Dua Pengacara Jatuh Cinta

Dua Pengacara Jatuh Cinta

By:  Abigail Kusuma  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
62Chapters
2.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Hal tergila Milly adalah bertemu dengan Zayn, pengacara senior yang angkuh dan merasa paling pintar. Hidupnya mulai merasakan kesialan sejak di mana harus dibimbing oleh sosok Zayn. Ingin rasanya menghindar, tapi dia telah terjebak. Zayn membenci pertemuannya dengan Milly. Menurut Zayn, sosok Milly adalah sosok ceroboh dan paling merasa benar dalam segala hal. Sialnya dia harus membimbing gadis menyebalkan itu. Semua bermula dari sini. Dua orang pengacara cerdas, tapi saling membenci itu terjerat dalam sebuah rasa yang tidak biasa. Lantas bagaimana kelanjutan hubungan mereka? Akankah takdir menyatukan? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95

View More
Dua Pengacara Jatuh Cinta Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Euis Hendrawati
ceritanya bagus, selalu suka dg tulisan author ini. ditunggu updatenya selalu kak author.
2024-05-08 06:57:32
0
user avatar
Schaff Som
lanjutannya ditunggu
2024-05-07 19:33:30
0
62 Chapters
Bab 1. Gadis Liar
“Satu latte ukuran medium, please,” pinta seorang gadis cantik bernama Milly saat berada di meja kasir sebuah café yang berada di dekat wilayah perkantoran di kota Manhattan.“Tunai atau dengan kartu, Nona?” tanya petugas kasir yang melayani pesanan.“Kartu.” Milly menyodorkan kartu debit yang baru saja dia ambil dari dalam dompet.Petugas kasir tadi meraih kartu milik Milly, menggeseknya cepat di mesin pembayaran setelah memproses tanda terima pada aplikasi, diakhiri dengan satu lembar struk yang keluar dari print termal. “Silakan kartunya, dan mohon ditunggu sebentar untuk pesanannya. Akan kami panggil sesuai dengan nomor antrian, terima kasih dan datang kembali,” ucap petugas kasir itu ramah.Milly tersenyum sambil menerima kartunya kembali. “Terima kasih.”Hari ini adalah hari yang paling ditunggu oleh Milly Benson, hari pertama masuk kerja. Perjuangannya selama bertahun-tahun untuk menjadi seorang pengacara akhirnya terwujud. Apalagi, firma yang menaunginya sebagai seorang penega
Read more
Bab 2. Sambutan Tak Ramah
Milly membungkuk dengan napas tersengal saat akan masuk ke dalam lobi gedung. Dia benar-benar berlari dari café ke gedung firma yang berjarak sekitar dua kilometer. Peluhnya terlihat mengumpul di pelipis, padahal cuaca musim gugur mulai semakin dingin.Beberapa orang yang melintas di sebelahnya hanya melihatnya heran tanpa ada niatan untuk bertanya. Lagi pula, mereka tidak saling kenal. Saat napasnya mulai berada di ritme yang tepat, Milly melangkah ke meja respsionis dan menyapa ramah.“Selamat pagi, permisi. Saya pengacara baru yang mulai berkerja hari ini di Wardwell Law Firm. Ini surat penerimaan saya.” Milly menyerahkan selembar kertas yang menyatakan dia diterima sebagai bagian dari tim hukum Wardwell Law Firm.“Anda, Nona Milly Benson?” tanya sang resepsionis.Milly mengangguk cepat. “Ya, aku Milly Benson.”“Baik, Nona Benson.” Resepsionis merespon ramah setelah membaca surat penerimaan itu. “Silakan Nona tunggu di kursi tunggu itu, saya akan menyambungkan permintaan anda pada
Read more
Bab 3. Pria Arogan
Zayn memanggil timnya ke ruang meeting, termasuk Milly yang mulai hari ini tergabung di dalamnya—dengan terpaksa—Milly masuk ke dalam ruangan dan langung duduk di kursi yang paling jauh dari tempat Zayn. Gadis itu benar-benar tidak nyaman, apalagi melihat wajah Zayn yang terlihat lebih menyeramkan dari perkenalan tadi.“Hai,” sapa seseorang yang duduk di sebelah Milly.Milly tidak begitu memperhatikan karena terlalu sibuk menghindari tatapan tajam yang berasa dari Zayn. Berkali-kali Milly berusaha untuk menghela napas agar rasa gugupnya berkurang. Dia bahkan tidak tahu alasan apa yang membuat Zayn bersikap dingin padanya.“Kau berada di tim ini juga?” sapa seseorang itu lagi.Kali ini, Milly menoleh dan mendapati salah satu pengacara yang tadi mengenalkan dirinya dengan ramah. “Ah, Rey. Maaf aku tidak segera menyapa balik.”Rey, salah satu pengacara di sana melukiskan senyum. “It’s ok, kau pasti gugup di hari pertamamu. Tenang saja, semuanya akan berjalan dengan lancar. Kau beruntung
Read more
Bab 4. Meremehkan
Pandangan Milly terlihat kosong saat dia menjalankan tugas yang seakan menjadi tugas utamanya, foto copy semua berkas yang dibutuhkan oleh Zayn dan timnya. Well, bukan hanya itu saja sebenarnya. Sekali waktu, Milly juga harus mengurus tentang legalisasi dan perijinan lainnya.Tidak menjadi masalah sebenarnya. Hanya saja, Milly seakan-akan tidak diperbolehkan untuk berhubungan dengan klien ataupun kasus secara langsung. Dalam waktu satu atau dua minggu dia masih maklum, tapi dia sudah hampir dua bulan di sini, dan masih belum ada tanda-tanda dia naik pangkat pada pekerjaannya.Helaan napas terdengar lagi darinya. Berkas foto copy-an yang nanti akan dibagikan saat meeting kasus terbaru yang sedang ditangani oleh Zayn dan tim terlihat menumpuk di sudut meja, dekat Milly berdiri.“Kau belum selesai juga?” tanya Jeremiah, rekan pengacara lain yang bertugas untuk urusan perceraian dan kasus rumah tangga lainnya. Beberapa tumpuk kertas telah berada di dekapannya.“Masih ada beberapa lagi yan
Read more
Bab 5. Tindakan Semena-mena Zayn
“Tidak cocok?” desis Milly berkali-kali saat melangkahkan kakinya ke arah halte bis yang tidak jauh dari area firma. Hah! Apa yang membuat orang itu bisa mengatakan aku tidak cocok menjadi pengacara? Sialan! Sepanjang jalan, Milly mengomel dan mengumpat dalam hati. Bahkan saat dia masuk ke apartemennya, hatinya masih terasa kesal karena ucapan Zayn padanya tadi.“Apa yang dipikirkan oleh orang itu? Bagaimana bisa dia menilaiku tidak cocok menjadi pengacara?!” Milly melempar kesal tasnya ke atas ranjang. High heels yang biasanya selalu ditata rapi di rak sepatu dekat pintu, kali ini juga dibiarkan tergeletak begitu saja. Dalam pikirannya sekarang, dia terus mencoba untuk mengingat-ingat hal apa yang telah dia lakukan sampai Zayn mengatakan hal itu.Semakin dipikir lagi, Milly tidak menemukan alasannya. Meskipun pembagian tugasnya selama ini tidak dia sukai, tapi dia tetap melakukannya dengan baik. Bahkan Rey dan yang lain memuji hasil kerjanya yang teliti dan tepat waktu. Karena itu, k
Read more
Bab 6. Zayn yang Tidak Bodoh
Sepanjang malam, Milly masih memikirkan bagaimana cara untuk menjelaskan kesalahpahaman ini pada Zayn. Bukan karena Milly peduli dengan cara pandang Zayn terhadapnya, tapi dia tidak terima kredibilitasnya sebagai pengacara menjadi taruhan karena dia dianggap tidak becus hanya perkara Zayn pernah melihatnya melawan seorang pria. Sebelum tidur, Milly bertekad dalam hati besok, dia harus berhasil untuk menjelaskan hal ini pada Zayn.Keesokan hari, Milly cepat-cepat ingin ke kantor. Gadis itu tidak sabar ingin bertemu dengan Zayn. Dia ingin menjalankan misinya yaitu menjelaskan pada Zayn tentang kejadian di kafe waktu itu.“Zayn, tunggu!” seru Milly memanggil.Zayn menoleh sebentar, sebelum buru-buru membuka pintu ruangan dan menerima panggilan di ponselnya. Milly berhenti di depan ruangan Zayn sambil mendesah kesal. Usahanya kembali gagal karena dia tidak mungkin mengganggu Zayn yang sedang membicarkan masalah kasus dengan klien.Suasana hati buruk, Milly memutuskan untuk pergi ke pantry
Read more
Bab 7. Harga Diri Tinggi
“Baik, terima kasih untuk waktunya. Kami pasti akan berusaha keras untuk memenangkan kasus Anda. Untuk semua hal yang diperlukan, proses kedepannya, akan saya hubungi via telepon,” kata Zayn sambil menjabat tangan klien yang telah siap untuk meninggalkan café.“Terima kasih banyak atas bantuannya. Selamat siang.” Klien itu tersenyum puas, kemudian berlalu meninggalkan Zayn dan Milly yang berdiri dan tersenyum ramah.Milly menoleh pada Zayn, tapi pria itu melengos dan melangkah keluar tanpa mengatakan sepatah kata pun pada Milly. Melihat itu, Milly segera menyambar tasnya dan berlari kecil menyusul Zayn. Tidak lupa, dia berterima kasih pada waitress yang tadi telah membantunya.“Zayn. Tunggu!” seru Milly cepat.Zayn menoleh dengan raut wajah kesal. Tatapannya tajam terarah pada Milly, yang berlari menghampirinya. “Kau mau merencanakan apa lagi sekarang?”Milly menghela napas. “Tunggu, aku mau menjelaskan hal ini padamu. Aku terpaksa merencanakan ini semua karena kau sama sekali tidak m
Read more
Bab 8. Rasa Senang Milly
Milly mendongak saat Rey mengetuk pintu ruangannya. “Hei, masuklah,” ucapnya sambil tersenyum lebar.Rey masuk, kemudian menutup pintu dan duduk di depan meja kerja Milly. “Bagaimana kemarin? Aku tidak sempat bertanya padamu karena sibuk dengan berkas klien,” tanya Rey penasaran.Milly menghela napas panjang, menyipitkan matanya pada Rey. Dia mengingat jawaban Zayn kemarin yang membuatnya tidak habis pikir. “Kurasa gagal. Dia tetap tidak suka padaku meskipun aku sudah mencoba menjelaskannya berkali-kali.”“Sama sekali tidak berhasil?” tanya Rey lagi.Milly menggeleng dengan raut frustrasi. “Kau tahu? Kemarin aku ditinggal begitu saja di sana!”Rey meringis, dia jadi mengingat percakapannya dengan Zayn kemarin. “Mungkin, dia terlalu buru-buru sampai melupakanmu.”Milly tersenyum sinis. “Kau terlalu berpikiran positif padanya, Rey. Semua caramu sudah kulakukan, tapi tampaknya dia memang benar-benar tidak menyukaiku. Bukan perkara aku anak baru atau apa pun itu, dia hanya tidak suka deng
Read more
Bab 9. Investigasi Pertama Milly
“Selamat pagi!” sapa Milly riang saat baru tiba di firma.“Pagi, Milly, kau terlihat bersemangat sekali,” ucap resepsionis membalas sapaan Milly.Milly tersenyum lebar. “Kau benar, hari ini aku bersemangat sekali! Aku masuk dulu, selamat bekerja,” ucapnya sambil melambaikan tangan.Milly bersungguh-sungguh dengan harinya yang bersemangat. Sejak kemarin, saat Zayn memintanya untuk menjadi asisten, semangatnya untuk berangkat bekerja menjadi berkali-kali lipat.“Kau siap untuk hari ini, Milly?” tanya Rey yang tiba-tiba sudah berada di belakangnya.Milly berjingkat terkejut, kemudian memukul lengan Rey yang tertawa. “Kau mengejutkanku! But, Iya, aku siap untuk hari ini!”Rey menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terkekeh saat melihat kilatan semangat dari mata Milly. “Well, good luck Tunjukkan kinerjamu dengan sebaik-baiknya. Kau tahu aku mendukungmu, kan?”Milly mengangguk penuh semangat. “Tentu saja, percayakan padaku!”Saat itu, Zayn tiba di firma. Dia menahan senyum di wajahnya saat
Read more
Bab 10. Kabar Baik
“Kau tahu apa yang terjadi kalau aku tidak sempat menangkapmu tadi?!” sentak Zayn dengan nada satu oktaf lebih tinggi.Milly menggigit bibir bawahnya. Tentu saja dia akan celaka jika sampai Zayn tidak cepat meraih tangannya. Lebih parahnya lagi, nyawanya bisa saja melayang. Tiba-tiba saja, darahnya berdesir saat membayangkan jika dirinya benar-benar jatuh ke bawah.Milly menggeleng-gelengkan kepalanya dan menepis bayangan itu dari dalam pikirannya. “Maafkan aku, lain kali aku akan lebih berhati-hati lagi,” ucapnya sambil menurunkan nada bicaranya karena tatapan Zayn masih terus terarah tajam padanya.Zayn menghela napas panjang. Dia menatap geram pada Milly. “Pastikan kau selalu berhati-hati setelah ini. Jangan melakukan hal yang berpotensi membuatmu celaka. Mengerti?!”Tanpa menjawab lagi, Milly mengangguk, kemudian segera mengambil bukti foto body harness yang masih menggantungi salah satu besi, tempat korban terjatuh. Body harness yang telah usang terlihat putus di tali penyanggany
Read more
DMCA.com Protection Status