Share

Gadis Bodoh [Bego]
Gadis Bodoh [Bego]
Author: Penulis Lepas

[Bego] Part 1

Bego, itulah julukan Altha Naomi di sekolah, di rumah maupun di tempat umum. Tidak ada seorang pun yang mengenalnya tidak memanggilnya dengan sebutan bego, menurut mereka justru mereka yang bego kalau tidak memanggil Altha si bego yang gak ketolongan.

Altha cantik, manis dan kaya. Tapi sayang karena kebegoannya menutupi semua citra baiknya. Bahkan ada yang merasa cukup ngenes melihat Altha terlahir cantik dan kaya namun berotak dengkul. Bagonya gak jauh beda seperti bagong. Saking begonya, Mamanya sendiri malu ngakuin memiliki anak sepertinya. Terkadang Mamanya berpikir, apa mungkin Tuhan salah ngirim anak karena yang lahir bukan anak manusia normal. Tapi sebego-begonya anaknya itu, tetap saja wajah dan gen mereka gak jauh beda, persis seperti ibu dan anak.

"Selamat pagi, Ma." Altha menuruni anak tangga, sudah siap dengan seragam sekolah dan tasnya. Mamanya mengernyit melihat putrinya, tidak biasanya Altha bangun sepagi ini, biasanya tuh anak bangun 5 menit sebelum gerbang sekolah tutup, alhasil setiap turun sekolah pasti telat. Atau mungkinkah karena hari ini hari pertamanya masuk sekolah SMA makanya Altha bangun lebih pagi? Tapi itu gak mungkin, Mamanya ini sudah kenal Altha dari kecil, dia tahu anaknya ini tidak pernah turun sekolah sepagi ini meski di hari pertama masuk sekolah. Mamanya jadi curiga, pasti si bego itu memiliki rencana licik yang tidak dia ketahui.

"Tumben kamu bangun pagi? Biasanya harus disiram air panas baru bisa bangun." Mamanya menaruh beberapa lembar roti tawar bersama selai roti rasa pisang di meja makan. Soalnya Altha gak bisa makan kalo makanannya gak ada rasa pisang. Jadi jangan heran kalau kalian lihat dia makan apapun pasti ada rasa pisangnya.

Terlebih lagi betapa sulitnya Mamanya mencari selai rasa pisang ke seluruh alfamart atau mini market terdekat, bahkan Mamanya harus nyeberang ke kota sebelah hanya untuk mencari selai roti rasa pisang gegara si Altha mogok makan seminggu penuh karena gak ada selai pisang. Bego banget 'kan? Untung aja Mamanya masih sayang sama dia, kalau gak udah ditendang keluar dari rumah, biar aja dia tidur di bawah kolong jembatan.

Altha duduk dan langsung melahap roti yang sudah dia diolesi selai rasa pisang kesukaannya. "Karena Luis, jemput pagi ini." Altha menjawab pertanyaan Mamanya dengan mulutnya penuh satu lembar roti yang masih dalam proses kunyah. Bahkan tanpa sengaja sebagian roti tersembur keluar dari mulutnya. Tapi karena Altha bukan tipe manusia yang suka mubazirin makanan, lihat sebagian rotinya jatuh ke meja dengan cekatan dia mengambilnya lagi. Tapi tangan sang Mama dengan sigap memukul punggung tangannya.

"Itu udah jatuh jangan dimakan lagi," tegur Mamanya.

Altha menelan semua roti dimulutnya sambil mengusap tangannya yang sakit. "Tapi kan Mama yang bilang jangan mubazirin makanan, entar makanannya nangis." Ya, Mamanya memang pernah bilang gitu pas Altha makan satu tandan pisang yang baru dia beli dari tukang kebun. Jengkel lihat sikap Altha udah kayak mangki baru lihat banana akhirnya dia mengatakan pada Altha harus menghabisi semua pisang itu, kalo gak dihabisi mubazir entar pisangnya nangis. Padahal perkataannya waktu itu hanya ucapan kesal sesaat, tapi hari ini dia sendiri harus menerima teguran dari anaknya mengenai jangan mubazir.

"Bukan gitu juga kali, bego. Itu kan udah keluar dari mulut, gak pantas lagi dimakan." Mamanya menepuk dahi, rada stres memiliki anak sinting seperti Altha, udah kayak ngerawat bayi besar. Meski dia bilang jangan mubazir, tapi bukan begitu juga maksudnya, masa iya makanan yang udah keluar dari mulut dimakan kembali. Kan jorok!

Altha diam, gak berani menyetuh sisa makanan itu apalagi membantah ucapan Mamanya, kalo dia ngebantah Mamanya pasti bakal ngancem gak belikan pisang lagi biar saja Altha gak makan sampai setahun.

Tin! Tin! Tin!

Suara klakson langsung mengambil perhatian Altha dan Mamanya, pandangan mereka tertuju pada pintu masuk. Altha beranjak berdiri, buru-buru mengoles selai pisang pada rotinya. Mamanya sudah duluan pergi ke pintu, menyambut kedatangan seorang pria culun yang baru saja turun dari motor Vespa miliknya.

"Luis, jemput Altha ya?"

"Pagi, Tante Elena. Iya, jemput Altha." Pria berkacamata hitam itu menjabat tangan Elena, memberi salam dengan sopan. Elena terpukau dengan kesopanan Luis, terlebih lagi terpukau melihat betapa betahnya Luis berteman dengan anaknya yang bego. Pertemanan Luis dan Altha udah dari sejak kecil. Selain Luis pintar, dia juga sopan dan dewasa, hal itu yang menjadi poin utama kenapa Elena suka dengan Luis. 

"Pagi juga. Tante gak nyangka Luis bisa satu sekolah lagi dengan Altha." Elena tersenyum manis. Turut senang anaknya masuk sekolah SMA yang sama seperti Luis, dengan begitu dia tidak akan terlalu khawatir kalau Altha malas belajar apalagi sampai membuat kekacauan. Luis pasti akan selalu menjaga Altha dengan baik, "Sepertinya kalian berdua jodoh deh."

"Uhuk! Uhuk!" Altha yang kebetulan baru datang tersedak roti di mulutnya ketika mendengar Mamanya ngomong kalau dia dan Luis berjodoh hanya karena satu sekolah lagi.

"Altha!? Kamu kenapa, Nak?" Elena dengan cepat menghampiri Altha, bertingkah seperti Wonder Mom ketika anaknya lagi dalam masalah. Padahal sebenarnya dia malu melihat kelakuan anaknya yang gak bisa diubah. Elena memukul-mukul punggung Altha kuat sambil menyengir senyum sekilas kepada Luis.

"Uhuk! Uhuk! Mama!" Altha menjauh dari Elena. Dia ini sedang tersedak malah dapat pukulan maut dari Mamanya, apa Mamanya ini mau membunuh putri tercintanya?

"Ini air kamu minum."  Luis tiba-tiba memberikan air minum. Altha spontan melotot padanya.

"Kenapa dari tadi? Gue hampir mati dipukul dan lo baru ngasih air? Lo mau nunggu gue mati dulu baru minum?" Meski pun marah karena Luis lambat memberikan pertolongan, Altha tetap mengambil botol air mineral itu. Meneguk dengan rakusnya seperti manusia yang baru bertemu dengan air. Tapi, baru beberapa teguk mengalir di tenggorokannya, mendadak semua air yang dia minum kembali keluar. Sang Mama baru saja melayangkan pukulan lagi di belakangnya.

"Uhuk!! Uhuk!!" 

"Hehehe ... Luis maklumi Altha ya. Dia tuh tadi hanya bercanda," ujarnya lembut pada Luis, tidak ingin Luis tersinggung dengan perkataan anaknya tadi. Elena beralih menatap Altha melotot, sama melorotnya seperti Altha karena terkejut Mamanya mukul saat dia lagi minum. Apa Mamanya ini gak sayang sama dia? Masa lagi minum malah dipukul, untung yang keluar air, kalo yang keluar jantungnya gimana? Kan bisa berabe urusannya.

Luis mengangguk sambil tersenyum sopan. "Gak papa kok Tante, Luis udah biasa kok dengan sikap Altha. Kami kan udah sahabatan dari kecil."

"Oh ya Luis. Apa kamu udah ada perasaan dengan Altha?"

"Mama!!"

"A-apa Tante?" Luis terkejut mendengar pertanyaan Elena, bagaimana tidak tiba-tiba saja Elena mempertanyakan pertanyaan yang tidak terduga siapapun terkecuali Altha di saat seperti ini. Tapi sebelum Elena mengulang kembali pertanyaanya, Altha udah keburu menarik Luis ke motor.

"Mama! Kami berangkat!" Altha melambaikan tangan, padahal Luis belum menyetel motornya dan juga belum memakai helm.

"Tapi, Tha. Gue kan belum dengar jelas ucapan Mama lo? Kan terkesan gak sopan."

"Sopan peil palamu. Ini udah jam berapa, mau datang terlambat di hari pertama masuk sekolah?" sahut Altha tegas sambil mempertunjukkan jam tangannya. Sebenarnya dia hanya ingin menghindari pertanyaan Mamanya itu dari Luis. Dia merasa sedikit rada ngeri plus merinding ketika mendengar Mamanya membahas tentang hubungan asmaranya, apalagi Mamanya tahu Altha gak pernah pacaran sama sekali. Tentu saja, siapa mau berpacaran dengan gadis bego sepertinya? Mamanya khawatir anak bakal perawan tua sampai akhir hayatnya.

Luis tidak punya pilihan lain, disetelnya motornya kemudian jalan setelah mengucapkan pamit dengan Elena. Elena hanya melambaikan tangan membalas lambaian tangan Altha yang semakin menjauh. Tapi beberapa detik kembali tersadar kalau dia lupa mengatakan sesuatu.

"Nak Luis jaga Altha, ya! Pastikan dia tidak membuat kekacauan di sekolah barunya!  Pastikan dia belajar! Ancam pisangnya bakal Mamanya buang kalau dia membuat masalah!!!"​

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status