*maaf tak sengaja double update sebelumnya, mohon maklum. 🙏Orientasi hidup itu adalah bisnis dan jika kau tidak melihat keuntungan dalam apa yang kau jalani maka sama sama saja dengan menjemput kerugian.Aku tidak bisa melihat keuntungan dalam rumah tangga dan hubunganku dengan Nabil. Jika aku bertahan, Sofia tidak akan pernah bersikap baik dan mau bekerja sama jadi aku akan makan hati dan lama-lama bisa bunuh diri. Hatiku yang terlalu mencintai Mas Nabil akan mudah dimanfaatkan untuk selalu cemburu dan terluka, jika sudah demikian, maka berat badanku akan turun dan rambutku mulai rontok karena depresi, jadi aku tidak akan membunuh diri sendiri dengan bertahan dalam kebodohan."Sudah berapa kali kau ucapkan kata cerai? Begitu seringnya kau mengatakan itu hingga jika wanita punya hak untuk menjatuhkan talak.. mungkin aku sudah menduda dua belas kali sehari."Lucu sekali, itu mengundang gelak tawa andai konteksnya hanya bercanda. Tapi aku sedang di mode serius."Aku serius, ayo kita b
Mendengar keluhan dan betapa menusuknya kalimatku barusan, mertua jadi bingung dan diam saja. Mereka menatap Sofia yang masih bertahan dengan tangisan palsu sementara aku hanya menghela napas. Andai Rihana ada di sini, dia pasti mengusir mereka karena emosi. Tapi untung dia di sekolahnya."Apa yang sudah dikatakan Sofia? Apa dia bilang kalau aku memukulnya? Apa kalian percaya begitu saja."Mertuaku menggeleng."... tapi wanita itu masih bertahan dengan tangisan palsunya, yang tidak kusangka, sikap kalian langsung percaya dan datang dengan emosi, membuktikan bahwa kalian belum sepenuhnya mengenali sifatku dan menyadari pengorbananku selama ini untuk keluarga. Hmm... aku bisa apa," desahku sambil pura pura bersedih.Melihat aku seakan membalikkan keadaan Sofia menjadi panik dan segera mengangkat kedua tangannya dan menggoyang-goyangkannya tanda ia menolak argumentasi tadi."Tidak Bu... Jangan percaya, dia menghinaku, menyebutku pelacur murahan, dia bilang aku rendahan, dia juga mengej
Ibu mertua menggeram mendengar jawabanku yang terkesan sangat melawan."Bukannya ibu sendiri yang mendoktrin dan mengajari kalau poligami itu indah. Kenapa Ibu tidak praktekkan teorinya?!" Aku harus bisa menjawab secara cerdas karena selama ini aku sudah terlalu makan hati. Kurang berpikir jernihnya diri ini membuatku kadang kehilangan kata-kata ketika berdebat dan menjawab sekedarnya saja. Tapi itu cukup sampai di sana... karena mulai sekarang aku harus punya jawaban menohok untuk semua perkataan yang tidak etis."Beraninya kau...!" Dia tentu saja merasa tertusuk dengan ucapanku."Kenapa Ibu memaksakan kehendak dan memaksaku untuk melakukan hal yang ibu sendiri tidak bisa lakukan. Kenapa kita tidak coba menjodohkan Ayah dengan seorang janda miskin agar anaknya bisa terselamatkan dan ibu pun bisa mendapatkan surga dengan jalur kesabaran dan keikhlasan seorang wanita.""Cukup!"Ibu mertua mengangkat tangannya setinggi wajahnya dengan wajah yang begitu emosi dan nafas yang memburu.
Seperti yang diduga percakapan kami tidak selesai pada kesimpulan yang diinginkan. Mertuaku akhirnya pulang membawa menantu baru mereka dengan tangan hampa, sementara suamiku ditinggal di sini untuk menemani diriku yang masih kalut.Untungnya ayah mertua sangat bijak mengendalikan keadaan sehingga hal itulah yang kini terjadi."Nabil temanilah istrimu hingga ia tenang dan membolehkan kau menemui Sofia. Sementara Sofia... Bersabarlah untuk beberapa hari, Ayah yakin kami akan menemukan solusi yang terbaik untuk kalian bertiga.""Tapi ayah...""Sofia... Ayah mohon, sayangnya ayah kepada iklima sama juga denganmu, tidak ada seorangpun yang ingin Ayah sakiti, jadi ayah mohon kerja samanya," ujar lelaki itu dengan susah payah. Setelah lima belas menit menenangkan diri akhirnya Ayah memberi isyarat kepada istrinya dan Sofia untuk membawanya pergi. Sejujurnya aku agak khawatir dengan kondisi Ayah yang seperti itu, aku takut dia akan kumat penyakitnya dan dibawa ke UGD. Aku tidak ingin kar
Hari ini aku tidak menyiapkan makanan sama sekali. Sejak mertua dan Sofia datang ke rumah dan membuat kericuhan aku terus berdiam diri di dalam kamar tanpa mau keluar sedikitpun.Mas Nabil yang tidak kemana-mana hingga siang hari ini mengambil alih tugasku dengan membersihkan rumah, menjemput anak-anak dan menyiapkan makanan. Aku dengar dari balik pintu kamarku kalau kedua putriku terdengar bahagia bertemu lagi dengan ayah mereka dan menghabiskan waktu bersama, sayang, sekali mereka tidak menyadari prahara apa yang telah terjadi di dalam rumah ini. Ada gelombang badai yang perlahan-lahan datang dan siap menghantam kapan saja."Apa ayah tidak akan pergi lagi? aku senang Ayah di rumah," ucap Arumi."Iya Ayah tidak akan pergi lama-lama, paling Hanya bekerja dan tugas saja.""Jangan lagi pergi berminggu-minggu dan tidak pulang," ucap Novia."Iya, insya Allah, ayah janji.""Kasihan Bunda yang terus menangis. Novia mohon ayah, jangan bertengkar lagi, kami jadi takut.""Iya anakku sayang, ay
Dari petang hingga sore menjelang, aku sama sekali tidak keluar dari kamar, aku sudah bilang pada Rihanna kalau, aku butuh waktu sendiri untuk berpikir dan merasa nyaman, dan dia menyetujuinya. Aku meminta dia untuk mengambil alih anak-anak yang melihat keadaan rumah.Yang sebenarnya terjadi di kamar, aku sedang melancarkan seranganku secara mental kepada nabil. Aku masih betah dengan pakaianku yang seksi, sementara lelaki itu yang duduk di depan TV khusus kamar kami hanya terdiam. Sehabis salat isya dia bahkan tidak berani keluar dari kamar, Mungkin ia khawatir aku akan melakukan perbuatan yang nekat misalnya PC dengan lawan jenis atau apa.Tiap kali ia menoleh ke belakang untuk menatap diriku yang duduk di sofa pijat, lelaki itu hanya menghembuskan nafasnya dan menggeleng perlahan. Entah apa yang ia pikirkan, tapi sepertinya dia tidak akan punya bahan lagi untuk beradu argumen denganku. Layar TV memainkan drama tapi aku tahu persis Kalau Mas Nabil tidak memperhatikan itu. Sejak k
Suamiku bangun pagi-pagi tanpa menyadari apapun, usai mandi dan sarapan dia langsung pamit berangkat kerja tanpa ada gelagat aneh atau masalah apapun.Sepertinya ia belum memeriksa ponsel dan menyadari sesuatu, aku yakin Sofia pasti mengadu padanya tentang apa yang aku lakukan malam tadi.*Siang pukul 12.Entah kenapa mas Nabil pulang lebih cepat, tumben ya langsung kembali ke sini tanpa mampir ke rumah Sofia terlebih dahulu. Kusambut iya di depan pintu dengan senyum lebar sementara lelaki itu terlihat tidak senang dan menghembuskan nafasnya dengan kasar."Ada apa?""Sebenarnya kenapa kau harus mengirimkan foto kebersamaan kita pada Sofia. Apa untungnya?""Untuk memperlihatkan kalau aku dan kamu baik-baik saja.""Apa harus lewat foto?""Tidak, aku hanya iseng.""Keisengan itu membuat Sofia menangis dan bersedih. Katanya, kau tidak harus selalu mengingatkan bahwa aku adalah milikmu.""Tentu saja dia harus selalu mengingatnya, Mas, itu harus.""Kesannya kamu dan dia memperebutkan dirik
Aku memang sudah menunggu Sofia mengadu kepada nenek sehingga aku bisa bertemu dengan wanita itu dan bicara berdua saja tanpa ikut campurnya mulut orang lain.Aku memang sengaja melakukan hal-hal semalam agar aku bisa memprotes secara langsung dan memberi nenek sebuah pengertian sekaligus pelajaran.Kurapikan jilbabku di depan kaca lalu kuraih tas dan kunci motorku."Mau kemana?" Tanya Rihanna yang duduk di depan TV sambil membaca."Aku ke rumah mertuaku.""Untuk apa pergi ke sarang ular?""Ada yang harus dibicarakan.""Mereka hanya akan menghina dan menyudutkanmu Mbak, percuma menyerahkan nyawa sendiri.""Aku pesan penasaran apa yang akan mereka katakan.""Baiklah. Hati hati.""Daaah, jaga anak anak.""Siap."*Kini aku sudah berdiri di depan rumah dengan tumbuhan bunga bugenvil yang mendominasi gerbang dan merambat sampai ke atas. Indah dan terkesan seperti rumah-rumah di musim panas yang ada di luar negeri. Aku segera masuk dan menemui nenek mertua, kebetulan ibu dan ayah Suamik