkan kedua tombaknya saat Aria sudah hampir tidak terlihat lagi.

Di sisi lain, Aria yang masih berpikir apa yang baru saja terjadi. 

Ini aneh sekali! Hampir tidak pernah seorang penjaga kota akan menolak seorang pemain. Hal itu sudah pasti dan menjadi hukum yang melekat pada seorang NPC (Non-player Character atau karakter nonpemain) yang tidak dapat dikendalikan oleh pemain karena diprogram demikian.

“Apakah ini sebuah event?" Terkadang, di dalam Godtales, memang akan ada event berhadiah. Mengingat mayoritas event di Godtales adalah hal orisinil dan baru di sepanjang dunia game RPG semenjak perilisannya, jadi event secara mendadak bukanlah hal yang aneh.

"Tidak aku sepertinya salah.” ucap Aria lagi. Hipotesis mengenai sebuah event sedang berlangsung ditepis secara cepat oleh Aria. Aria mengingat bahwa dia tidak melihat banner atau pengumuman sebuah event sedang berlangsung atau akan dimulai.

"Apa ada bug?" Mungkin saja, ada kecacatan teknis yang membuat permainan tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Tetapi, hipotesis kedua segera ditepisnya lagi. Dia ingat bahwa baru saja ada pembaruan game lima hari yang lalu.

Meski begitu, Aria kemudian menyimpan hipotesis ini dan jika memang benar dia akan melaporkannya kepada GM (Game Master) yang memegang kendali utama permaian.

“Sebenarnya, apa yang terjadi?” Aria kemudian memunculkan hipotesa pertamanya dan mencoba memastikannya sekali lagi.

“Hipotesis akan tetap menjadi hipotesis jika tidak ada uji cobanya. Jadi, aku akan mencobanya!”

Aria mengeluarkan sebuah kode perintah [Open Event] yang diucapkan oleh para pemain ketika ingin melihat apa saja event yang sedang berjalan saat ini.

Namun, setelah Aria mengatakan hal itu, sebuah layar yang seharusnya akan menampilkan berbagai macam event yang tersusun rapi seperti mengunjungi sebuah situs tidak muncul.

“Ehh?” Aria terlihat seperti seorang pemain yang gagal merapalkan mantranya.

Melihat itu,  Aria kemudian mencurigai keberadaan bug. Berangkat dari situ, Aria kemudian mencoba memanggil seorang GM (Game Master) yang bertanggung jawab agar segera diperbaiki.

Sekali lagi, Aria mengucapkan kode perintah untuk memanggil seorang GM dan mencoba untuk terhubung dengan salah satu GM.

“Call GM!”

Sayangnya, tidak ada jawaban dari pusat. Aria kemudian mencoba berbagai kode perintah yang lain, seperti Access Chat, Force Chat GM, SOS, 511, Force Open 511, dan lain-lain. Namun, semua itu tidak berfungsi.

“Apa yang sedang terjadi sebenarnya?” Aria menggaruk kepalanya merasa sedikit kesal.

Kejadian seperti ini tidak biasanya dialami di game Godtales. Jika terjadi bug ataupun sesuatu yang berhubungan dengan pemain, GM akan langsung menghubungi pemain tersebut dan memberikan cara untuk keluar dari kondisi tersebut.

Ingin menghilangkan kekesalan, Aria kemudian mencoba sesuatu yang mengganjal di pikirannya.

Ia menjulurkan tangan kanannya ke depan, namun sebelum itu, takut sesuatu akan terjadi, ia menutup matanya dengan tangannya yang satu lagi dan mencoba mengintip.

Setelah yakin dengan hati yang berdebar, ia menggerakkan pergelangan tangannya dari atas ke bawah dan...

“Sreeengg... Tentu saja itu tidak terjadi. Gerakan seperti itu hanya ada di novel.”

Merasa hampa dan dirinya melakukan hal bodoh, Aria membuang semua pikirannya dan berpikir untuk keluar dari game meski tujuannya kali ini untuk bersenang-senang, tidak terwujud.

“Aku akan mengirim permasalahan ini lewat e-mail. Bisa saja aku mendapatkan kompensasi.”

Aria tertawa di dalam hatinya membayangkan kompensasi yang akan diterimanya nanti. Karena developer akan memberikan kompensasi bagi siapapun yang menemukan atau juga terkena bug yang tidak menguntungkan pemainnya.

“Baiklah, Log Out.”

Sekali lagi, Aria mengucapkan kode perintah agar bisa keluar dari permainan.

Namun, sama seperti yang sudah terjadi, visual permainan Aria tidak menunjukkan adanya perubahan sekecil apapun.

Mengetahui tidak adanya perubahan, hati Aria yang senang membayangkan menerima kompensasi, diganti oleh wajahnya yang pucat.

“Tidak, tunggu. Hahaha... Ini benar-benar lucu, apakah GM sedang marah kepadaku? Selama dua tahun baru ini kalian protes? Log Out.”

“Log Out.”

“Log Out!”

Wajah Aria semakin pucat.

Force Log Out, Shut Down, Back To Real Life, Turn Off, Help. Seluruh kata diucapkan Aria berharap dirinya dapat kembali keluar dari permainan.

“Hahahaha...” Aria menjatuhkan dirinya dan hanya tertawa menyadari sesuatu telah terjadi dan menimpa dirinya.

'Sial! Aku sial sekali!' batin Aria

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status