Tiga puluh menit kemudian ketiganya telah sampai di sebuah restoran.
Dari awal pemesanan makanan hingga makanan pertama datang dan disajikan, kakek dan nenek Ian tidak pernah muncul jadi hanya mereka bertiga di meja makan. Amber dan Nancy terus berbincang di sela-sela makan sedangkan Ian hanya diam sambil menikmati makanannya.Namun, saat pelayan menyajikan piring buah terakhir, dia mengatakan sesuatu yang membuat semua orang terkejut. "Singkirkan!"Pelayan itu tercengang. Amber dan Nancy langsung menghentikan perbincangan mereka dan mengalihkan pandangannya.Ian menunjuk ke piring dengan sedikit tidak sabar. "Apa yang kamu pikirkan? Bagaimana bisa memberikan sajian buah yang sungguh jelek?"Sang pelayan, Amber dan Nancy, ketiganya secara bersamaan langsung melihat ke piring. Sejujurnya, piring buah dihias sangat indah dengan hati-hati dan presisi.Piring itu terdiri dari setengah buah melon yang diukir dalam bentuk bunga yang kemudian diisi dengan berbagai buah-buahan yang beragam. Bagi kebanyakan orang itu adalah karya seni alami.Namun, Amber dengan cepat menyadari bahwa di piring itu ada tomat ceri yang letaknya miring, kemungkinan itu alasan ketidaksukaan Ian.Amber memperkirakan pria ini menderita OCD yang sangat serius.Sedangkan Nancy yang sepertinya tahu kondisi Ian tampak tidak mempermasalahkan yang terjadi. Dia menganggap perilakunya biasa saja kemudian melambai pada pelayan sambil tersenyum. "Ambil itu, ya."Setelah berkata kepada pelayan, seolah-olah tidak ada yang terjadi, dia menoleh ke Amber. "Teruskan bicara tentang pasien yang tadi kamu ceritakan."Amber pun lanjut bercerita, "Keluarganya mengundang medium roh untuk membersihkan semua hantu dari rumah mereka, mengklaim bahwa dia pasti kerasukan.Selama ritual, gadis itu sangat ketakutan dan dalam kepanikannya secara tidak sengaja membunuh neneknya. Ketika saya melihatnya selama seharian, kondisinya sudah mencapai kondisi yang sangat parah. Dia sangat percaya bahwa seseorang telah memenggal kepalanya dan dia adalah mayat tanpa kepala."Ian langsung mengalihkan pandangannya ke Amber setelah Amber menyelesaikan kalimat terakhir ceritanya dan itu mungkin pertama kalinya Ian menatap Amber secara langsung setelah mengomentari lesung pipitnya.Amber tadi sedang berbicara tentang salah satu pasien yang saat ini dalam perawatannya. Satu pasien dengan kasus serius sindrom Cotard atau yang dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai sindrom mayat berjalan.Nancy menjawab, "Ini benar-benar kasus klasik sindrom Cotard. Penyakit yang sangat langka, lalu bagaimana rencana kamu untuk mengatasinya?"Namun, sebelum Amber menjawab terdengar ponsel Nancy berdering. Setelah panggilan telepon tersebut diterima, Amber mendengar Nancy mengucapkan beberapa patah kata di telepon.Setelah selesai berbicara di telepon, Nancy berkata, "Sesuatu yang mendesak muncul di kantor, aku harus pergi." Kemudian dia meraih tasnya, berdiri dan bersiap pergi.Melihat Nancy berdiri dan hendak pergi, Amber pun ikut berdiri. "Biarkan aku yang mengantarmu kembali."Sebagai seorang dokter, selalu ada situasi yang darurat dan tidak terduga, terutama di bagian psikiatri—ketika penyakit pasien berkobar, kebanyakan orang tidak akan mampu menanganinya.Amber tidak mempermasalahkan oleh kepergian Nancy yang tiba-tiba dan mengganggu acara makan bersama mereka. Amber hanya memikirkan bagaimana caranya dia bisa membantu.Namun, Nancy menghentikannya. "Tidak perlu mengantarku. Asistenku akan datang menjemputku dan sudah ada cukup banyak orang di tempat kejadian. Kamu harus tinggal di sini dan menikmati makanan enak bersama Ian."Setelah itu Nancy melihat ke arah Ian. "Kamu akan membantuku menjaga Amber, 'kan?"Ian dengan acuh tak acuh seperti biasa menjawab, "Tentu saja."Nancy tersenyum dan menepuk tangan Amber. Tak lama, asisten Nancy telah tiba dan Amber mengantarnya ke pintu. Pada saat dia kembali, Ian sudah meletakkan peralatan makannya."Apakah kamu kenyang?" tanya Amber.Ian mengangguk.Kemudian Amber mengambil jaketnya yang tersampir di kursi terdekat. "Kalau begitu, ayo pergi juga."Dia terus memikirkan apa yang Nancy sebutkan. Biasanya, pasien yang bisa membuat khawatir gurunya adalah pasien yang cukup luar biasa dan dia sangat ingin mengamati gurunya beraksi.Namun, Ian tidak bergerak. Tatapannya yang jauh, seolah tertutup lapisan es tipis, mendarat di wajahnya. "Sepertinya kamu benar-benar tidak sadar." Dia mencibir. "Apakah kamu pikir gurumu benar-benar dalam keadaan darurat? Atau mengapa kakek nenek saya mengatakan bahwa mereka akan datang, tetapi tidak pernah muncul?”"Apa maksudmu?" tanya Amber tidak mengerti."Tindakan mereka semua direncanakan.""Direncanakan?"Ian menatapnya dan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, “Bagaimana kamu bisa menjadi psikiater? Ini adalah kencan buta yang disamarkan. Bagaimana mungkin kamu benar-benar tidak paham?”Seketika Amber kehilangan kata-kata. Tidak lama kemudian dia terbatuk keras untuk memecahkan kecanggungan. "Em, aku tidak tahu."Dia berpikir bahwa alasan di balik gurunya memperkenalkan Ian kepadanya adalah untuk sesuatu yang penting, seperti membantunya mengumpulkan dana untuk penelitian yang sedang dia kerjakan.Wajah Ian masih tetap tanpa ekspresi dan Amber merasa sedikit malu. "Maaf, aku benar-benar tidak menyadari rencana Profesor Nancy."Nancy telah melajang sepanjang hidupnya jadi Amber tidak pernah menyangka kalau dia akan mencoba menjadi mak comblang untuknya.Ian mendengkus ringan."Tidak apa-apa." Buku-buku jarinya mengetuk meja saat dia melanjutkan, "Kamu masih belum menyebutkan bagaimana kamu berencana untuk menangani pasienmu itu."Sepertinya Ian benar-benar tertarik dengan topik pembicaraan Amber tadi.Amber berpikir sebentar, lalu duduk lagi dan mulai menguraikan rencana kasarnya. "Pasien yang menderita sindrom Cotard umumnya menemukan interaksi sosial yang sulit, tetapi seringkali dapat menjadi ahli dalam bidang minat pribadi mereka.Aku ingin dia mulai melakukan aktivitas yang menarik secara pribadi. Dengan begitu, dia bisa membenamkan dirinya dalam fantasinya dan aku perlahan bisa membantunya menerima kenyataan menggunakan fantasinya sebagai media.""Aku membayangkan kalau kamu akan mulai tindakan dengan menahannya atau menguncinya.""Aku tidak akan melakukannya kecuali itu benar-benar diperlukan. Aku tidak mendukung cara yang membuat pasien dibatasi secara umum.""Seberapa yakin kamu akan menyembuhkannya?""Dokter hanya bisa sepenuhnya percaya pada pasien yang bertekad kuat untuk menjadi lebih baik."Ian terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya bertanya lagi kepada Amber, "Lalu ... maukah kamu tidur dengan salah satu pasienmu?""Lalu ... maukah kamu tidur dengan salah satu pasienmu?" "Apa?" Amber tidak mengerti. Nada bicara Ian sama hangatnya seperti sedang mendiskusikan cuaca. "Bagaimana jika kamu secara tidak sengaja tidur dengan pasienmu?" Amber tertawa. "Itu tidak mungkin." "Tapi bagaimana jika itu terjadi?" Ian bersikeras terhadap hal itu dan menatapnya dengan seksama. "Apakah kamu akan terus merawatnya?" Amber tidak dapat mengikuti logikanya dan masih bingung bagaimana topik pembicaraan tiba-tiba berubah dari seorang pasien yang menderita sindrom Cotard menjadi seorang pasien yang tidur dengan dokter mereka, tapi dia bisa melihat jawaban seperti apa yang diinginkan oleh Ian jadi dia menjawab, "Tidak." Ian akhirnya tertawa ringan. Ini adalah pertama kalinya Amber melihatnya tertawa. Bibirnya sedikit melengkung ke atas dan matanya tanpa rasa hangat, tetapi penampilannya memiliki kesejukan yang tak terduga. Setelah itu, Amber melanjutkan makan malam yang sempat tertunda dengan sabar. Perilaku Ian
Keluarga Axton tidak memiliki riwayat penyakit mental dan alasan kapan Ian terserang penyakit masih tidak jelas. Menurut keluarganya, Ian telah tertutup sejak muda, tetapi tidak menunjukkan gejala yang tidak biasa selain sedikit acuh tak acuh terhadap orang lain.Bahkan ketika Nancy bertemu dengannya untuk pertama kali, dia tidak berpikir bahwa Ian menderita keterpisahan emosional (detasemen emosional), hanya mengira wataknya yang luar biasa tenang.Amber bisa merasakan pikiran 'salah diagnosis' gurunya. Banyak orang di dunia modern menderita detasemen emosional, hanya dalam kapasitas yang berbeda-beda. Dari perilaku Ian saja sebenarnya Amber bisa menduga kalau gurunya itu sebenarnya sudah tahu kalau Ian menderita penyakit seperti itu dan itu juga alasan sebenarnya mengapa Nancy memperkenalkan kepadanya. "Apakah dia berpura-pura memperlakukan perkenalan mereka sebagai kencan buta dan kemudian membawanya ke La Marquesina untuk mempermalukannya dan memaksanya mundur secara sukarela?"
"Berhenti? Kamu tidak berencana untuk kembali?""Tidak. Kesehatan ibuku memburuk dan aku harus tinggal di sini untuk merawatnya dengan baik."Setelah mendengar percakapan ini, Amber tersenyum. Pada saat ini, Lin Fan tiba-tiba melihat ke arahnya, lalu bertanya, "Aku dengar kamu sekarang adalah Dr. Amber?"Amber mengangguk."Luar biasa, kamu benar-benar berhasil mewujudkan impianmu."Bulu mata Amber bergetar saat mengingat masa lalu. Pasalnya Calvin dulu pernah bertanya kepadanya, "Amber, apa impianmu?""Menjadi dokter.""Mengapa?""Karena nenekku." Orangtua Amber mengoperasikan restoran dan bekerja sampai larut malam jadi Amber dan kakak laki-lakinya diasuh oleh nenek mereka. Nenek Amber adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Dia baik hati, lembut, dan rendah hati. Namun, dia telah menjalani kehidupan yang tidak beruntung dengan menikah dengan pria yang keras kepala dan pemarah seperti kakeknya. Ketika Amber di sekolah menengah, neneknya menjadi gila karena tekanan mental jangka
"Aku mendapat telepon, sekalian menunggumu."Amber tersenyum. "Terima kasih. Kalau begitu, ayo pergi."Akhirnya keduanya berjalan menuju lift bersama. Sambil menunggu lift terbuka, Calvin bertanya, "Apakah kamu baik-baik saja selama ini?""Ya dan kamu?""Hidup agak sulit."Mendengar perkataan Calvin tersebut, Amber menatapnya dengan tatapan aneh."Memang benar, selama masa terberatku, aku tidak bisa menelepon siapa pun bahkan jika aku mau."Kepala Amber terkulai melihat ke bawah. Dia mengerti bahwa Calvin sedang mencoba untuk menjelaskan alasan ketika dia tidak menghubunginya dalam waktu yang lama.Tiba-tiba Calvin berhenti berjalan, lalu tiba-tiba memanggilnya. "Amber ...."Calvin tidak meneruskan perkataannya, tetapi ketika dia ingin melanjutkan perkataannya, pada waktu yang hampir bersamaan, suara lain juga memanggilnya. "Hei!"Calvin berhenti berbicara dan bersama-sama dengan Amber menoleh ke sumber suara itu. Mereka bisa melihat seorang pria muda berjalan ke arah mereka dari bay
Amber bangkit dari duduknya. "Kenapa aku tidak pergi duluan saja?" Kemudian melangkah pergi.Tapi dia dengan cepat ditarik untuk dihentikan oleh Trysta yang mengejarnya sambil bertanya, "Benarkah? Apakah kamu benar-benar mencintai Calvin?"Amber menghela nafas. Kali ini Amber tidak bisa untuk tidak merasa pusing. Bagaimana bisa dalam sekejap rumor berubah menjadi dia jatuh cinta dengan Calvin? Gosip benar-benar tumbuh lebih liar saat menyebar. Bukankah tadi dia mengatakan bahwa Calvin pernah menjadi orang yang dia sukai, oke? Dulu! Dulu!!Trysta tidak bisa menahan tawanya lagi. "Kalau begitu, kamu tadi seharusnya tidak memberi tahu Silvia tentang hal itu!"Amber tidak ingin membicarakan hal itu lagi. "Bukankah kamu harus pergi? Mengingat letak kamar suite dan semua wanita cantik itu, kamu harus berhati-hati jangan sampai seseorang mencuri pengantin priamu."Trysta pun berkata dengan nada menekankan, "Biarkan mereka mencoba! Jika dia bisa dicuri, itu berarti sejak awal dia tidak layak
"Aku ingin merayumu." Ian menatapnya langsung ketika dia bertanya, "Bolehkah aku melakukannya?"Sontak Amber tidak bisa menahan tawa setelah mendengar kata-kata Ian itu. "Jangan menggodaku. Aku benar-benar tidak bisa menyetir dengan baik.""Kenapa kamu tertawa? Apa aku kurang serius?""Tidak," pikir Amber. "Siapa yang peduli jika kalkulator itu serius? Nada bicaranya saja tidak mengandung rasa malu seorang pria muda yang mendambakan cinta. Alih-alih gugup, dia lebih terdengar seperti pekerja kantoran yang hanya berusaha menyelesaikan tugas."Akhirnya Amber memutuskan untuk mengobrol baik dengannya. Dari pandangan bahwa Ian adalah salah satu pasiennya. "Tuan Axton, apakah anda pernah menjalin hubungan sebelumnya?""Apakah ini karena aku mengejarmu?"Amber tersenyum. "Jika kamu pernah menjalin hubungan, maka kamu seharusnya tahu bahwa tindakanmu berbeda dari se
"Kamu adalah pasangan yang dirumorkan Bos Ian yang mabuk setelah single shot?"Sepertinya dia sudah membuat nama untuk dirinya sendiri dalam satu malam. Karena tidak ada pilihan yang lebih baik, Amber akhirnya menjelaskan tentang dirinya sekali lagi. "Tuan Axton hanya bercanda. Saya bukan pasangannya."Tetapi orang-orang di sekitar Ian mungkin tidak akan mendengarkan orang selain dirinya atau setidaknya orang di depannya tampak seperti itu. Dia berdiri, mengelilingi Amber dengan tatapan penuh minat, kemudian berteriak ke arah kamar mandi. "Bos Ian, apakah kalian baru saja datang dari hotel?"Di tengah air yang mengalir terdengar gerutuan konfirmasi yang acuh tak acuh."Kalau begitu kalian bergerak agak cepat," kata Billy dengan senyum licik. "Kamu tetap perjaka selama bertahun-tahun, lalu apakah kamu akhirnya tidak dapat mengendalikan doronganmu sekarang karena kamu telah menemukan seseorang?Bagaimana perjalanan lima belas menit berubah menj
Dia mengembalikan semua chip yang awalnya diberikan oleh Ian kepadanya.Billy langsung terkekeh saat melihat adegan itu. "Hei, kamu tidak berpikir semuanya akan berjalan dengan baik hanya karena kamu memenangkan putaran ini, 'kan?"Amber menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tidak ingin kalian mencapku sebagai seseorang yang suka menghambur-hamburkan uang.""Bagus, kamu harus ambisius!" Ansell memujinya sambil tertawa.Bahkan saat permainan berlanjut, teknik Amber tetap buruk. Satu putaran setelah Ansell menang, dia membungkuk untuk melihat ubinnya dan tidak bisa menahan tawa. "Kamu bahkan membuang ubin reklamasimu?"Sampai beberapa putaran, Amber masih bingung bagaimana cara bermain, tapi terlepas dari seberapa buruk tekniknya itu tidak bisa mengurangi keberuntungannya.Amber memang terlihat tidak menang dengan ubin yang memiliki skor rendah, tetap