“Maaa, Mamaaa. Jangan pergiiii!” Suara teriakan Harry dari dalam kamar membuat lamunan Anna buyar. Buru-buru, ia mendatangi kamar pria itu. Terlihat bos nya itu masih dalam kondisi tidur, akan tetapi tampak gelisah. Sesekali kaki dan tangannya menyentak disertai rintihan, bahkan terisak. Anna bergegas menghampiri dan duduk di pinggir ranjang sejajar dengan bahu pria itu.“Pak! Pak Harry?” Anna menepuk-nepuk lengan berotot itu, tapi Harry masih terus mengigau.“Pak? Ayo, bangun!” Kali ini, Anna membangunkan sembari mengusap wajah Harry yang berkeringat dengan tissue. Lalu, menepuk bahu pria itu sedikit keras.Harry membuka matanya dengan kaget, kemudian menatap Anna tak berkedip.“Bapak mimpi buruk, ya?” tanya Anna dengan senyum lembutnya. Tanpa sadar tangannya pun mengusap rambut di pucuk kepala Harry yang lepek. Masih terasa rambut yang dipotong pendek itu kaku oleh pomade yang dipakai pria itu sejak kemarin pagi.“Mama …” Harry berucap pelan dengan mata yang tiba-tiba mengembun. “ …
“Pengacara Anna jadi datang kah ke kantormu siang tadi, Dan?” tanya Rahma ketika makan malam bersama di rumah putranya itu.“Jadi, Bu. Semua berkas yang diminta sudah aku serahin ke dia. Katanya langsung didaftarkan ke pengadilan,” jawab Danu sembari melirik Andara yang duduk di sebelahnya. Wanita itu makan dengan pelan sembari menunduk.“Padahal rasanya ibu berat melepas Anna sebagai menantu ibu,” keluh Rahma tanpa mengindahkan perasaan Andara. Ia memang tidak pernah menyukai wanita pilihan putranya itu, bahkan sejak dulu, ketika Danu masih pacaran dengan Andara sebelum menikah dengan Anna.“Bu, tolong jangan mulai lagi deh. Hubungan aku dengan Anna sudah berakhir, bahkan sejak setahun yang lalu. Jangan ngomong kayak gitu lagi. Sekarang, menantu Ibu adalah Andara. Selamanya, dia yang akan menjadi istriku.” Danu berusaha memberi pengertian pada ibunya sembari menahan emosinya.“Ya sudah! Ibu akan menerima Andara sepenuhnya, kalau kalian bisa memberi cucu dalam setahun ini. Jika tidak,
“Teganya kamu, Mas!” Anna menatap geram bercampur rasa sakit di hatinya untuk sang suami yang sedang duduk tenang di kursi sambil berpangku tangan di dada. Air mata pun mengalir deras di pipi wanita berparas cantik itu.“Tapi kamu puas 'kan dengan permainan dia?” Danu bertanya dengan senyum sinis di sudut bibirnya. Pria itu lalu menoleh pada lelaki bertubuh tinggi kekar yang sedang merapikan pakaiannya kembali. Laki-laki berambut sedikit gondrong yang sudah disewa Danu untuk tidur dengan istrinya.“Kamu boleh keluar sekarang. Ini uang bayaranmu.” Danu berdiri dari duduknya dan menyerahkan sebuah amplop yang isinya cukup tebal ke tangan pria itu.“Okey, and thank you,” jawab pria itu dengan tersenyum puas. Ia pun sempat mengedipkan sebelah matanya pada Anna yang masih terus menangis dengan tangan memegang erat selimut yang menutup tubuhnya di atas ranjang.Danu mengikuti laki-laki yang telah meniduri istrinya itu hingga ke pintu kamar hotel. Namun, sebelum keluar pria itu masih sempat
Dua jam sebelumnya....Suamiku[Kamu siap-siap, ya. Aku mau ngajak kamu makan malam.]Anna sampai lupa menutup mulutnya kala membaca sebuah pesan dari suaminya. Padahal, sudah dua hari lamanya Danu mendiamkannya gara-gara mulut Anna yang tidak terkontrol. Mengumpat suaminya itu dengan kata impoten dan loyo.Sembari menggigit bibir bawahnya menahan rasa senang di hati, Anna membalas pesan suaminya itu.[Mas udah nggak marah lagi sama aku?] Suamiku[Pakai baju yang seksi, jam tujuh aku udah nyampai di rumah.][Kita langsung jalan.]Balasan dari Danu malah tidak nyambung sama sekali dengan pertanyaannya.Anna menaikkan kedua alisnya ke atas, tapi kemudian bibirnya tersenyum lebar, “dasar, laki dingin gue.” Tepat pukul tujuh malam, Danu sudah tiba di depan pintu gerbang rumah kontrakan mereka. Pria itu langsung membunyikan klakson mobilnya. Anna yang sudah berdandan cantik langsung keluar dari rumah dan mengunci pintunya. Lalu, dengan anggun berjalan menuju mobil suaminya yang terparkir
Pria asing itu tersenyum melihat sosok wanita yang langsung membuatnya bergairah. Ia pun mulai menyentuh tubuh polos itu tanpa peduli dengan Danu yang sudah duduk manis di kursinya sambil memasang kamera ponselnya.Walaupun merasa sedikit asing dengan tangan yang menyentuhnya, tapi hasrat Anna yang sudah tak tertahankan, membuat wanita cantik itu tak ingin memikirkan apa-apa lagi, selain sentuhan dari seorang pria. Ia pun menggila. Suara teriakan kepuasannya melengking berkali-kali malam itu. Hal yang tidak pernah didapatkannya dari Danu selama mereka resmi menikah. Danu yang sedang merekam adegan panas istrinya sampai bergidik ngeri mendengarnya.“Nikmatinlah tubuh pria itu sepuas-sepuasnya, Anna, sebelum kamu menangis darah setelah ini,” desis Danu dingin. Adegan panas di depan matanya itu tak membuatnya tertarik sama sekali. Hanya rasa puas di hatinya setelah bisa membalaskan rasa sakit hatinya pada wanita yang telah merampas kebahagiaannya bersama Andara yang dicintainya hingga s
Anna tersenyum sinis melihat ponselnya yang langsung berbunyi setelah pesan untuk Danu terkirim.“Kamu jangan macam-macam, Anna! Video mesummu masih aku simpan, ya!”Anna menjauhkan sedikit ponselnya dari telinga begitu langsung mendengar bentakan Danu di seberang sana.“Kamu yang bikin masalah ini, Mas! Sekarang aku hamil! Mas yang harus tanggung jawab,” balas Anna tak kalah sengitnya.“Itu udah jelas bukan anakku! Pasti kamu sudah menjajakan dirimu ke laki-laki lain di luar sana! Dasar, perempuan jalang!”“Berhenti menyebutku seperti itu, Mas! Kamu kan tahu sendiri, aku masih perawan waktu tidur sama kamu dulu!”“Hah, sudahlah! Yang jelas tidak mungkin juga si Harry yang sudah hamilin kamu!”“Oh … jadi nama bajingan itu, Harry? Pokoknya, aku gak mau tahu, Mas! Kamu harus selesaikan masalah yang udah kamu buat ini. Aku gak peduli dengan semua ancaman kamu malam itu. Ayo, kita hancur sama-sama!”“Gugurkan saja bayi itu! Masalah selesai!”“Oh, No, no, no! Jangan kau bikin aku juga jadi
“STOP!” Anna langsung berdiri dari duduknya, lalu mengacungkan telunjuknya ke depan. Danu pun berhenti tepat di ujung telunjuk itu.“Mas mau KDRT? Ayo, pukul aku! Biar urusan ini bisa langsung ke kantor polisi setelah ini!” Anna menatap Danu tanpa rasa takut. “Mas pikir, aku belum antisipasi sebelum Mas datang ke sini? Nih, aku kasih tahu! Sekeliling rumah ini sudah aku pasang CCTV. Kamera pun sudah ada yang merekam ruangan ini. Ayo, pukul sekarang!”Danu yang telah mengangkat tangannya untuk menampar wanita cantik itu langsung tertahan di udara mendengar ucapan dari Anna. Ia pun mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tamu yang menyatu dengan ruangan tengah. Danu pun melihat ada beberapa titik kamera CCTV di pojok-pojok plafon rumah.“Aaagggrrr!!! Sialan kamu, Anna!” geram Danu dengan wajah merah padam. Gagal sudah rencananya untuk bisa menceraikan wanita yang dibencinya itu. Mau tidak mau, ia harus membuat rencana baru untuk menyingkirkan Anna.“Kamu menang kali ini, Anna! Aku a
Danu buru-buru bangkit dari duduknya, dan langsung menuju kamar mandi. Sekitar 10 menit, pria itu sudah keluar dari apartemennya. Setiba di lift, ia memencet nomor lantai yang berada tepat dibawah lantai apartemennya. Sudah sebulan, Danu ikut menyewa apartemen type studio di gedung yang sama dengan Andara.Setibanya di depan pintu apartemen yang ditempati kekasihnya dengan type yang sama dengannya itu, Danu langsung memencet bel. Tak menunggu lama, pintu apartemen itu pun terbuka dari dalam. Menampakkan wajah Andara dengan mata yang masih merah. Danu bisa menebak kalau wanita tercintanya itu baru saja menangis.“Sayang ….” Danu langsung maju dan meraih tubuh Andara ke dalam pelukannya. Sebelah kakinya pun mendorong pintu agar tertutup kembali. Pria tampan itu mencium kening dan mata Andara penuh kasih sayang. “Maafkan aku, ya? Sudah buat kamu menangis lagi hari ini. Padahal, aku udah janji akan membahagiakanmu kembali.”Andara tak menjawab, hanya isak tangisnya yang kembali terdengar.