Share

Chapter #5

Seorang gadis tinggi sedang berjalan anggun menuju 2 Lelaki yang sedang bercengkrama.

"Sayang..." Sapa Sandra dan duduk sambil merangkul tangan Darren manja.

"Papa mau ketemu kamu". Ucapnya lagi.

"Iya bentar , aku masih ngobrol sama Sean". Sebenernya Darren sangat tak ingin berkumpul dengan para orang tua itu. Karena yang di bahas pasti soal rencana pernikahannya bersama Sandra. Apa orang tuanya tidak pedulikan perasaannya . Pertunangannya saja tidak dia sukai, apalagi pernikahan. 

"Kesana dulu, gue gak apa apa". Titah Sean. 

"Oke .. gue kesana dulu". Pamitnya dan di angguki Sean.

Darren berdiri dan berjalan menuju para orang tua ,dan meninggalkan Sandra di belakangnya yang memanggil manggilnya.. gadis itu pasti sangat jengkel.

"Nah itu Darren".ucap Papah Darren, Adrian Atmajaya.

"Hai om". Sapa Darren setelah tiba di hadapan para orang tua , dengan mengulus senyuman.

Tak lama pun Sandra juga telah bergabung dengan mereka. Dan mengambil posisi duduk pas di samping Darren serta tak lupa untuk menggenggamnya. Tapi cowok itu tidak menghiraukannya.

"Kapan rencana kalian akan menikah". Tanya Papah Sandra tanpa basa basi, karena sudah tak sabar menjadikan Darren sebagai menantunya. Semua langsung menatap ke arah dua orang itu. Lebih tepatnya ke arah Darren .menunggu lelaki itu memberikan jawabannya.

"Aku serahkan semuanya sama kalian". Bodoh Darren ,harusnya dia menolaknya, bukan menyerahkan seutuhnya kepada para orang tua. Rutuk dirinya dalam hati.

"Baiklah, nanti kita bicarakan lagi". Ucap papa Sandra.

Sandra ? Tentu saja senang , karena Darren tidak menolak ataupun membantah. Meskipun sandra tau lelaki ini sangat tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. Tapi apa boleh buat ,Darren hanya menuruti.

"Aku permisi dulu". Berdiri dan langsung pergi meninggalkan kumpulan para orang tua itu. Yah Darren selalu seperti itu, jika tak ada lagi yang di bahas dia akan segera pergi.

"Mau kemana bro". Tanya Sean yang melihat Darren pergi dengan raut wajah yang sungguh dingin. Berdiri dan menyusul lelaki itu yang sepertinya mengarah ke parkiran mobil.

"Ren.. Loe mau kemana". Ulang Sean bertanya lagi.

"Pergi". Ucapnya singkat.

"Gue ikut". 

"Hmm..".

"Gue ambil mobil dulu, nanti gue ikutin dari belakang". Sean pun bergegas menuju mobilnya dan mengikuti Darren dari belakang. Sean tahu sahabatnya itu lagi badmood ,makanya dia memutuskan untuk ikut.

"Gue marah, kesel, harusnya gue tolak yan. Bukan malah menyerahkan semua kepada mereka". 

"Arggghhhh..". Mengacak rambutnya seperti menjambak saking frustasinya.

Sean paham apa yang sedang di ucapkan Darren. Tanpa bertanya lagi, lelaki hanya menepuk nepuk pundaknya.

"Loe beneran suka sama bidadari cantik loe itu ren". Tanya Sean tiba tiba , seketika Darren menatapnya bingung ,kenapa Sean bertanya lagi? Bukankah tadi Darren sudah mengatakannya waktu di Rainbow Garden!.

"Aneh gak kalau gue bilang bukan sekedar suka, gue jatuh cinta sama Diantha sejak pertemuan pertama kemarin". Tidak ada Yang salah, kita tidak tahu kapan kita jatuh cinta , bahkan sejak pandangan pertama.. hati dan perasaan manusia tidak ada yang tahu.

"Kejar dia dan perjuangin dia". 

"Buktikan kalau loe beneran cinta sama dia, bukan sekedar cinta yang sesaat". Sean sangat pahamin Darren , jika lelaki itu sudah menyukai sesuatu ,dia akan terus memikirkannya, bahkan akan mengejarnya.

"Thanks, loe emang yang paling bisa ngertiin perasaan gue". Balik nepuk pundak Sean sambil tersenyum dan menikmati pemandangan laut di depan.

"Gue harus pergi kesuatu tempat".

"Hati hati and good luck brother". seperti sudah tahu kemana Darren akan pergi., Sean memberikan semangat.

Kemudian Darren bergegas pergi, ke tempat yang akan jadi tujuannya. Bahkan setelahnya tempat itu akan selalu jadi tujuannya. 

* * *

Langit Bandung sore hari menjelang magrib ini nampaknya akan segera gelap. Dan disini lah Darren, sedang menatap Diantha dari dalam mobil yang dia parkir tepat di depan toko itu.

Kurang lebih sejam dia berdiam diri menatap Diantha dari luar. Sejak detik pertama senyumannya tak pudar , untung saja dia berada dalam mobil, coba kalau di luar ,mungkin dia sudah di pandang dan dikatain gila sama orang yang lewat karena senyum senyum gak jelas.

Asyik menatap Diantha, Tak lama gadis itu keluar dari toko beserta karyawan lain. Terlihat mereka saling berpamitan satu sama lain.

"Sepertinya dia akan pulang". 

Darren mengikuti Diantha dari belakang , menjalankan mobilnya sangat pelan . Gadis itu tak menyadari bahwa Darren mengikutinya. Hingga gadis itu berhenti di sebuah halte bis. Keliatannya dia akan menaiki bis. Dengan segera Darren memarkirkan mobilnya dan turun menemui Diantha.

"Diantha". Gadis itu berbalik saat mendengar nama nya di panggil seseorang.

"Mas Darren".

"Hai..". Sapa Darren dengan senyuman lebar.

"Mau pulang?". Tanya Darren lagi.

"Iya mas.. lagi nungguin bis".

"Aku antar pulang yah". Diantha langsung mencengok dan secepatnya menolak.

"Gak usah mas, aku bisa pulang sendiri".

"Gak apa apa ,aku antarin yah.. bis nya juga kayak nya masih lama datang, udah mau gelap juga sepertinya". Sambil memandang ke langit yang sudah mulai menggelap.

"Tapi jadi ngerepotin mas". Ucap nya tak enak hati.

"Gak apa apa Diantha, Ayo". Dengan segera menarik tangan Diantha menuju mobil, Diantha pun akhirnya hanya menurut dan setelahnya membukakan pintu untuk sang bidadari cantik.

Diam keduanya hanya diam, membuat suasana keduanya terasa canggung. Apalagi Diantha, dia menjadi tak enak hati dan malu tentunya. Harusnya tadi dia menolak ,tapi entah kenapa tubuh dan hati nya tidak sinkron.

"Pulangnya jam segini". Akhirnya Darren berucap memecahkan keheningan diantara mereka.

"Iya mas". Jawaban singkat dengan seutas senyuman dari bibir gadis pujaannya itu.

"Kamu yang nunjukin jalan rumah kamu yah". 

"Iya mas". Darren bertanya dan Diantha pun hanya menjawab.wkwkwkwkw bener bener dah . Tak hilang akal Darren pun bertanya lagi.

"Biasa pulang sendiri ? Gak di jemput pacarnya gitu ? Mungkin". Pertanyaan yang sangat to the point. 

"Gak ada pacar mas ,dan emang biasa pulang sendiri". 

"Yess....". Perkataan yang spontan kelaur dari mulut Darren. Dan itu berhasil membuat Diantha menatap nya heran.

"Hmm.. kenapa mas".

"Ahh tidak .. hehehehe". Dalam hati senang tuh ,sampe rasanya ingin berguling guling. Peluang nya makin besar kan.

Diantha kembali menatap ke arah luar jendela ,melihat pemandangan kota Bandung yang terang dengan lampu lampu dari perkantoran , lampu jalan ,gedung dan lain lainnya yang menyinari saat hari telah berganti malam.

"Mas Darren, nanti di persimpangan depan situ belok ke kiri yah, nanti turunin aku aja di depan situ". Ucap Diantha memberi arahan pada Darren.

"Loh kenapa turun di depan? Aku antar aja langsung depan rumah".

"apa gak apa apa?". Bener bener Diantha sangat tak enak hati.

"Aku yang ngajakin dan sudah pastinya harus diantar sampai depan rumah, kalau perlu sampe masuk kedalam rumah". Memamerkan senyuman hingga terlihat deretan gigi gigi putih yang berbaris rata.

Lagi lagi Diantha hanya tersenyum dan makin membuat Darren terpanah.

Kembali diam keduanya, hingga tak berapa lama telah sampai di depan rumah Diantha. 

"Makasih yah Mas, sekali lagi maaf udah ngerepotin". Ucap Diantha sebelum turun dari mobil.

"Iya sama sama, tiap hari ngantar kamu pulang juga gak apa apa ,malah aku senang kok". Nah kan ,mulai nih anak.wkwkwkwkwk.

"Mas Darren mau mampir dulu". 

"Boleh ,tapi lain kali yah, aku mau ketemu Mama dulu". Andai saja Ambar tadi tidak mengiriminya chat untuk segera kerumah menemuinya ,pasti dia akan lebih lama lagi bersama gadis ini. Saat menunggu Diantha di depan toko tadi ,Ambar mengirimnya chat. 

"Ah iya mas , kalau gitu aku turun". Saat hendak membuka pintu mobil. Suara Darren menghentikannya.

"Boleh pinjem hp nya bentar gak".

"Hahh...?". Bingung Diantha, ngapain Darren ingin meminjam hpnya.

"Bentar aja". Pinta Darren.

Sempat bingung tapi akhirnya Diantha memberikan hpnya kepada lelaki itu. Nurut aja si mba nya ini.

Otomatis membuka dan seperti menekan beberapa angka di layar hp Diantha. Hpnya memang tidak di pasang kode pengaman , karena Diantha suka lupa kodenya. Lagian toh gak ada yang aneh aneh di dalam isi hpnya itu. 

Tak lama hp Darren berdering.

"Nah udah... Udah aku save nomor ku juga". Cengok Diantha matanya seperti membola, tenyata lelaki ini ingin mengambil nomornya. 

"Nih.. nanti aku telfon yah". Mengembalikan hp si pemilik yang masih terdiam cengo.

"Hmmm.. ya udah, aku turun yah mas, hati hati di jalan". Bergegas turun dan berjalan masuk ke dalam rumah kecil nan mungil itu.

Sedangkan Darren hanya menatap tersenyum dari dalam serta bahagia karena telah mendapatkan nomor ponsel gadis itu. Sekarang dia harus pulang menuju kediaman Atmajaya, sepertinya orang tua nya ingin menyampaikan sesuatu. Semoga tidak membuatnya kesel.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status