Share

BAB 5 LIZZIE

"Jadi ini tempat tinggalmu?" tanya Lizie sambil melihat ke sekeliling apartemen Sky yang memiliki balkon sangat luas.

"Semoga kau suka, yang itu kamarmu!" Sky menunjuk kamar yang bersebelahan dengan pintu balkon.

Lizie berbalik untuk kembali melihat Sky yang sedang duduk di sofa dan baru melonggarkan kancing kemejanya.

"Kenapa aku harus tinggal bersamamu?"tanya Lizie sambil berjalan menghampiri sofa. "Maksudku kenapa kau menjadi waliku?"

Sky mendongak pada gadis yang masih berdiri di depannya ketika dia mengendikkan bahu. "Sebenarnya aku juga tidak tahu kenapa Gerald memilihku untuk mengurusmu."

"Lalu kenapa kau mau?"

Sky berhenti melepas kancing lengan kemejanya untuk menatap Lizie lebih serius karena walaupun sederhana dan singkat tapi ternyata Sky justru bingung untuk menjawab pertanyaan itu.

"Duduklah." Sky menepuk sofa di sebelahnya dan Lizie pun ikut duduk di sana dengan patuh.

"Ada beberapa hal yang harus kujelaskan padamu."

Lizie melihat Sky menghidupkan layar ponselnya dan mulai menunjukkan beberapa foto.

"Siapa dia?" tanya Lizie ketika melihat foto wanita cantik yang tadi juga terlihat beberapa kali memeluk Sky.

"Namanya Celine dia saudarimu."

"Jadi aku punya saudara?"

Sepertinya Lizie memang baru tahu, Sky mengangguk dan menunjukkan foto yang lain, yaitu foto Gerald bersama keluarganya.

"Ini ibu dari Celine namanya Vivian dia istri muda ayahmu."

"Siapa pria tampan di sebelahnya itu?"

Sky langsung mengerutkan alis seolah tidak terima. "Kau bilang dia tampan?"

"Ya, memang dia tampan," acuh Lizie tak memperdulikan protes Sky.

"Dia kakak laki-laki saudarimu."

"Jadi dia saudaraku juga?"

"Bukan, karena mereka saudara tiri. Anak dari pernikahan Vivian yang terdahulu."

"Kenapa kau tersenyum." Sky justru curiga melihat senyum licik gadis muda di depannya.

"Berarti aku boleh menyukainya."

"Tidak!" tegas Sky langsung berjengit waspada.

"Kenapa?"

"Bahkan kau tidak boleh bertemu dengan mereka semua!"

"Kau bilang dia saudariku?" protes Lizie.

"Ya, tapi ayahmu mewariskan semua saham perusahaan serta delapan puluh persen aset kekayaannya padamu, dia hanya menyisakan dua puluh persen untuk saudarimu!"

Lizie masih terlihat santai. "Lalu kenapa?" tanya gadis itu dengan polosnya.

"Mereka bisa memutilasi tubuhmu dan menenggelamkannya ke rawa demi untuk mengambil apa yang menjadi milikmu!"

Lizie langsung ikut berjengit. "Apa maksudmu!" menurutnya lelucon Sky benar-benar tidak lucu.

"Karena itu ayahmu ingin aku menyembunyikanmu dan melindungimu sebagai walimu sampai usiamu genap delapan belas tahun dan bisa mengelola semua asetmu sendiri."

Lizie cuma mendengarkan tidak bertanya karena sepertinya dia juga tidak sepenuhnya paham. Dari situ Sky bisa menilai jika gadis itu bukan tipe yang terlalu peduli, dan sepertinya akan lebih memudahkan Sky untuk mengendalikannya.

"Sebab itu, ikuti semua perintahku karena semua untuk keamananmu!" tegas Sky benar-benar serius dengan peringatannya.

"Apa kau dekat dengan ayahku?" Lizie malah sudah menanyakan hal lain.

"Kami sudah lama berteman."

"Sebenarnya aku justru kurang mengenalnya," kata gadis itu. "Kemarin mereka mengabarkan jika ayahku sudah tidak ada tapi aku tidak tahu bagaimana harus bersedih untuknya."

"Geral pria yang baik dan sudah hampir seperti orang tua bagiku."

Lizie diam untuk menatap Sky, "Jadi karena itu kau mau mengurusku?"

Sky tidak menjawab tapi sepertinya Lizie merasa sudah tahu jawabannya dan tidak lagi bertanya.

"Istirahatlah di kamarmu karena ini sudah malam." Sky kembali melanjutkan untuk menggulung lengan kemejanya.

Lizie berdiri kemudian menarik travel bag-nya menuju kamar yang tadi ditunjukkan Sky. Tidak tahu kenapa tiba-tiba Sky kasihan juga melihat gadis itu.

****

Pagi harinya Sky sudah siap untuk berangkat ke kantor sementara Lizie baru bangun dengan wajah lesu dan berjalan malas untuk menjatuhkan diri ke atas sofa.

"Apa kau sakit?"

"Aku hanya tidak bisa tidur di tempat baru, " jawab Lizie sambil kembali menguap dan mengacak rambutnya yang kusut.

Sky jadi curiga jika Lizie memang tidak tidur sepanjang malam.

"Nanti akan ada pengurus rumah yang datang jam sembilan untuk bersih-bersih, dia juga akan membawakan makanan untukmu, istirahatlah lagi setelah makan. Nanti siang akan kusuruh orang lagi untuk mengantar makan siang untukmu."

"Apa kau bekerja seharian?"

"Aku semakin sibuk sejak Gerald tidak ada karena aku jadi harus memegang semua tanggung jawabnya. Termasuk mengurusmu! Jadi patuhi semua perintahku dan jangan menyusahkan!" Sky menjentikkan jari telunjuk untuk memperingatkan Lizie yang masih tidak terlalu perduli untuk memperhatikan.

"Apa aku tidak bisa keluar untuk jalan-jalan?"

"Tidak, kau tidak bisa!"

"Dan aku juga harus belajar di rumah? " tanya Lizzie hampir tidak percaya ketika menatap Sky yang baru kembali menyeruput kopi panas dari cangkirnya.

"Nanti akan segera kucarikan guru untukmu."

Lizie langsung lemas dan merosot di sofa.

"Semua untuk keamananmu dan kau adalah tanggung jawabku seperti yang sudah kujelaskan kemarin."

Sepertinya Sky memang harus berulang kali menjelaskan pada gadis itu sampai dia paham seberbahaya apa jika Vivian Dawson sampai mengetahui keberadaannya.

"Apa tidak boleh jika aku hanya sekedar jalan-jalan di Central Park?" Lizie masih berusaha menawar.

"Tetap tidak boleh!" justru Sky semakin tegas dan Lizie mulai sadar bila Sky adalah orang yang banyak aturannya.

"Aku bisa mati karena bosan."

"Kau boleh minta apa saja asal jangan keluar rumah."

"Apa menurutmu aku harus minta hewan peliharaan?" cemooh Lizie yang sama sekali tidak hobi berdekatan dengan hewan jenis apa pun.

"Aku bisa mencarikannya jika kau mau."

Lizie hanya kembali menghembuskan napas kasar dari hidung kemudian melorot lagi di sofa.

Melihat tingkah Lizie membuat Sky sadar jika gadis itu tetap masih anak-anak.

"Lebih baik carikan saja guru yang tampan untukku!"

"Akan kucarikan guru perempuan untukmu."

"Oh, tidak aku sudah bosan dengan mereka."

Kali ini Lizie tidak melorot lagi di sofa tapi tengkurap sambil menenggelamkan wajahnya ke bantal.

"Aku bisa mati bosan, Sky! aku tidak mau!" Lizie mengangkat wajahnya untuk melihat Sky. "Lebih baik kau saja yang menjadi guruku," rengek gadis itu.

"Aku jauh lebih galak dari kepala asrama!"

Sky tahu sepertinya kemarin Lizie hanya takut dengan kepala asramanya karena dia bisa terlihat begitu manis di depan wanita tinggi besar itu, bahkan Sky juga sempat ikut tertipu dengan keluguannya.

Lizie kembali berguling terlentang di atas sofa sambil sengaja menggantung kepalanya di tepi sofa. Dia mengeluh pusing ketika sambil menjambak rambutnya yang jatuh ke lantai.

Sky sudah siap untuk berangkat setelah menghabiskan sisa kopinya dan dia melihat Lizie juga sedang memperhatikannya dengan posisi kepala terbalik bergelayutan di tepi sofa.

"Kau tampan Sky...."

Sumpah, Sky jadi ingin mengutuk dirinya sendiri karena jadi ikut memperhatikan dada Lizie yang ikut terdorong naik ke atas dengan posisinya seperti itu.

"Tidurlah lagi jangan banyak mengigau!"

"Aku suka matamu." Lizie pura-pura tidak perduli dengan teguran Sky dan kembali berguling untuk memeluk bantal dari punggung sofa.

Sky juga sudah terlalu sering mendengar wanita mengatakan jika matanya indah tapi sungguh dia sedang tidak berharap Lizie yang memujinya apalagi sambil bergeliat lesu di atas sofa.

"Pergilah nanti kau terlambat!" usir Lizie sambil mengibaskan tangannya ke arah Sky.

"Itu perusahaanku terserah aku mau berangkat jam berapa."

"Kau bilang aku juga pemiliknya jadi kuperintahkan kau cepat berangkat!" Walau hanya niat bercanda tapi ucapan gadis itu selalu berhasil membuat Sky berjengit.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fifi Tasya
wkwkwkwk... tahan sky... tahan... fikiran liarmu.. hahahaha
goodnovel comment avatar
intan
wkwkwk mesum kamu sky😄
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status