Share

Gelang perak 2

“Ini milik kekasihku, bagaimana bisa kau mendapatkannya?” tanya Ken seraya menunjukkan gelangnya meski dari jauh tidak terlalu kelihatan.

Sera menatap tajam seraya mengeram karena kesal akibat masalah tadi. Ia menegaskan bahwa gelang itu sudah ia miliki sejak lama dan yang punya gelang seperti itu bukan hanya dia saja melainkan banyak orang memilikinya.

Namun, Ken yang sudah terbutakan oleh amarah langsung menghampiri lalu menampar pipinya hingga ia terhuyung. Ken tidak sudi gelang kekasihnya itu dimiliki atau bahkan di pakai oleh orang lain apalagi orang seperti Sera.

Dengan mata yang penuh amarah dan mulut yang seakan mengeluarkan api, ia tidak percaya pada Sera sebab gelang perak seperti itu memang banyak di jual di mana-mana tapi gelang ini memiliki nama kekasihnya.

Ken terus bertanya-tanya mengenai keberadaan kekasihnya itu di tambah ia tidak sudi jika Sera adalah kekasihnya yang sebenarnya sebab dirinya selalu terbayang sebagai kekasihnya. Mereka berbeda tapi bayangan kekasihnya selalu muncul di wajah Sera.

“Aku juga tidak sudi kalau aku ini kekasihmu! Lagipula kita tidak kenal dan kau seenaknya menamparku seperti serangga! Dasar tidak tahu diri!” jengkel Sera.

“JANGAN BERCANDA! KAULAH YANG TIDAK TAHU DIRI! SEENAKNYA MEMAKAI GELANG INI TANPA TAHU PEMILIK SEBENARNYA!” Ken menarik kerah baju Sera.

Wajah Sera menjadi merah serta air mata berlinang di kedua pipinya. Dia menarik kerah kaos Ken lalu mendekatkan wajahnya, ia mengungkapkan kebenciannya terhadap sikap Ken seraya melotot padanya.

Bunyi ombak yang kencang membuat perdebatan mereka semakin memanas tanpa ada satupun yang mau berhenti bahkan malam sudah mulai menyelimuti mereka dan jembatan yang teramat sepi itu.

Mereka berdua terus beradu mulut hingga Ken membanting Sera hingga terpental cukup jauh, tidak hanya itu, ia juga mengeluarkan pisau bedahnya hendak membunuh Sera.

“KATAKAN DI MA—”

Namun, ia kembali melihat bayangan kekasihnya yang menatapnya dengan wajah sedih dan kecewa. Ken langsung bersujud sambil memanggil-manggil namanya dalam kerinduan dan kesedihannya yang mendalam di lubuk hatinya.

Ia tak ingin kehilangannya, ia tak bisa hidup tanpa dirinya, dan ia juga harus menepati janjinya meski kehidupannya sangat berat. Dengan hembusan angin di senja itu, Ken menangis tersedu-sedu—meminta ia kembali.

“Setelah marah-marah, setelah memakiku, dan membanting ku. Sekarang kau menangis tanpa sebab? Jika kau mau gelangnya ambil saja, aku tidak peduli!” Sera berdiri perlahan seraya melotot ke arah Ken.

Ia berpikir bahwa Ken mungkin telah mengalami hari yang lebih berat darinya. Meski berat, Ken tetap menjalaninya seperti dirinya yang terus bertahan dengan perasaan bersalah.

“Gelang ini kuambil. Sekarang jangan terlibat lagi denganku!” tatap Ken seraya mengusap air matanya kemudian berdiri.

“Kau sendiri yang datang dan kau sendiri yang melibatkan dirimu! Aku juga tidak mau berurusan denganmu lagi atau bahkan melihatmu, itu membuatku mau muntah.” Sera berjalan menjauh darinya.

Ia terus menggumam tanpa henti hingga ia tiba-tiba teringat mengenai gelang itu. Gelang yang ia temukan di taman air saat ia tenggelam di sebuah kolam yang sangat dalam.

Sera hendak mengatakannya tapi jika ia katakan maka akan terjadi perdebatan dan ia akan tertahan di sini seharian. Sera memutuskan untuk tutup mulut sambil memegang pipinya yang merah akibat tamparan tadi.

Sementara Ken termenung sambil melihat gelang peraknya itu yang tampak sedih. Ken menatap punggung Sera yang semakin lama semakin kecil, ia berbalik badan lalu berjalan berlawanan di tengah senja yang sudah mulai menghilang itu.

Semakin menjauh, mereka tampak sedih bahkan meneteskan air mata seakan mereka terikat satu sama lain. Sera langsung meringkuk di ujung jalan seraya kebingungan mengenai air matanya yang terus-menerus keluar.

Sedangkan Ken merasa dadanya sangat sesak seperti terkena tekanan air di dalam laut. Ia menyentuh dadanya lalu bernapas perlahan sambil menangkan dirinya yang masih merindukan kekasihnya.

“Sera ...Dilihat dari manapun ia biasa saja. Tapi kenapa?” ucapnya dalam hati.

“AAAH! Padahal hanya gelang tapi kenapa aku sangat sedih? Aku hanya kebetulan menemukannya, tidak kurang tidak lebih,” stres Sera.

Sera tampak sangat depresi bahkan ia memukul-mukul aspal jalannya dengan kedua tangannya. Dengan ingus yang keluar ia berdiri dan menatap Ken yang sudah menjauh darinya. Sera merasa sedikit bersalah padanya karena tidak mengatakan mengenai gelangnya.

Saat berbalik badan dan kembali berjalan—tidak lupa mengusap ingusnya—ia mendengar seseorang memanggilnya dari jauh. Meski tidak terlalu jelas ia mendengar,”Ada banyak yang ingin kukatakan, jadi, jangan mati sebelum aku selesai bertanya padamu!”

Ketika berbalik ia melihat Ken yang mengucapkan kata-kata itu. Sera tidak menyangka ada orang yang memintanya agar bertahan hidup, biasanya orang-orang atau bahkan orang tuanya tidak peduli Sera masih hidup atau tidak.

Ia juga tidak menyangka yang mengatakan kalimat itu adalah orang br***ek yang tidak mau kalah adu mulut dengannya. Tapi kata-kata itu sedikit membuatnya senang dan banyak yang membuatnya kesal.

Ken akan mencari tahu mengenai keberadaan kekasihnya sedikit demi sedikit seperti yang kekasihnya ajarkan serta ia juga telah berbuat hal buruk padanya demi mendapatkan apa yang ia inginkan.

“Mungkin dia tahu keberadaannya, aku akan bertanya kepadamu hingga umurku habis sampai aku menemukan jawabannya. Dan jika, jawabannya adalah kau benar-benar asli pemiliknya ...Aku tidak sudi memanggilmu ‘Sayang’.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status