Saat Dwi Setyani dan Satrio sedang asik bercengkrama sambil menikmati semilir angin di pinggir hutan pinus, tiba-tiba seekor bangau putih datang mendekat, bangau itu duduk bertengger di samping Satrio, sesekali kepala bangau itu bersandar di lengan Satrio mesra, seolah bangau sedang mengungkapkan kerinduan yang sangat dalam kepada Satrio.
"Larasati kenapa kamu datang kemari." Bisik Satrio kepada sang Bangau.
"Oh... Ternyata kanda masih mengenaliku, meskipun aku memakai wujud seperti ini."
"Heeemmm meskipun kamu berubah wujud menjadi apa saja aku akan tetap mengenalimu, pergilah jangan ganggu kami." Ucap Satrio lirih.
"" Kanda! Kenapa kami seperti nya sangat membenci aku?" Tanya Larasati memelas.
"Aku tidak pernah mbembencimu Larasati, namun, tingkah dan sikapmu dulu yang membuat aku harus bersikap tegas kepadamu, sebab sudah berulang kali kamu berusaha mencelakakan Dwi Setyani."
Adalah Dwi Setyani, seorang gadis desa yang cantik dan cerdas memiliki cita-cita sebagai seorang pramugari, kecerdasannya membawa Dwi Setyani menjadi seorang bintang sekolah, bahkan dia mendapatkan nilai tertinggi se kota Kecamatan, sayangnya ekonomi keluarga tidak bisa membawa Dwi Setyani untuk melanjutkan segala impian nya itu.Suatu senja di saat Dwi Setyani pulang sekolah, dia sengaja melewati hutan pinus, sambil berdendang riang, menyanyi dan menari dia terus melangkahkan kaki, saking meresapi lagu dan tariannya, dia tidak menyadari ada sepasang mata terus memperhatikannya.Sepasang mata itu terus mengikuti kemana arah langkah kaki Dwi Setyani, hingga saat Dwi Setyani terjatuh, pemilik sepasang mata itulah yang menolongnya."Kamu nggak papa?" Suara bariton mengejutkan Dwi Setyani.Bukannya menjawab pertanyaan itu, Dwi Setyani justru malah terpukau oleh ketampanan lelaki itu, sorot mata yang teduh, wajah yang sangat tampa
Aku berjalan menyusuri hutan Pinus, di pinggir desa menuju kediamanku, rumahku berada di sebuah desa yang masih asri desa yang belum terjamah asap kenalpot dan masih sunyi tanpa ada deru mesin kendaraan.Sambil berdendang riang ku ayunkan langkah satu demi satu, ya ... Hari ini aku sangat bahagia, sebab pengumuman kelulusan ujian nasional sudah ku kantongi, dan aku? masuk dalam tiga besar nilai tertinggi di kota kecamatan.Sepanjang jalan ku rangkai mimpi, melanjutkan sekolah agar mendapat gelar sarjana, ingin membahagiakan ayah ibu juga adik tercinta, bisa keliling luar negri, bisa membelikan bapak sepeda motor, merenovasi rumah dengan bangunan kokoh dan permanen duhhhhh sungguh sangat banyak keinginanku.Saking bahagianya tanpa sadar aku bernyanyi sambil menari, memutar kaki merentangkan tangan dan menengadahkan kepala, seperti tarian-tarian filem India dalam layar kaca yang sering ku tonton begitulah tarianku saat ini.Aku bah
Aku dan Tri akhirnya pulang, sampai di rumah kami sudah ditunggu ayah ibu dan adik tampanku untuk makan malam. Sebelum ke meja makan aku dan Tri masuk ke tempat sholat untuk menyimpan sajadah dan mukena yang tadi kami pakai. Ibu menyuruh kami segera duduk lalu mengambilkan kami nasi lauk dan sayur, seperti kebiasaan di keluarga, kami selalu sarapan pagi dan makan malam bersama, makan siang kami tidak bisa berkumpul sebab ayah pergi berdagang di pasar dan kadang ibu membantu tetangga bekerja sebagai buruh di pabrik tempe, ibu membantu membungkus tempe daun, kerja dari jam 9 pagi sampai jam 1 siang, tiap hari ibu mendapat upah lumayan bisa buat penghasilan tambahan. Di saat jam makan malam inilah biasanya kami saling berdiskusi, tentunya sehabis makan, sebab bapak paling nggak suka kalau melihat kami makan sambil berbicara. Bapak laki-laki pekerja keras, sayang kepada keluarga dan selalu menyempatkan waktu untuk mendengarkan semua keluh k
"Mba Dwi mimpi apa sih ..?" Suara Tri serak pertanda dia baru bangun dari tidur."Aku mimpi Lee min ho?""Apa mba? Le min ho? Ya ampun so sweet banget ... Aku mau dong mba mimpi ketemu Lee min ho juga""Apa sih kamu ah ....""Serius mba barusan mimpi Lee min ho?" Tri duduk di depanku sambil bersila dan bertopang dagu."Serius lah masa bohong""Beneran ganteng kaya yang di Drakor Drakor itu ya mba?""Ganteng bangeeeeet" jawabku sengaja bikin dia penasaran""Ya Ampun mbaaaa ... Keren banget mimpinya, eh btw mba berdoa apa sih kok dapet rejeki bertemu Lee min ho?""Baca puisi cinta wabil khusus Lee min ho" jawabku sambil menoyor kepala adekku yang lagi jatuh cinta berat sama aktor Drakor itu.Setelah mengucapkan kata itu aku langsung menyuruh Tri kembali tidur, dia menurut meski dengan keadaan muka di tekuk dan bibir di majukan lima senti, dia bilang masih penasaran dengan mimpiku.*****D
Setelah menyaksikan pertunjukan Tari yang di persembahkan oleh Dwi setyani Satrio langsung pergi meninggalkan gedung sekolah itu, dengan hati dan perasaan yang hancur menuju lembah di dasar hutan Pinus, dia berdiri merentangkan tangan, rambutnya yang agak sedikit gondrong melembai tertiup angin, wajahnya menengadah ke langit sambil berteriak."Dwi setyani !!!"Teriakannya yang menggelegar membuat seisi hutan kaget, burung-burung yang sedang bernyanyi di ranting-ranting pohon semua terbang ketakutan, begitu juga semua satwa liar seisi hutan mereka lari tunggang langgang, mendengar teriakan Satrio anak dari pemimpin hutan Pinus itu." Dwi Setyani !!."Berkali kali Satrio memanggil nama Dwi setyani sampai merasa lelah lalu terpuruk ke tanah dan tergugu, kedua tangannya mencengkram tanah.setelah puas meluapkan segala kegundahan hatinya Satrio kembali terbang menuju istana, sesampai di istana Satrio duduk di taman sambil memikirkan nasib
Aku merasa ini tak adil bagiku, 200 tahun aku terkurung di dalam perjanjian manusia, aku dipenjara didalam lembah kotor, 100 tahun aku memulihkan kekuatanku dan kenapa setelah aku mengalami segala kesulitan itu justru sekarang aku dipertemukan kembali dengan seorang gadis yang persis seperti Sulastri kekasihku yang dulu.Tidak ... Aku tidak mau Dwi setyani bernasib seperti Sulastri, aku harus membuang rasa ini, aku akan menyayanginya sebatas sahabat, dan aku berjanji apapun kesulitan Dwi aku akan membantunya."Seperti biasa dikala hati Satrio gundah dia memainkan irama musik klasik yang tidak ada di alam manusia, namun bisa di dengar oleh manusia yang memiliki Indra keenam.Keesokan harinya di rumah Dwi setyani."Bu ... Boleh nggak Dwi bantu ibu kerja bungkus tempe?""Nggak usah nduk? Katanya kamu mau kerumah Ani mau meminta brosur tentang sekolah pramugari.""Eemmm ... Bu? Sebenarnya Dwi sudah mempunyai brosurnya? Tapi Dwi ngg
Setelah menyerahkan uang itu mas Satrio langsung pergi, ada sedikit penyesalan di hati sebab dengan gampang aku mengiyakan tawaran mas Satrio, bagaimana nanti aku membayarnya? Aku masih mematung di teras rumah dan tiba-tiba ibu mengejutkan aku."Kamu bicara sama siapa tadi Wi?""Em itu ... anu bu, tadi Dwi bicara sama Ani?" Aku menjawab dengan gugup."Apa itu?" Selidik ibu sambil menunjuk amplop coklat yang aku pegang."I-ini berkas lamaran untuk melamar kerja Bu? Maaf Dwi kedalam dulu mau mempersiapkan lamaran kerja buat besok" kenapa aku berbohong aku merutuki diri sambil memukul-mukul mulut sendiri.Buru-buru aku masuk ke kamar, menutup pintu setelah memastikan semuanya aman ku buka amplop itu, mataku membulat dengan sempurna saat menatap satu gepok uang seratus ribuan, masih baru dan terdapat segel resmi Bank Indonesia sebesar lima puluh juta!.Apa? ... Lima puluh juta? Aku bertanya pada diri sendiri, ya ampun kenapa sebany
Dwi memejamkan mata sebab yang dirasa dia bagaikan terbang melayang di udara, ternyata disamping mas Satrio pemuda yang tampan, penyayang juga romantis mas Satrio juga seperti Falentino Rosi, bagaikan sedang berlaga di gelanggang circuit motor Satrio meliuk-liuk kesana kemari, Dwi benar-benar nggak berani membuka matanya, justru semakin mempererat pelukannya takut terjatuh."Wi ... Sampai kapan kamu mau memeluk mas? Emang nggak takut ya dilihatin banyak orang"Dwi membuka mata sambil melihat ke sekeling, ternyata motor sudah berhenti di bawah pohon pelataran gedung lembaga pendidikan penerbangan."Loh ... Sudah sampai ya mas?""Udah ...."Lalu Dwi turun dari motor, mas Satrio melepaskan helem yang dipakai Dwi."Kamu kok pucat banget wi?" Ucap Satrio sambil memegang kening Dwi, kamu nggak pernah naik motor ya?."Bukan mas ... Tadi mas Satrio ngebut kaya terbang, sekarang perut Dwi jadi mual nich""Ya am