----- @ddablue_
Rose sempat memejamkan matanya sebelum cairan bening tersebut melucur dengan liar. Tapi semua itu jauh dari usahanya. Air mata mengalir dengan sangat cepat melintasi pipinya.Di saat lagu telah berakhir, keduanya melepas jemari dari tuts piano. Tapi Chan mengulangi lagi lirik terakhir lagu tersebut tanpa dentingan piano. Hanya ada suara bass yang mampu menyayat hati Rose.Pria itu benar-benar membuat suasana menjadi sangat sendu dengan kemampuan bernyanyi dan bermusiknya.Mata Chan terbelalak saat menemukan ada air yang menetes dari pelupuk mata Rose, "Kau menangis?""Ah.. benarkah?" Rose buru-buru menyeka air matanya, "Mungkin aku terlalu menghayati."Rose berusaha keras agar Chan tidak menanyainya lebih jauh seputar masa lalunya. Jika ia mengetahui apa yang tersembunyi, pasti Chan akan menggila dan merasa bersalah. Lalu, akan semakin sakit.Rose tidak ingin membuat orang lain menyalahkan dirinya sendiri. Karena itu adalah tipikal seorang Park Chan."Permainanmu sangat indah, Noona."
Chan memandangi danau buatan yang ada di pinggir taman rumah sakit tersebut. Angin yang berhembus terasa begitu sejuk. Air yang tenang dengan udara yang segar. Semua ini menjadi pemandangan yang ia cari selama ini. Selama hidupnya, ia tak pernah merasakan makna dari ketenangan yang sesungguhnya.Sejak kecil, ia telah menggeluti dunia hiburan sebagai artis dan model cilik. Semakin bertambah usia, semakin meraup kepopuleran yang luar biasa.Terlebih saat ia berkarir sebagai penyanyi dan musisi. Meskipun saat ini, ia tidak lagi aktif dalam dunia hiburan, bukan berarti ia harus berhenti dari sorotan media.Justru sekarang namanya jauh melambung dengan menggandeng selebriti ternama korea selatan sebagai pemegang saham terbesar dalam bidang entertainment. Rasanya, tak ada kesempatan untuk bisa duduk tenang menikmati hidupnya.Apa iya hidupnya akan secepat itu? Bahkan Chan belum sempat memaknai apa itu kehidupan. Rasanya seperti sebuah mimpi. Terbangun dalam keadaan sakit dengan penyakit yang
"Apa?! D-dokter Pribadi untuk Park Chan?!" Rose cukup tersentak mendengar penuturan Dokter Gyeon. "T-tapi.. kenapa harus saya? Saya masih harus menyelesaikan tahun terakhir masa residensi ini dengan baik." "Bagaimana dengan dokter lain?" Rose masih terus mencari kemungkinan lain. "Dokter lain siapa? Sejak awal yang ikut menangani Park Chan adalah Aku dan Kau. Juga ada beberapa dokter ortopedi yang membantu menangani patah tulang setelah operasi." Dokter Gyeon berusaha menjelaskan, "Dan penyakit yang diderita Park Chan baru ketahuan setelah kejadian nahas itu." "Hanya kita yang menangani Glioblastomanya sejak awal." tambahnya lagi, "Kau tau kan, banyak pasien lain yang menungguku? Aku tidak bisa merangkap sebagai dokter pribadi yang setidaknya harus fokus pada satu pasien." Rose mendengus bertenaga, "Saya ini masih residen! Lalu, apa saya harus menunda ujian proposal saya?" "Kita sudah bahas ini. Direktur, juga aku sebagai pembimbingmu... habiskanlah masa residenmu dengan mearwat P
Bibi Park sudah bisa kembali beraktifitas. Sesekali ia menghubungi Steave yang berkutat menggeluti perusahaan seorang diri. Namun, rupanya LEYO Studio masih tetap eksis dengan para artisnya yang semakin menguasai dunia hiburan Korea Selatan meski tanpa kepemimpinan CEO Chan.Semua staf memahami itu. Kini Steave tengah mempersiapkan lomba festival musik.Bibi Park melangkah menuju ruang rawat Chan. Membuka pintu dan mendapati keponakannya yang tengah melamun menatap dinding-dinding putih ruangannya."Chan." panggil Bibi Park sambil menarik satu kursi di samping keponakannya itu, lalu terduduk disana."Bibi? Apa kau baik-baik saja. Bagiamana dengan Bibi? Aku mengkhawatirkanmu." balas Chan yang telah terbangun dari lamunannya sambil berusaha untuk duduk."Tidak apa-apa." Bibi Park menahan pergerakan Chan agar ia tidak perlu bangkit, "Aku hanya kelelahan.""Maafkan Aku." kata Chan lirih. "Aku membuatmu kacau."Bibi Park merekahkan senyumnya. Mengusap kepala keponakannya itu lembut, "Sangat
Mendadak seluruh sendi dalam tubuh Rose melemah kehilangan fungsi mereka. Jantungnya juga berdetak tak karuan. Bibirnya bergetar dengan tatapan yang tak menentu dunianya serasa hancur berkeping-keping mendengar tiap kalimat yang disematkan adik kandung Min-Joon ini."Bagaimana bisa aku tidak hadir di upacara pemakamannya? Bagaimana bisa aku tidak berada disampingnya di detik terakhir? Bagaimana bisa Min-Joon pergi meninggalkanku?" Rose bertanya-tanya pada dirinya sendiri dengan suara yang terasa begitu berat untuk didengar.Perlahan Min-Jae berusaha menenangkan Rose dengan mengusap punggung tangannya lembut, "Tenanglah, Noona. Kau punya alasan untuk itu.""Hari rabu, jenazah Min-Joon Hyung baru tiba dari Urk, lalu keluarga segera melangsungkan upacara itu. Mereka mengabariku untuk menjemputmu sekalian karena aku sedang ada pelatihan di Daegu." Min-Jae membasahi bibir bawahnya sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya lagi."Tapi ketika aku datang kesini, kau sedang ada operasi, Noona. Itu
Chan terus menatap danau buatan di belakang halaman rumah sakit. Ia bergeming. Pikirannya benar-benar kelabu. Pun juga tak menghiraukan Si-Woo di sampingnya--yang sedari tadi mengajak Chan berbicara. Hal itu membuat Si-Woo memilih sibuk menikmati camilannya.Sesekali Chan terpejam dan menggeleng. Mengingat semua yang di bicarakan Bibi Park padanya semalam."Rose bisa menjadi lebih dari dokter pribadimu, Chan.""M-maksudnya?""Aku tidak pernah menyangka, jika masih ada orang yang begitu sabar mendampingimu. Kau tau, kan? Sifat kasarmu itu acap kali menyakiti orang lain. Kau hanya bersikap baik padaku, tapi aku sudah tua. Dan kau juga sudah dewasa. Aku tidak bisa terus-terusan berada di sampingmu, Chan-ah.""Lalu? Apa maksud Bibi?""Aku ingin kalian menikah.""A-aku dan Rose bodoh itu?""Dia bukan sembarang orang yang bisa kau maki begitu saja. Dia gadis cerdas dan berprestasi. Dia diperebutkan oleh banyak rumah sakit padahal dia belum lulus masa residensi. Kau bisa baca biografi Rose di
Bali, 22 agustus 2022.Di hari ini, tepatnya di sebuah taman hotel nan asri di Bali, Indonesia. Park Chan dan Rose menyematkan janji suci sebagai pasangan suami istri. Keduanya berdiri di atas altar untuk melangsungkan upacara pernikahan tersebut."Dalam hidup sebagai pasangan yang sudah menikah, apa kalian akan selalu mencintai dam saling menghormati?""Ne." jawab Chan seadanya dengan suara seraknya. Ada getaran terdengar."Ne." sambung Rose pasrah.Keduanya sama-sama tertunduk dan menjawab pertanyaan tersebut asal. Tanpa memaknai janji yang akan terikat seumur hidup tersebut. Baik Rose maupun Chan, hanya pasrah mengikuti skenario ini.Dan menyadari bahwa waktu berlalu begitu cepat. Bagaimana bisa, ini semua terjadi selang dua bulan selepas insiden di Daegu itu. Lagi, mereka hanya terima jadi. Bibi Park yang menyiapkan semuanya."Aku mengumumkan kalian menjadi suami dan istri. Saat kalian turun, paduan suara akan menyanyikan sebuah berkat bagi kalian."Para tamu undangan yang hanya te
Rose terjatuh ke dalam lautan. Beruntung masih ada pelampung yang melekat di tubuhnya. Jadi, ia tidak tenggelam meski sudah tak bertenaga lagi. Tanpa ini itu, Chan segera meraih jet ski milik pemandu di sana. Ia mengendarainya dengan sangat cepat dan lihai, berharap dialah yang menjadi orang pertama yang akan menyelamatkan Rose. Kini semua orang justru lebih mengkhawatirkan Chan. Pasalnya, pria itu belum sembuh total dan menaklukan lautan tanpa pelampung ataupun semacamnya. Chan tidak peduli lagi alat-alat itu. Yang ada di pikirannya hanya ada Rose. Agar perempuan itu bisa terselamatkan. Chan terjun dari jet ski. Mengerahkan tenaganya untuk berenang demi mencapai tubuh Rose yang terapung. Tanpa perlu menunggu waktu lama, tim penyelamat datang dengan mengendarai boot, sehingga Rose bisa segera di bawa ke tepi pantai. Tubuh Rose yang lemah itu di letakkan di atas pasir pantai agar tim medis bisa memerikasanya. Satu orang memeriksa denyut nadi dan pernapasannya. Pun Chan terlihat be