Share

BAB 5

"Kacau udah jam 9 lewat!" Terperanjat ketika melihat jam dinding.

Dengan hanya mencuci muka dan gosok gigi, diambilnya jaket dan celana jin hitam. Untungnya semua barang yang akan dibawa sudah tersusun rapi di dalam ransel 25 liter.

"Halo? Tutt... Tuttt..." Jaringan berusaha menyambungkan panggilan, ponsel dijepit kepala dan pundak. Sementara tangan berusaha mengikat tali sepatu.

"Ah, kebiasaan ni anak pasti masih molor," Elzora menggerutu.

Tak ingin banyak membuang waktu. Ia berjalan keluar gang mencari angkutan umum. Di ujung perempatan jalan terlihat kendaraan roda tiga mendekat. Melaju bersama sopir berkumis tebal. Tiba-tiba perjalanan terhenti seraya suara mesin bobrok berbunyi.

"Lah... Kenapa berenti mang?" tanya Elzora.                                    

"Mogok neng! turun disini aja deh kalo buru-buru," ucapnya sambil memelintir ujung kumisnya.

"Astaga mang, kereta saya berangkat 15 menit lagi."

"Ye gimane neng mogok ni," sahut sopir bajaj dengan santainya.

Dari kejauhan tampak sebuah motor vespa kuning mendekat.

"Zo, maaf gue baru bangun liat ada miskol dari..." Terpotong Elzora yang naik tanpa permisi dengan perasaan kesal.

"Dari mana aja sih! Udah janji mau nganterin malah nggak nongol-nongol," suaranya beradu dengan suara mesin motor dan bising angin jalanan.

"Maaf Zo! Gue ketiduran," sontak dipukul pundaknya berkali-kali.

"Ampun Zo, entar kita jatoh..." Ardan panik, setir dibawa menyalip mobil-mobil besar dengan gesitnya.

"Dasar kebo! Nggak usah sok mau nganterin kalo kayak gini," ucapnya emosi.

"Lo nelpon gue aja jam 9 lewat gimana gue mau siap-siap?" Ardan berusaha mendebat.

"Ya gue juga baru bangun, mandi aja nggak sempet!"

"Parah lo, terus mau nyalahin gue? Lo yang telat bangun, gue juga yang kena semprot."

"Yang janji mau nganter siapa?"

"Ya gue sih, tapi kan lo paham gue gimana. Harusnya lo nggak kesiangan bangunnya minimal sejam sebelum mau berangkat lo telpon gue, jadi nggak kayak begini Zo," jelas Ardan.

"Bodo amat! Udah buruan."

Perdebatan berhenti bersama kerutan dikening mereka. Sesampainya di stasiun masih waktu beberapa menit.

"Zo, hati-hati disana jangan lupa nafas ya,"

"Omongan itu doa, lo nyumpahin gue cepet mati hah?"

"Hehe becanda, jangan gitulah entar nggak ada yang ngisiin minyak motor gue lagi,"

"Parah banget ni anak mulutnya," kereta tiba tepat pukul waktu, gadis itu bergegas.

"Keretanya udah sampe, titip metik sama kosan ya Dan! Baik-baik disini,"

"Lo yang baik-baik disana, kalo ada apa-apa telpon! Oke,"

"Siap! Berangkat ya Dan, Assallammuallaikum..."

"Wallaikumsallam..." Sahutnya dari kejauhan.

Perpisahan dimulai, Ardan berdiri tertegun menatap kereta yang ditumpangi sahabatnya. Membayangkan siapa yang akan berdebat dengannya untuk sepekan kedepan.

Pada kursi nomor 27 Elzora duduk tenang. Menikmati perjalanan sembari perlahan melepas beban. Suara earphone yang dikenakannya terdengar sampai ke beberapa penumpang lain. Melodi sayup dari lagu Adam Levine-Lost Stars.

Please don't see just a boy caught up in dreams and fantasies

Please see me reaching out for someone I can't see

Take my hand let's see where we wake up tomorrow

Best laid plans sometimes are just a one night stand

I'd be damned cupid's demanding back his arrow

o let's get drunk on our tears and God

Tell us the reason youth is wasted on the young

It's hunting season and the lambs are on the run

Searching for meaning, But are we all lost stars, trying to light up the dark...

Lagu diputar berulang membawa Elzora terlelap tanpa sengaja. Tiba di Stasiun Gubeng, Surabaya, pemuda disebelahnya berusaha membangunkan.

"Bangun mbak udah sampe," dengan hati-hati pemuda itu menepuk pundak Elzora.

"Hah ada apa?" terperanjat mengatur posisi tegap sambil mengusap matanya.

"Udah sampe mbak, ayo turun!" Ajak pemuda tampan bersetelan kaos dan jaket kulit, rambut ikal yang hanpir menutupi telinganya. Elzora berkemas, dalam keadaan setengah sadar. Tubuhnya sempoyongan terpaksa turun dari kereta. Tak sengaja ia pun tersandung lalu terjatuh diantara barisan tangga.

"Awww!" Jeritnya.

"Kenapa mbak?" tanya pemuda asing yang tampak khawatir, berdiri di barisan depannya.

"Pake nanya, udah tau orang jatoh!" Balas Elzora kesal.

"Ya udah sini saya bantu," mengulurkan tangan sambil melempar senyuman tulus.

Bertatap sejenak. Waktu seakan berhenti berputar, seakan membuat setiap orang menjadi patung. Tanpa suara, tanpa angin, tanpa aktivitas. Membuang tatapannya, Elzora bersusah payah berdiri tapi gagal. Lututnya lecet sebab bertanding dengan tangga besi, sementara jempol kakinya tertekuk habis. Perlahan diterimanya tangan pemuda yang tampak tulus membantu.Tanpa ucapan terimakasih Elzora membiarkannya pamit.

"Saya duluan, lain kali hati-hati ya mbak." Tersenyum meski diabaikan, lalu pergi. Setelah sadar pemuda itu pergi cukup jauh, Elzora menoleh ke arahnya. Tanpa sengaja bertatap dari kejauhan, si pemuda asing melempar kedipan dan senyum manis, tetap berjalan ke depan. Sementara itu gadis yang baru saja malu akibat jatuh di stasiun itu bergegas pergi menyembunyikan wajahnya.

Mencari kendaraan umum, hendak menuju penginapan. Sebuah penginapan dengan harga ekonomis, ada rupa ada harga. Tentu saja ia harus pandai mengatur keuangan dalam perjalanan kali ini.

"Selamat pagi kak, mau check in?" sapa resepsionis.

"Iya mas,"

"Berapa kamar kak?"

"Saya sendiri mas..."

"Sama dong, saya juga masih sendiri kak hehe," guraunya dengan logat madura.

"Haha," tertawa setengah hati.

"Ya udah, mari naik kamarnya ada di lantai lima."

"Hah, nggak ada lift?"

"Mohon maaf, ini hostel bukan apartemen kak."

Berjalan mendaki anak tangga satu persatu. Merebahkan tubuhnya lalu mandi. Walaupun hanya sehari tentu harus tetap ada destinasi yang dikunjungi. Selesai membersihkan tubuhnya Elzora turun untuk mencari makan siang.

"Selamat siang kakak, ada yang bisa saya bantu?" Resepsionis yang sama, Elzora berharap orang itu bisa sedikit membantu.

"Saya mau rental motor dimana ya mas?"

"Oh, tempat rental jauh dari sini kak, mending naik ojek aja kalo mau jalan-jalan."

"Emm, masa sih? Oke deh." Membalik badan kecewa.

Meraih ponsel dari saku jaket denim yang ia kenakan. Mencari informasi tempat makan terdemat. Selepas mengisi perutnya dengan sepiring nasi goreng dan teh tawar hangat ia bergegas melancong. Menghabiskan waktu singkatnya di Surabaya. Naik turun angkutan umum bukan hal asing baginya. Tidak ingin pergi jauh, gadis pembawa laptop dan kamera itu menuju Tugu Pahlawan. Mengabadikan beberapa momen menggunakan kamera dan tulisannya dalam sebuah travel blogger. Seseorang tiba-tiba mendekatinya.

"Kamu yang tadi pagi jatuh di stasiun bukan? Kok kita bisa ketemu lagi ya?" pemuda asing yang perlahan menegur ramah. "Eh, aku boleh duduk disini nggak?" berusaha supel dengan gadis cuek yang bahkan tidak memperhatikan kedatangannya. Mata fokus ke monitor sementara jemarinya mengetik beberapa paragraf. Telinganya masih mengenakan earphone yang sama. Pemuda itu berusaha memperlihatkan kehadirannya.

"Kamu?" melepas earphone. Mendongakkan kepala, berusaha membidik wajah si pemuda asing.

"Iya, ini aku yang tadi pagi ketemu kamu di stasiun, inget nggak?"

"Oh... Iya inget." Kembali fokus pada tulisannya.

"Pertanyaan aku belum dijawab ni..."

"Pertanyaan apa?"

"Aku boleh duduk disini nggak? Disebelah mbak,"

"Kayaknya ada tempat selain disini deh." Menolak tanpa tatap.

"Oke, sorry ganggu." Perlahan mundur.

Selepas pemuda itu pergi pada tempat lainnya, tiba-tiba seorang pria bertubuh tambun duduk disebelahnya tanpa izin. Asap rokok menganggu konsentrasinya yang tengah fokus.

"Maaf pak disini ada orang," mengingatkan dengan hati-hati.

"Ini tempat umum mbak, kalo nggak suka ya pindah!" Sahutnya dengan suara berat sambil menghembuskan asap rokok ke arah Elzora.

Tanpa membantah, bergegas pergi bersama ransel dan seisinya. Tidak ada tempat selain kursi yang diduduki pemuda yang semula ia acuhkan. Dengan perasaan bingung dan tak enak hati, ia tertegun. Berdiri di samping kursi pemuda yang sedang asyik menangkap objek sekitar dengan kameranya.

Mae Takata

Kemanakah Elzora akan pergi? Siapakah sosok pelukis Art Style sesungguhnya? Kepada siapa hati Elzora akan tertambat? Nantikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut pada BAB selanjutnya :) Happy Reading and STAY TUNE!

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status