Share

6. siapa dia?

Atira mengerjapkan matanya pelan. “Aww, sakit!” desisnya saat ada rasa nyeri di bagian punggung. Ia terbangun dengan suara adzan yang saling bersahutan.

Atira pun berniat memeriksa pundak yang terasa sangat sakit, seperti habis tertimpa sesuatu.

“Hah? Apaan ini?” ucap Atira saat ia tidak bisa menggerakkan tangannya sama sekali. Hal ini pun membuat kesadaran Atira pulih sepenuhnya.

“Apaan ini?” lirih Atira saat ia mendapati tangan dan kakinya terikat.

Ia yang terikat tangan dan kaki dalam keadaan tertidur miring ke kanan, langsung duduk dan bergeser secepat yang ia bisa ke arah pintu. Untung saja, kondisi luar yang terang dengan lampu memudahkan ia mengetahui dimana posisi pintu.

Sesampainya di depan pintu, ia pun berusaha berdiri dan berhasil, meskipun sangat sulit. Ia khawatir orang yang mengikatnya adalah orang jahat dan nekad.

Karena tangannya diikat ke belakang, ia pun memunggungi pintu dan meraih gagangnya.

Atira memutar gagang pintu dan menariknya, namun usahanya gagal karena pintu terkunci. Ia pun mencoba peruntungannya dengan meraba lubang kunci, namun ternyata usahanya nihil karena kunci tak tergantung di lubang pintu.

“Aisshhh...” desisnya pelan.

Atira berpikir keras bagaimana caranya agar ia bisa bebas tanpa terluka sedikitpun.

“Gimana ini?” gumamnya di dalam hati.

Atira memindai ke dalam rumah, meskipun kali ini kondisi gelap, ia memperkirakan apakah penjahat yang masuk ke dalam rumahnya masih ada atau tidak.

"Padahal tadi terang," keluh Atira dalam hatinya. Karena tak ada suara dan pergerakan apapun, Atira memperkirakan bahwa kondisi rumahnya sudah aman. Urusan ada barang yang hilang akan ia pikirkan belakangan, yang penting kali ini adalah keselamatan nyawanya, demi kedua anaknya dan masih demi ibu mertuanya yang ia sayangi dengan setulus hati. Biarlah urusan pernikahannya saja yang hancur, tapi urusan ibu dan anak antara dirinya dan bu Asih ia anggap tak pernah hancur.

Dengan sekuat tenaga, Atira menggedor-gedor pintu dengan tangannya yang sengaja ia kepalkan. “Tolo.... ng!” teriaknya sekeras mungkin.

Karena hasil gedoran tangan yang terikat ia rasa tak cukup keras, ia pun menggedor-gedorkan tangannya. “Tolo... ng! Tolo... ng! Bu Retno...Pak Samsul, tolo... ng!” teriaknya sekeras mungkin. Bahkan meskipun kepalanya terasa sangat sakit, ia tak peduli sama sekali.

Tiba-tiba muncul seseorang dari dalam rumah sambil dengan berlari secepat mungkin. Di tangannya ada sesuatu yang ia bawa.

Melihat itu, Atira ketakutan karena bagaimana pun ia tak bisa melawan dengan tangan dan kaki yang terikat.

“Ampuunnn!” teriak Atira sambil berusaha menghindar.

Brukkk...

Atira pun terjatuh dengan posisi tengkurap karena kakinya terikat, sedangkan dengan refleks ia berusaha berlari.

“Aww, am...! Emmmm... “

“Berisik!” orang itu menyumpalkan kain ke dalam mulut Atira sehingga Atira tak dapat lagi berteriak apapun.

Mulut kecil Atira disimpal dengan kain yang cukup besar. Sakit, tentu saja sakit sehingga air matanya pun dengan cepat menganak sungai. Ditambah lagi rasa takut yang sangat, taruhannya adalah nyawa.

“Emmm...” Atira berusaha meronta dan berkata-kata, tapi ia tak bisa. Ia pun tak begitu yakin dengan siapa yang dilihatnya.

“Emmmm... “ semakin keras Atira meronta. Ia berharap orang yang telah mengikatnya itu mau berbaik hati untuk melepaskannya.

“Hallo!” orang itu berbicara, nampaknya dari sambungan telepon.

Atira menoleh ke arah suara demi mengenali siapa orang yang berbuat jahat kepadanya. “Perempuan.” desisnya.

“Mas! Pokoknya aku enggak mau tahu, sekarang juga harus datang! Aku enggak tahu apa yang harus aku lakukan sama perempuan ini,” ucap perempuan itu yang kemudian menjeda ucapannya.

“Aku enggak peduli mau sadar atau mau mati pun, enggak peduli. Ke sini sekarang juga!”

Atira mengernyitkan keningnya mendengar ucapan perempuan itu. “Siapa dia?” tanya Atira di dalam hatinya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Haydar huzayfa
jangn2 itu selingkuhan si Bayu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status