Share

7. Pertolongan

“Siapa dia?” gumam Atira pelan. Ia pun berusaha menoleh ke arah perempuan itu. Nihil. Selain gelap, perempuan itu melakukan panggilan di ruangan lain.

Atira terdiam dan berpikir, dari cara perempuan itu berbicara, ia terdengar ketakutan dan kemungkinan nyawanya aman untuk sementara.

“Ah ya, tadi kayanya adzan subuh. Biasanya bapak-bapak banyak yang ke Mesjid. Harusnya aku berteriak saat mereka bubar.”

Atira menghembuskan nafas kesal karenanya. Tadi ia tak memperkirakan hal itu.

Terdengar krasak krusuk suara langkah beberapa orang di depan rumahnya.

Ceklek...

Pintu rumah Atira terbuka dari luar dengan pelan-pelan. Atira langsung pura-pura tak sadarkan diri karena mengira bahwa yang datang adalah orang yang berada di sambungan telepon perempuan tadi.

“Stop kontaknya sebelah kanan, Pah!” ucap seorang wanita dari luar rumah. Tentunya dengan setengah berbisik, namun Atira tetap mengenali suaranya.

“Bu Retno!” ucapnya dalam hati.

“Emmmmm...!” Dug... dug... dug.

Atira berusaha berbicara sambil menendang-nendangkan kakinya yang terikat ke tembok di belakangnya.

“Siapa itu?” ucap pak Ramli, suami bu Retno.

“Kenapa Pak Ramli?”

Ternyata di luar masih ada beberapa orang lainnya.

Bu Retno meringsek masuk untuk menyalakan lampu sendiri karena suaminya tak juga menemukan stop kontak tersebut.

Pak Ramli menatap orang yang tergeletak di bawah dalam keadaan terikat tanpa menghampirinya. Wanita itu terus berusaha berbicara dengan mulut yang tersumpal. Belum jelas siapa wanita yang terikat itu karena setahu mereka penghuni rumah ini sedang berada di rumah sakit.

Bu Retno menekan stop kontak dan keadaan langsung berubah terang.

“Tira...!” ucap mereka serempak.

Bapak-bapak lain yang sedari tadi berada di luar pun kini meringsek masuk setelah mendengar teriakan yang memanggil nama Atira.

“Kenapa kamu, Tira?” tanya bu Retno sambil berlari ke arah Atira yang terikat di ujung dekat pintu. Bu Retno segera duduk dan melepaskan sumpalan kain dari mulutnya. “Tira, huhuhuhuhu!”

“Awas perempuan itu kabur dari pintu belakang! Barusan ia masih ada di tengah,” ucap Atira sesaat setelah sumpalan mulutnya terlepas. “Ya Tuhan, jilbab punyaku,” lirihnya dalam hati saat ia melirik ke arah kain yang telah terlepas dari mulutnya.

Pak Ramli dan beberapa bapak-bapak lain ada yang masuk ke ruang tengah dengan membawa pemukul apapun yang mereka temukan di rumah Atira. Sedangkan sebagian lain yang masih berada di luar, langsung mengepung rumah Atira.

“Woy keluar!” terdengar teriakan bapak-bapak yang terdengar emosi. Sedangkan bu Retno sedang melepaskan ikatan Atira dengan cara mengguntingnya. Atira diikat menggunakan tali rapia yang dilipat berkali-kali sehingga ikatannya cukup kuat.

“Tira, kenapa kamu ada di sini? Gimana bu Asih?” tanya bu Retno dengan berurai air mata.

“Mas Bayu pulang, Bu!” ucap Atira dengan suara bergetar.

“Apa? Kapan? Syukurlah!” ucap bu Retno. “Seenggaknya kamu bisa fokus sama Davin dan Daffa.”

“Aku udah ditalak 3 sama Mas Bayu. Davin diculik, Bu!” lirih suara Atira namun masih terdengar oleh bu Retno.

“Apa? Apa maksud kamu, Tira?” tanya bu Retno dengan wajah kagetnya.

“Aku ke sini mau bawa baju-bajuku sama Daffa. Katanya mas Bayu bawa istri barunya pulang.”

“Apa?” bu Retno semakin tercekat mendengar penuturan Atira. “Malang sekali nasibmu, Nak!” tuturnya sambil melanjutkan kegiatannya menggunting tali pengikat kaki Atira. Air matanya pun menganak sungai.

“Ketemu juga kamu! Pintar sekali ngumpet di dalam tong sampah.”

“Uuuhhh... “

Terdengar euforia bapak-bapak yang nampaknya sudah menemukan si penjahat.

 

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Haydar huzayfa
akhirnya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status