"Lalu ... maukah kamu tidur dengan salah satu pasienmu?"
"Apa?" Amber tidak mengerti.Nada bicara Ian sama hangatnya seperti sedang mendiskusikan cuaca. "Bagaimana jika kamu secara tidak sengaja tidur dengan pasienmu?"Amber tertawa. "Itu tidak mungkin.""Tapi bagaimana jika itu terjadi?" Ian bersikeras terhadap hal itu dan menatapnya dengan seksama. "Apakah kamu akan terus merawatnya?"Amber tidak dapat mengikuti logikanya dan masih bingung bagaimana topik pembicaraan tiba-tiba berubah dari seorang pasien yang menderita sindrom Cotard menjadi seorang pasien yang tidur dengan dokter mereka, tapi dia bisa melihat jawaban seperti apa yang diinginkan oleh Ian jadi dia menjawab, "Tidak."Ian akhirnya tertawa ringan.Ini adalah pertama kalinya Amber melihatnya tertawa. Bibirnya sedikit melengkung ke atas dan matanya tanpa rasa hangat, tetapi penampilannya memiliki kesejukan yang tak terduga.Setelah itu, Amber melanjutkan makan malam yang sempat tertunda dengan sabar. Perilaku Ian tampak mirip dengan robot dengan rutinitas yang telah diprogram sebelumnya. Dia tidak akan melakukan hal lain sebelum menyelesaikan tugas yang diberikan.Misalnya, sehubungan dengan kencan buta yang tampaknya tidak terduga bagi Amber, Ian malah tampak bertekad untuk mencentang semua kotak.Setelah keduanya selesai makan. Mereka meninggalkan restoran, Ian berkata, "Jadwal berikutnya adalah menonton film, berjalan-jalan atau minum di bar. Yang mana yang ingin kamu lakukan?"Nada bicaranya membuat sudut bibir Amber berkedut. "Bisakah aku melewatkan semua aktivitas itu?""Kalau begitu ayo kita minum." Nada bicaranya yang sebenarnya sudah membuat keputusan untuknya. Sambil menjentikkan jarinya, Ian memberi tanda pada taksi yang mendekat untuk berhenti. Dia membuka pintu, menunggu Amber masuk."Serangkaian tindakan ini benar-benar sangat teratur," kata Amber dalam hati.Sebenarnya Amber merasa ragu-ragu saat beberapa detik sebelum masuk ke taksi. Dia membayangkan sejenak keadaan, lalu menganggap tindakannya sebagai profesionalitas kerja seorang dokter. Tindakan Ian penuh dengan keanehan dan keanehan semacam itu membuat para psikiater hampir tertarik secara naluriah.***Meskipun mengatakan bahwa mereka akan pergi ke bar untuk minum, Ian malah membawa Amber ke La Marquesina—sebuah klub malam lokal yang terkenal. Sepanjang perjalanan, Ian terlihat sedang berbicara di telepon, dia seperti mengundang orang-orang jadi pada saat mereka tiba, ruang VIP yang mereka tuju sudah terisi penuh.Melihat kedatangan Ian dan Amber, semua orang yang berada dalam ruangan langsung berdiri dan menyapa Ian.Beberapa orang ada yang memanggilnya direktur Axton, beberapa sebagai pimpinan dan beberapa lagi seperti Nancy memanggil dengan nama langsung.Setelah menyapa Ian, tanpa kecuali semua orang memperhatikan Amber yang berdiri di belakang Ian. Seseorang yang tampaknya mempunyai hubungan yang dekat dengan Ian bahkan langsung bertanya, "Siapa wanita muda ini?""Pasanganku."Seketika ruangan menjadi sunyi dan Amber pun hampir tersandung kakinya sendiri. Ya, dia tersandung dan untuk mendapatkan kembali keseimbangannya dia meraih lengan baju Ian untuk dijadikan pegangannya.Jari-jari Amber bahkan secara tidak sengaja menyentuh tangannya dan kehangatan kulitnya menyebabkan jantungnya berdetak kencang.Saat dia mengangkat kepalanya, dia melihat bahwa pandangan semua orang terfokus pada tangannya yang masih memegangi lengan baju Ian.Jari-jarinya cantik dan halus, tetapi siapa yang tahu apakah tuan Axton yang germofobia* tiba-tiba menjadi marah dan memotong tangannya.Amber yang merasa sedikit tidak nyaman dengan semua perhatian itu diam-diam menarik tangannya, menepuk pelan lengan baju Ian dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa."Maaf, Tuan Axton hanya bercanda. Nama saya Amber dan saya seorang dokter." Amber memperkenalkan diri di depan semua orang.Ian tidak menghentikannya, hanya menatap Amber sekali sebelum melepas jasnya.Ruangan itu sedikit hangat. Sementara itu, Amber berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa perilaku Ian bukan karena dia membencinya yang telah mengkusutkan lengan jasnya.Ian melepas jasnya kemudian langsung melemparkan jas itu ke arah Amber dan berkata. "Kembalikan kepadaku setelah kamu mencucinya."Amber terdiam sekali lagi. Dalam benaknya mengatakan, "Apakah ini bentuk germofobia selektif? Di mana dia bisa makan siang di luar, tapi tidak tahan dengan sentuhan orang lain?"Ian berbalik dan berjalan menuju sofa saat Amber tengah sibuk mendiagnosis di benaknya.Pria yang tadinya bertanya tentang siapa dirinya tersenyum padanya. "Hai, dokter, saya Ansell, salah satu teman Ian."Amber mengangguk padanya. "Senang bertemu denganmu.""Ayo duduk di sini." Pria bernama Ansell membawa Amber ke sofa, tepat di sebelah Ian. Namun, kali ini Amber memastikan untuk menjauh sejauh mungkin darinya.Suasana di ruang VIP dengan cepat kembali gaduh, para pria dan wanita berkumpul bersama saat mereka bernyanyi karaoke.Di sebelah Amber, Ansell bertanya kepada Ian. "Ian, apa yang ingin kamu mainkan malam ini?"Ian duduk di sofa sambil memandangi orang-orang yang bernyanyi dengan ekspresi angkuh di wajahnya. Dia menunjuk ke arah Amber dan berkata, "Terserah, selama kamu menjaganya."Ansell tersenyum. "Apakah kamu mencoba membiarkan pasanganmu melihat seperti apa duniamu?"Ian mengulangi. "Apa pun oke."Ansell masih tersenyum, lalu menoleh ke arah Amber. "Mau main apa, dok?"Amber sebenarnya tidak ingin memainkan apapun. Dia tidak suka berpesta dan hampir tidak pernah berpikir untuk minum, pergi ke bar atau bernyanyi karaoke, tapi karena dia sudah ada di sini, ketika Ansell bertanya padanya, dia juga menjawab, "Apa saja boleh, semuanya tidak masalah."Jawaban Amber itu benar-benar ceroboh dan merupakan sesuatu yang akan dia sesali berkali-kali di masa depan, tapi apa daya dia tidak punya pilihan lain. Jawaban terburuk miliknya telah terlontarkan.Ansell dan sekelompok orang yang di ruangan mulai untuk memainkan permainan sederhana menebak dadu dengannya. Bagi Amber itu bukanlah sesuatu yang menantang, tetapi sebenarnya poin terpenting adalah dia belum pernah bermain sebelumnya.Itu artinya bahwa sebelum dia dapat sepenuhnya memahami trik di balik permainan tersebut, dia telah kalah dan kemudian dipaksa untuk minum alkohol.Minuman alkohol yang dipesan terdiri dari campuran berbagai minuman, penampakan warnanya semakin menarik saat tersaji di gelas kristal. Sebelumnya, Amber tidak pernah meminum minuman keras apapun kecuali bir, dia adalah gadis yang rajin dan patuh.Amber tidak tahu seberapa kuat minuman beralkohol yang mereka pesan. Dia tidak terlalu memikirkannya karena pada saat melihat penampilan minuman yang cantik jadi dia tertarik dan langsung menenggaknya dalam satu tegukan.Tanpa menunggu lama kemudian, dia pingsan. Ya, Amber pingsan seketika, tepat setelah dia menghabiskan tetes terakhir minuman beralkoholnya. Kemudian dia terbangun di dalam kamar bersama dengan Ian.Keluarga Axton tidak memiliki riwayat penyakit mental dan alasan kapan Ian terserang penyakit masih tidak jelas. Menurut keluarganya, Ian telah tertutup sejak muda, tetapi tidak menunjukkan gejala yang tidak biasa selain sedikit acuh tak acuh terhadap orang lain.Bahkan ketika Nancy bertemu dengannya untuk pertama kali, dia tidak berpikir bahwa Ian menderita keterpisahan emosional (detasemen emosional), hanya mengira wataknya yang luar biasa tenang.Amber bisa merasakan pikiran 'salah diagnosis' gurunya. Banyak orang di dunia modern menderita detasemen emosional, hanya dalam kapasitas yang berbeda-beda. Dari perilaku Ian saja sebenarnya Amber bisa menduga kalau gurunya itu sebenarnya sudah tahu kalau Ian menderita penyakit seperti itu dan itu juga alasan sebenarnya mengapa Nancy memperkenalkan kepadanya. "Apakah dia berpura-pura memperlakukan perkenalan mereka sebagai kencan buta dan kemudian membawanya ke La Marquesina untuk mempermalukannya dan memaksanya mundur secara sukarela?"
"Berhenti? Kamu tidak berencana untuk kembali?""Tidak. Kesehatan ibuku memburuk dan aku harus tinggal di sini untuk merawatnya dengan baik."Setelah mendengar percakapan ini, Amber tersenyum. Pada saat ini, Lin Fan tiba-tiba melihat ke arahnya, lalu bertanya, "Aku dengar kamu sekarang adalah Dr. Amber?"Amber mengangguk."Luar biasa, kamu benar-benar berhasil mewujudkan impianmu."Bulu mata Amber bergetar saat mengingat masa lalu. Pasalnya Calvin dulu pernah bertanya kepadanya, "Amber, apa impianmu?""Menjadi dokter.""Mengapa?""Karena nenekku." Orangtua Amber mengoperasikan restoran dan bekerja sampai larut malam jadi Amber dan kakak laki-lakinya diasuh oleh nenek mereka. Nenek Amber adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Dia baik hati, lembut, dan rendah hati. Namun, dia telah menjalani kehidupan yang tidak beruntung dengan menikah dengan pria yang keras kepala dan pemarah seperti kakeknya. Ketika Amber di sekolah menengah, neneknya menjadi gila karena tekanan mental jangka
"Aku mendapat telepon, sekalian menunggumu."Amber tersenyum. "Terima kasih. Kalau begitu, ayo pergi."Akhirnya keduanya berjalan menuju lift bersama. Sambil menunggu lift terbuka, Calvin bertanya, "Apakah kamu baik-baik saja selama ini?""Ya dan kamu?""Hidup agak sulit."Mendengar perkataan Calvin tersebut, Amber menatapnya dengan tatapan aneh."Memang benar, selama masa terberatku, aku tidak bisa menelepon siapa pun bahkan jika aku mau."Kepala Amber terkulai melihat ke bawah. Dia mengerti bahwa Calvin sedang mencoba untuk menjelaskan alasan ketika dia tidak menghubunginya dalam waktu yang lama.Tiba-tiba Calvin berhenti berjalan, lalu tiba-tiba memanggilnya. "Amber ...."Calvin tidak meneruskan perkataannya, tetapi ketika dia ingin melanjutkan perkataannya, pada waktu yang hampir bersamaan, suara lain juga memanggilnya. "Hei!"Calvin berhenti berbicara dan bersama-sama dengan Amber menoleh ke sumber suara itu. Mereka bisa melihat seorang pria muda berjalan ke arah mereka dari bay
Amber bangkit dari duduknya. "Kenapa aku tidak pergi duluan saja?" Kemudian melangkah pergi.Tapi dia dengan cepat ditarik untuk dihentikan oleh Trysta yang mengejarnya sambil bertanya, "Benarkah? Apakah kamu benar-benar mencintai Calvin?"Amber menghela nafas. Kali ini Amber tidak bisa untuk tidak merasa pusing. Bagaimana bisa dalam sekejap rumor berubah menjadi dia jatuh cinta dengan Calvin? Gosip benar-benar tumbuh lebih liar saat menyebar. Bukankah tadi dia mengatakan bahwa Calvin pernah menjadi orang yang dia sukai, oke? Dulu! Dulu!!Trysta tidak bisa menahan tawanya lagi. "Kalau begitu, kamu tadi seharusnya tidak memberi tahu Silvia tentang hal itu!"Amber tidak ingin membicarakan hal itu lagi. "Bukankah kamu harus pergi? Mengingat letak kamar suite dan semua wanita cantik itu, kamu harus berhati-hati jangan sampai seseorang mencuri pengantin priamu."Trysta pun berkata dengan nada menekankan, "Biarkan mereka mencoba! Jika dia bisa dicuri, itu berarti sejak awal dia tidak layak
"Aku ingin merayumu." Ian menatapnya langsung ketika dia bertanya, "Bolehkah aku melakukannya?"Sontak Amber tidak bisa menahan tawa setelah mendengar kata-kata Ian itu. "Jangan menggodaku. Aku benar-benar tidak bisa menyetir dengan baik.""Kenapa kamu tertawa? Apa aku kurang serius?""Tidak," pikir Amber. "Siapa yang peduli jika kalkulator itu serius? Nada bicaranya saja tidak mengandung rasa malu seorang pria muda yang mendambakan cinta. Alih-alih gugup, dia lebih terdengar seperti pekerja kantoran yang hanya berusaha menyelesaikan tugas."Akhirnya Amber memutuskan untuk mengobrol baik dengannya. Dari pandangan bahwa Ian adalah salah satu pasiennya. "Tuan Axton, apakah anda pernah menjalin hubungan sebelumnya?""Apakah ini karena aku mengejarmu?"Amber tersenyum. "Jika kamu pernah menjalin hubungan, maka kamu seharusnya tahu bahwa tindakanmu berbeda dari se
"Kamu adalah pasangan yang dirumorkan Bos Ian yang mabuk setelah single shot?"Sepertinya dia sudah membuat nama untuk dirinya sendiri dalam satu malam. Karena tidak ada pilihan yang lebih baik, Amber akhirnya menjelaskan tentang dirinya sekali lagi. "Tuan Axton hanya bercanda. Saya bukan pasangannya."Tetapi orang-orang di sekitar Ian mungkin tidak akan mendengarkan orang selain dirinya atau setidaknya orang di depannya tampak seperti itu. Dia berdiri, mengelilingi Amber dengan tatapan penuh minat, kemudian berteriak ke arah kamar mandi. "Bos Ian, apakah kalian baru saja datang dari hotel?"Di tengah air yang mengalir terdengar gerutuan konfirmasi yang acuh tak acuh."Kalau begitu kalian bergerak agak cepat," kata Billy dengan senyum licik. "Kamu tetap perjaka selama bertahun-tahun, lalu apakah kamu akhirnya tidak dapat mengendalikan doronganmu sekarang karena kamu telah menemukan seseorang?Bagaimana perjalanan lima belas menit berubah menj
Dia mengembalikan semua chip yang awalnya diberikan oleh Ian kepadanya.Billy langsung terkekeh saat melihat adegan itu. "Hei, kamu tidak berpikir semuanya akan berjalan dengan baik hanya karena kamu memenangkan putaran ini, 'kan?"Amber menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tidak ingin kalian mencapku sebagai seseorang yang suka menghambur-hamburkan uang.""Bagus, kamu harus ambisius!" Ansell memujinya sambil tertawa.Bahkan saat permainan berlanjut, teknik Amber tetap buruk. Satu putaran setelah Ansell menang, dia membungkuk untuk melihat ubinnya dan tidak bisa menahan tawa. "Kamu bahkan membuang ubin reklamasimu?"Sampai beberapa putaran, Amber masih bingung bagaimana cara bermain, tapi terlepas dari seberapa buruk tekniknya itu tidak bisa mengurangi keberuntungannya.Amber memang terlihat tidak menang dengan ubin yang memiliki skor rendah, tetap
Sepanjang malam, Ansell melihat Ian melindungi Amber dan selalu membantu menyelesaikan masalahnya.Senyum Ansell pun membeku di wajahnya. Jika Ian mengincar seseorang, bagaimana mungkin dia bisa menang melawannya?"Terima kasih atas tawarannya," kata Ansell dengan nada serius. "Tapi aku akan berhenti dengan kalkun dingin saat ini!"***Amber membiarkan salah satu sopir klub mengantarnya pulang. Karena ini akhir pekan, dia seharusnya mengunjungi orangtuanya. Namun, hari sudah sangat larut dan mereka tinggal sangat jauh sehingga pada saat dia tiba di sana nanti mungkin hari sudah hampir pagi dan orangtuanya sudah bersiap untuk membuka restoran mereka.Mereka pasti akan mengomel kepadanya jika mereka melihatnya datang sangat larut. Jadi sebagai gantinya, Amber memutuskan untuk pulang ke rumahnya.Apartemen tempat Amber menginap sangat dekat den