Share

Dinikahi tapi Tak Dicintai
Dinikahi tapi Tak Dicintai
Penulis: iva dinata

Kebenaran yang Menyakitkan

"Fagan tidak pernah mencintaimu." Kalimat itu keluar dari mulut seorang wanita cantik berwajah pucat dengan pakaian pasien sebuah rumah sakit.

"Hanya akulah wanita yang ada di hatinya."

Tiba-tiba hatiku terasa nyeri dan perih dalam waktu yang bersamaan mendengar kalimat yang keluar dari mulut wanita yang amat sangat aku benci itu. Tapi, aku bukan wanita bodoh yang akan langsung percaya dengan mulut wanita yang juga tidak membenciku itu. Kubiarkan saja dia berbicara sesukanya.

"Sikap lembut yang dia tunjukkan hanya untuk menyakiti hati Ardiaz. Mungkin kamu tidak sadar, tapi Ardiaz sangat mencintaimu. Dia sudah berusaha menghalangi kamu untuk menggantikan posisiku tapi kamu terlalu naif dengan sok jadi pahlawan kesiangan untuk keluarga yang gila hormat itu."

Ardiaz?

Dia mulai menyebut nama lain lagi. Ardiaz adalah adik iparku yang sudah lebih dulu akrab denganku sebelum aku menikahi kakaknya.

Sepertinya, wanita ini tidak pernah berubah meski kini keadaannya sudah sangat memprihatinkan. Namun tetap saja mulutnya suka menebar fitnah untuk membuat masalah dalam rumah tanggaku dan Mas Fagan.

Adira Mayang Mahesti, mantan tunangan dan kekasih suamiku. Dua hari yang lalu seseorang perawat datang ke rumah dan menyampaikan pesan jika wanita itu ingin bertemu denganku.

Mas Fagan langsung melarang ketika aku meminta izin. Dia tidak peduli meski wanita ini sedang sekarat. 'Jangan pernah menemuinya! Hidup dan matinya bukan urusan kita,' tegasnya kemarin malam.

Sikapnya yang keras dan terkesan tak ingin aku bertemu mantan kekasihnya, malah membuatku penasaran. Dan di sinilah aku sekarang. Dengan ditemani Adiba sepupu Mas Fagan menemui wanita cantik yang sekarang menatapku dengan tatapan sendu bercampur sinis.

Meski berusaha menutupi tapi aku tahu ada kebencian di dalam tatapannya kepadaku.

Adiba yang sejak tadi diam mulai gerah dengan omong kosong wanita ini. Beberapa kali dia berdecak kesal dan mengajak pulang.

"Fagan pasti melarang kamu datang menemuiku kan?" tanyanya yang masih ku jawab dengan kebisuan.

"Itu karena dia takut aku menceritakan kebenarannya padamu."

Spontan aku mengerutkan dahiku. Melihat eskpresiku wanita ini tersenyum tipis, sepertinya dia merasa menang karena sudah bisa memancing rasa penasaranku.

"Selama ini dia hanya berpura-pura mencintaimu supaya Ardiaz sakit hati dan pergi keluar negeri. Percaya atau tidak tapi Ardiaz sangat mencintaimu," ucapnya dengan nada sedikit meninggi. "Suamimu hanya menjadikan kamu sebagai alat untuk membalas Ardiaz yang telah berselingkuh denganku."

Duar...... Bak petir yang menyambar tepat dia tas kepalaku mendengar pengakuan Mayang.

"Ya aku berselingkuh dengan Ardiaz dan anak yang aku kandung adalah anak Ardiaz Tapi mereka memaksaku untuk menggugurkannya."

Aku melebarkan mataku tak percaya. Kutatap dalam-dalam setiap ekspresi yang diperlihatkan wanita di depanku ini. Matanya terlihat mengembun, seperti ada luka yang berusaha ia sembunyikan. Kurasa dia jujur.

"Aku tidak berbohong kali ini, tanyakan pada Adiba semua keluarga mereka juga tahu." Mayang mengarahkan tatapannya pada Adiba yang berdiri di sebelahku.

Segera ku alihkan tatapanku pada gadis yang sejak tadi menggandeng tanganku.

Adiba menatapku melas sambil mengangguk samar. "Kak Fagan melarang kami cerita sama Mbak," lirihnya yang bak petasan raksasa yang menggelegar di dadaku.

Mereka membohongiku?

Ibarat bom, hatiku seakan meledak dan hancur berkeping-keping. Namun aku masih tetap diam, kutahan air mata dengan sekuat tenaga. Aku tak ingin terlihat lemah di depan mantan kekasih suamiku ini.

"Apa kamu ingat kedatangan terakhirku ke rumah orang tua Fagan?" Kali ini aku mengangguk untuk menjawab pertanyaannya.

"Saat itu dia sengaja membiarkan aku mendorongmu untuk menyulut amarah Ardiaz. Dia juga sengaja membiarkan Ardiaz mengajakmu masuk agar aku melihat sikap lembut Ardiaz padamu. Saat kalian pergi Fagan berbisik, 'Ardiaz hanya akan bersikap lembut pada orang yang dicintainya pertama Mamanya, kedua Meizura Humayra, wanita yang tidak akan pernah dimiliki oleh Ardiaz seumur hidupnya'."

Tes.... Cairan bening menerobos keluar dari mata kananku. Kulihat Mayang tersenyum puas.

"Mbak,," bisik Adiba mengeratkan genggaman tangannya.

Tak terkendali air mataku mulai berduyun-duyun melintasi pipi dan membasahi kemeja merah maroon yang kukenakan. "Tak apa." Aku berusaha tetap tegar.

"Jika kamu tidak percaya, pulang dan tanyakan padanya! Aku mengatakan ini karena rasa bersalahku yang telah membuatmu masuk ke dalam lingkaran dendam atara aku, Ardiaz dan Fagan. Fagan sengaja memilihmu agar Ardiaz tidak bisa memilikimu."

"Apa mereka tahu jika janin yang kamu kandung itu anak Ardiaz?" Aku penasaran mengapa mertuaku memaksanya untuk menggugurkan janinnya.

Wanita itu menunduk sebentar lalu kembali menatapku datar. Kurasa dia sedang berusaha menyembunyikan perasaannya agar aku tak bisa membaca ekspresi wajahnya. "Mereka tahu tapi tidak percaya, menurut mereka janin itu adalah anak Raka," ucapnya tanpa berani membalas tatapanku.

Raka? Wanita itu kembali menyebut nama lain lagi.

"Aditya Raka?" tanyaku yang di jawab anggukkan olehnya.

Raka adalah teman sekaligus sepupu jauh Mas Fagan. Sebuah pertanyaan kembali muncul di kepalaku.

"Apa kamu juga selingkuh dengan Raka?" Aku menyipitkan mata, menelisik setiap kerutan dan ekspresi di wajahnya.

Aku ingin menyakinkan hatiku, wanita di depanku ini jujur atau sedang membohongiku.

"Iya,," jawabnya seraya membuang muka kearah jendela kamar.

Tanpa sadar aku menghela nafas, "Maaf, tapi pantas jika mereka tidak percaya padamu."

Sontak Mayang menoleh kembali padaku. Aku cukup puas melihat ekspresi tak terima di wajah wanita yang mungkin hidupnya tidak akan lama lagi ini.

Mungkin orang akan menganggap aku kejam tapi wanita ini juga tak menunjukkan rasa penyesalan atas semua perbuatannya. Meski mulutnya mengatakan, merasa bersalah tapi ekspresi wajahnya tetap saja angkuh dan sombong, bahkan terkesan menertawakan kebodohanku.

"Aku berselingkuh dari Fagan juga ada alasannya,"

Aku tersenyum sinis. Naif sekali, membenarkan sebuah kesalahan dengan menyalahkan korbannya.

"Fagan terlalu sibuk dengan kuliah dan pekerjaan. Hampir setiap hari dia menghabiskan waktunya di kampus dan kantor. Mengangkat telfonku saja tidak sempat. Berbeda dengan Ardiaz, kapanpun aku minta dia pasti akan datang dan mengantarku kemanapun aku pergi."

Alasan yang diutarakannya sama sekali tak merubah penilaianku. Aku membenci wanita ini. Wanita jahat yang mulutnya penuh bisa. Dia sudah salah jika ingin mencari simpati dariku. Sayang sekali aku bukan tipe wanita lemah lembut yang langsung percaya dengan wajah melas dan air mata palsu.

"Apa kamu sudah selesai bicara? Jika sudah, aku akan pergi. Semoga kamu cepat sembuh dan punya waktu untuk bertobat," pungkasku tanpa menunggu jawaban, langsung berbalik dan keluar dari ruang perawatan yang penuh dengan aroma obat dan disinfektan.

"Biar aku yang pesan taksi online," ujarku sambil berjalan cepat dan membuat Adiba sedikit berlari mengejarku.

🍂🍂🍂

Komen (5)
goodnovel comment avatar
sulikah
Ceritanya bagus lanjut...
goodnovel comment avatar
Ipin Arifin
gitu aja nanges,,lebay pdhl b. aja..hanya omong kosong seorang mantan
goodnovel comment avatar
Siti Ami
akibat dari perempuan kepo ya begitu sudah di larang suami malah penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status