Swooosh
Ia melangkahkan kakinya mendekati reruntuhan itu, sembari melindungi pandangannya dengan lengan kanannya, angin kala itu cukup kuat hingga mulai menerbangkan dahan – dahan besar pepohonan bahkan beberapa puing reruntuhan. Dengan kekuatan lengannya, Paman Jhonny mencoba mengangkat beberapa puing hingga ia menemukan seorang pria yang tertindih reruntuhan bangunan. Dia menarik seseorang itu dan membawanya ke mobil,
Bruakk
Suara tubuh yang jatuh di bangku depan mobil,
“ Dia masih berdetak, tapi sangat lemah” ucap Dawan sembari mengecek detak jantungnya.
Tak lama kemudian, sesosok makhluk mengetuk kaca mobil. Makhluk itu adalah salah seorang Tarmus. Ia hanya penasaran dengan mobil yang masih bisa terparkir rapi disana sehingga ia mencoba memastikan keberadaan orang didalamnya. Kesempatan itu tidak disia-siakan Paman Jhonny dan anak-anaknya. Mereka
Elenorie adalah salah satu marga dari segelintir marga yang ada di kota Gresmory di masa lalu, setelah kejadian ledakan itu, mereka hanya beberapa kali terlihat dan kemudian hilang berabad-abad hingga muncul saat ini. Yang jelas, mereka berpihak pada Who dengan alasan yang tak bisa dipahami. Ombak ganas beberapa kali menghantam kapal mereka, keadaan diatas semakin tidak stabil. Namun Reinhard terlihat santai mendengar penjelasan dari Hernandez. Hernandez menceritakan bahwasanya dia tidak pernah tahu menahu tentang kejadian-kejadian yang terjadi didaratan karena selama ini mereka hampir tak pernah berada ditanah Gresmory. Selama berabad-abad menghilang mereka hanya terus-terusan mencari daratan baru dan melakukan ekspedisi ke negara-negara lain untuk melakukan sejumlah bisnis kapal, hal itu dapat mereka lakukan karena William atau suami Clara, yang memberikan izin kepada mereka dengan mengatasna
Kenshin adalah namaku. Saat itu, usiaku baru menginjakkan 11 tahun. Kami tinggal di sebuah rumah tepi hutan dan di tempat itu pula aku mengalami masa-masa bahagia, hingga sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Sebuah insiden yang mengenaskan terjadi dan ayahku terbunuh akibat insiden dirumah itu. Sehari sebelum ayahku meninggal, aku bermimpi bahwa ada dua orang pria berbadan besar yang membakar lenyap rumah kami, yang menyebabkan ayahku tewas karenanya. Sedangkan, ibu dan adik perempuanku selamat begitu juga diriku. Benar saja pada keesokan harinya, tepat setelah aku mendapatkan mimpi tersebut, rumahku terbakar dan ayahku meninggal, tetapi, kami tidak tahu siapa yang membakarnya. Saat itu, aku berfikir bahwa yang membakarnya adalah dua orang berbadan besar yang muncul di mimpiku. Akibat insiden tersebut, kami harus kehilangan ayah dan rumah kami tercinta. Saat itu aku sadar bahwa hari itu adalah hari di mana mimpiku pertama kalinya menjadi kenyataan. Sebelum
15 Mei 2010. Sembilan tahun telah berlalu semenjak ayahku meninggal. Aku dan ibuku beserta adik perempuanku, kini tinggal di sebuah kota kecil yang bernama Lostcity. Ya, tepat seperti namanya kami tinggal di kota antah-berantah yang penduduknya tidak ramah sama sekali. Mungkin, hanya sebagian yang ramah. Tepat tadi malam, aku mendapatkan mimpi yang sangat aneh. Mimpi yang tidak layak untuk di mimpikan oleh seorang pelajar seperti diriku atau bahkan manusia pada umumnya. Di dalam mimpi itu aku melihat, ada seorang wanita yang masuk ke kampusku dan menjadi teman seruanganku, tapi ada yang berbeda dari wanita itu. Ya, wanita itu mempunyai bau yang sangat khas yaitu bau darah yang sangat amis dan dia seperti mayat karena kulitnya yang sangat putih dan terlihat tipis. Tapi masalahnya, aku tidak ingat wajahnya. Walaupun begitu, aku masih bisa merasakan baunya. Sepertinya, dia bukan dari alam ini atau mungkin dia alien. Aku takut ketika mimpiku ini harus menjadi sebuah kenyat
Langit terlihat mulai mendung dan sedikit gelap dengan suasana di sekitar sangat amat sunyi, Bahkan, tak terlihat satu pun penebang pohon lainnya. Setelah kami pikir aman, kami pun berhenti untuk beristirahat sejenak. Kami duduk di sebuah kedai di pinggir jalan. “ Hey Kenshin. Kita tidak mungkin pulang jalan kaki bukan?” oceh Juna kepadaku. “ Iya sih, jadi gimana? Kita kembali lagi ke hutan terus kita ambil mobilmu?" jawabku dengan nafas yang belum normal dan terengah-engah. “ Ya itu maksudku. Tapi...?” bilangnya begitu dan aku langsung memotong ucapannya “ Tapi apa? takut ada monster itu. Gak usah khawatir, ayo kita kembali. Cuaca disini sudah mulai mendung dan disini juga sepi. Kau tidak takut?” kataku. “ Ya sudah” jawabnya dengan nada gantung. Langit benar – benar gelap dan keadaan kami berada ditengah-tengah hutan, lebih tepatnya berada di pinggir jalan yang dihimpit di antara hutan lebat. Kami pun berjalan kembali ke tempat sem
Rambut kusisir rapi, agak miring ke kanan sedikit, menggunakan jacket kulit hitam , dengan jeans panjang berwarna biru kehitam-hitaman. Tidak lupa pula memakai minyak wangi. Lalu, aku mengeluarkan motorku dan kemudian aku pergi menuju taman kampus. “ Mau kemana Kenshin?” teriak ibu dari dalam rumah. “ Sebentar Bu.” jawabku. Aku pun berangkat. Sengaja aku mempercepat laju motorku, agar cepat sampai di taman kampus terdahulu, tidak sopan kalau membuat wanita menunggu. Di taman keadaannya masih sangat sepi, tidak ada orang disana. Melainkan, hanya tukang sapu jalanan saja. Aku mencari tempat duduk yang pas, agar terhindar dari panas matahari, Lima menit menunggu, akhirnya Erina datang juga, aku tersenyum melihat dia dari kejauhan yang memakai baju panjang dengan rok hitam panjang. Tapi tunggu, tidak lama Erina datang, aku melihat dua orang yang datang kemari menyusul Erina dari belakang. Di sisi kanan, kulihat gaya berjalannya, seperti Rinski dan dari sisi
Tidak terasa hari sudah mulai petang, terlihat dari kejauhan matahari mulai tersipu malu dan ingin menyembunyikan dirinya dari pandanganku, aku mulai memandangi keadaan luar melalui sepetak jendela kamarku yang menghadap ke arah samping kanan rumah. Rumahku, memiliki tingkat Dua dan ada empat buah kamar, dan satu bagasi motor, sekaligus gudang. Jarak rumah tetangga disamping kanan, sekitar Dua Ratus meter. Sedangkan, jarak rumah di samping kiri tidak begitu jauh, begitu pula jarak rumah didepan dan dibelakang rumahku, hanya dipisahi oleh jalan seukuran kendaraan roda empat. Ada sekitar Dua Belas rumah di jalan Nymfa dan jalan ini buntu. Aku melihat suasana disana, memang benar-benar sepi, tidak ada satu pun orang saat itu. Aku metutup jendela kamarku perlahan-lahan, kamarku mulai terlihat gelap, karena saat itu, aku belum menghidupkan lampu kamarku. PING! Bunyi sebuah pesan yang masuk ke ponselku. Aku melihatnya, rupanya pesan itu
“ Hey kemana saja kamu? Aku tadi ingin mentraktirmu makan.” tanya Erina, yang menghampiriku dan datang bersama beberapa teman wanita. “ Apa kamu serius tentang itu?” kataku merayunya. “ Tidak juga, aku lagi tidak selera makan” jawab Erina. “ Oh ya, ngomong–ngomong parfume yang kamu kenakan belinya dimana?” tanyaku ingin tahu. “ Penasaran atau kamu hanya basa-basi saja, agar cari perhatian gitu” gumamnya dengan tawa kecil menghiasi wajahnya. “ Ah, aku pulang duluan ya, Erina. Membosankan disini.” Sapaku dan berjalan perlahan meninggalkan kampus, “ Woahhhh, libur sebulan.” ucapku dengan mengangkat kedua tangan keatas. “ Yah, dia malah kabur. hati –hati Shin” katanya dari belakangku. “ Aku pulang woi.” sapaku kepada teman-teman yang berada disekitar . “ Ya” jawab mereka serempak. Langit sedikit mendung. Badan Geografi menyatakan, bahwa bulan ini, cuaca mengalami keadaan yang tidak stabil. Aku mengambil kendaraanku dari parkiran sepeda motor, lalu aku mulai
Kami melanjutkan perjalanan kami kembali, saat ini kami telah memasuki jalan setapak yang mirip dengan jalan setapak sebelumnya. “ Oh iya, Juna. kau tahu buku Gresognian atau Gresmonian, Sepertinya begitu ejaannya” tanyaku. “ Ya, tentu aku tahu.” jawabnya sambil menyusuri jalan setapak. “ Aku mencari di internet, bahwa itu adalah buku yang misterius dan jika ada yang bisa membacanya pasti dia bisa memecahkan misteri tentang buku itu.” beritahuku berbohong pada Juna. “ Kau mencoba menipuku, Kenshin. Data tentang buku itu, tidak tertulis sama sekali di internet. Bahkan, judulnya saja tidak ada yang tahu.” Ucap Juna, tertawa kecil. Aku sontak kaget mendengar pernyataan Juna. “ Jika buku itu tidak diketahui judulnya. Jadi, Paman Jhonny adalah salah satu yang bisa membaca buku itu dan dia. Kenapa dia secara blak-blakkan memberitahukannya kepadaku ” pikirku begitu. “ Kenshin, aku akan mencoba menjelaskannya, setelah kita sampai di bangunan tua itu” beritahu Juna.