Share

Dokterku Pemburu Roh
Dokterku Pemburu Roh
Penulis: Red Water

Prolog

Roh jahat adalah roh yang menginginkan kematian tanpa dasar yang jelas. Mereka merasuki tubuh manusia lalu membuat mereka kehilangan akal sehat sampai pada akhirnya memutuskan untuk bunuh diri karena tidak sanggup untuk hidup.

Tidak ada yang tahu asal-usul roh jahat seakan mereka sudah hidup berdampingan dengan manusia sejak dahulu kala—sejak nenek moyang masih hidup dan sejak bumi baru pertama kali dihuni manusia.

Dan juga mereka berjumlah sangat banyak seperti tidak ada akar yang menopang mereka. Kematian, kematian, dan kematian itu yang terjadi ketika dirasuki oleh roh jahat.

Meski begitu, ada organisasi khusus berinisial 'Dokter' yang melawan roh jahat agar kematian tak terjadi lagi. Tapi, jika akarnya tidak diketahui letaknya maka tidak ada gunanya melawan mereka yang terus bertambah banyak.

...

“Ha ha ha! Menurutmu dengan pisau kecil itu kau bisa membunuhku?” tanya roh jahat yang mirip dengan hantu kain halloween.

“Banyak omong juga, padahal kau sama sekali tidak bisa melukaiku.” Seorang pemuda—bernama Ken— berambut hitam model Korea dengan anting salib di kuping kirinya mengayunkan sebuah pisau bedahnya. Mereka berdua sedang berada di atas bangunan terbengkalai yang tinggi.

Ia menatap sinis seraya mengibaskan jubah putihnya yang di dalamnya terdapat begitu banyak pisau bedah. Roh jahat itu melayang-layang di udara sambil tertawa kecil sebelum kemudian muncul begitu banyak paku kecil mengelilingi Ken.

Ken menarik napas dan di saat yang bersamaan paku-paku itu melaju dengan cepat ke arahnya. Dia langsung melempar semua pisau bedahnya ke atas—menyisakan dua pisau di tangannya—sebelum ia terkena pakunya,

Lalu ia menangkis beberapa paku sebelum kemudian terbang ke tempat pisau bedahnya yang melayang di udara. Ia menendang lima pisau ke roh itu tapi berhasil dihindari karena tubuhnya mirip kain ia jadi mudah bergerak dan menghindar.

Ken tidak menyerah begitu saja ia terus melempar pisaunya ke arahnya seraya menangkis paku-paku yang beterbangan ke arahnya. Namun, salah satu paku menembus kakinya yang membuatnya mengerutkan dahi lalu terjatuh.

“Pada akhirnya manusia hanyalah manusia. Membunuh kalian itu sangat mudah sama halnya dengan membunuh semut,” ucapnya.

"Huh,"

Dengan darah mulai bercucuran dari kaki kirinya, ia bangkit berdiri seraya mengambil dua pisau bedahnya yang berada di dekatnya. Ia tersenyum miris seraya mengungkapkan rasa kesalnya terhadap roh jahat yang selalu merengut nyawa.

Roh jahat itu tertawa sambil mengeluarkan kedua tangan kainnya lalu mengangkatnya ke atas—memunculkan begitu banyak paku nan panjang serta runcing yang siap melubangi tubuh Ken.

“Rasakan ini!” Kedua tangan itu mengayun ke depan dan serangan pun datang.

Ken mengambil ancang-ancang, menguatkan genggaman pisaunya, dan melaju ke depan. Gerakannya seperti kilat, ia menangkis semua pakunya—meski ada paku yang menembus dirinya— ia terus melaju lalu memotong tangan kiri roh tersebut.

“GRRR!” Roh jahat itu langsung marah dan kesal.

Ratusan paku mulai menghujaninya lagi, kali ini ia tidak dapat menahannya karena ia masih melayang di udara. Ia hanya bisa berteriak kesakitan dengan tubuh penuh lubang dan hawa panas yang menyelimuti dirinya.

“SEKARANG TAMAT RIWAYATMU!”

Ken dengan tenaga terakhirnya melempar pisau bedahnya yang sudah ternoda oleh darah, meski berhasil dihindari. Di saat yang sama Ia kembali dihujani oleh paku. Ia menarik napas lalu menatap ke depan tiba-tiba tangan kanan kain itu terpotong.

“Sayangnya riwayat hidupku tidak akan berakhir di sini!” Ia berpindah tempat dengan sangat cepat.

Tidak hanya itu, ia juga menebas beberapa kali ke badan kainnya itu sebelum kemudian terdorong jatuh karena gelombang suara yang roh jahat itu hasilkan. Roh itu melarikan diri seraya menghindari pisau-pisau yang beterbangan ke arahnya.

Ken mengejarnya dengan cara parkour melewati berbagai bangunan tinggi lainnya seraya menyerang. Namun, di saat akan mengenainya, roh jahat itu berbelok menuju ke kerumunan masyarakat yang saat itu sedang mengadakan acara.

Roh jahat itu tertawa terbahak-bahak sebelum kemudian menghujani mereka dengan paku. Masyarakat langsung berhamburan, teriakan dimana-mana, serta tangisan anak kecil yang meratapi kedua orang tuanya yang sudah tewas.

Roh itu melihat seorang anak yang sedang menangis, ia langsung masuk ke dalam tubuh anak itu membuat anak itu menangis darah. Dan di saat yang bersamaan, Ken datang dengan wajah yang sudah penuh dengan keringat karena menahan sakit.

“Cih! Aku terlambat. Keluar! Jangan bersembunyi soalnya ini bukan petak umpet.” Ken menatap anak yang sudah di rasuki itu seraya melihat kekacauan di tempat itu.

Bau daging yang sangat menyengat, darah segar berceceran dimana-mana, serta tawa puas dari roh jahat terdengar sangat jelas. Roh jahat itu mengancam akan membunuh anak itu jika Ken tidak membuang semua senjatanya.

“Cepat lepaskan dia!” Ken hanya bisa mengerutkan dahi seraya membuang semua pisau bedahnya.

“Bod*h! Menurutmu aku akan melakukannya.”

Lagi-lagi ia dikelilingi oleh paku-paku tapi karena triknya masih sama ia bisa menangkisnya tapi tubuhnya sudah tak mampu bertahan jika ia melakukan gerakan cepat seperti tadi.

Serangan pun datang ia menenangkan hatinya, mendinginkan pikirannya, lalu ia meneriakkan “KELUAR!” yang langsung membuat roh jahat itu terpental dari tubuh anak itu.

Dengan cepat ia mengambil pisau bedahnya kembali lalu menangkis semua pakunya. Roh jahat itu semakin marah, ia langsung melarikan diri mencari orang untuk ia rasuki serta orang itu memiliki dendam yang amat kuat.

Saat berada di taman kota, roh jahat itu melihat seorang gadis dengan luka lebam di sekujur tubuhnya dan perban yang ada di dahinya. Gadis itu—bernama Sera—sedang menangis tersedu-sedu seraya meneriakkan kekesalannya.

“Anak itu!” Roh jahat itu langsung menuju ke arahnya.

Tapi dari belakang ia terkena tiga pisau bedah. Roh jahat itu tidak menyerah, ia terus melaju begitu juga dengan Ken. Menyerang dan menghindar sebelum pada akhirnya roh jahat itu sampai duluan,

“Siapa yang cepat ia adalah pemenangnya,” ucap mereka berdua. Roh jahat itu hendak merasukinya tapi dari belakang Ken juga hendak memenggalnya.

“AAAAAH!” Sera menoleh ke arah mereka dengan teriakan terkejut setengah mati hingga hampir pipis di roknya akibat kedatangan mereka berdua.

Red Water

Terima kasih mau menyempatkan waktu untuk membaca novel saya yang masih sangat sederhana serta masih terbilang banyak kekurangan.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status