Share

3. Bukan Kesepakatan

“Masnya mau di bawa kemana, Tuan muda?" tanya Queen ragu-ragu. Ia takut jika saja lelaki yang belum ia tahu namanya ini berniat berbuat hal lebih parah dari ini. Queen takut terlibat.

“Jangan khawatir, saya tidak sejahat itu!" Di sela kesusahan memampah Biyan, lelaki itu menoleh. Jawabannya seakan paham akan kekhawatiran yang Queen rasakan.

Mendengar itu Queen bisa bernapas lega. Ia kembali fokus memampah laki-laki itu. Tubuhnya terlihat ramping dan tak berisi tapi beratnya bisa seluar biasa ini. Ia kewalahan, untung saja tuan muda di sebelah kanan itu memiliki tubuh lebih kekar  sehingga mereka bisa memiliki kekuatan untuk memampahnya.

Queen menyerngit saat Tuan muda malah membawa lelaki itu duduk di sofa yang ada di lobby. Belum sempat Queen berdiri dan kembali. Lelaki itu sudah kembali berkata.

“Tunggu disini!" 

Queen yang mengira tugasnya selesai sampai disini harus menghembuskan napas kasar lagi.

Lelaki yang disebutnya Tuan muda itu berjalan ke arah resepsionis. Sedangkan dari arah sofa Queen tak menghiraukan apa yang akan dilakukannya, dia lebih memilih memerhatikan pemuda yang tengah tak sadarkan diri di sampingnya. Ia merasa iba melihat wajah tak bersalah itu. 

“Maafin saya!" lirih Queen. 

Matanya sama sekali tak beralih dari sosok yang tak kalah tampannya dengan lelaki yang memberikannya tugas itu. 

“Saya gak tahu apa yang terjadi di antara kalian, saya terpaksa melakukan ini untuk biaya ibu saya!" lirih Queen lagi.

“Hey, ayo bantu saya!" 

Queen yang tengah bermonolog dalam hati sambil menatap pemuda itu pun langsung menoleh saat lelaki yang satu itu sudah kembali dari meja resepsionis.

“Mau di bawa kemana lagi?" 

“Ke kamar!"

Queen yang sama sekali tak menaruh curiga pun kembali membantu meski di tengah lelah yang mendera. Mereka melangkah menuju lift. 

“Butuh bantuan?" Dari arah meja resepsionis  menawarkan bantuan. “Kalau butuh biar saya panggilkan bellboy"

“Gak usah, saya bisa sendiri!"

Queen yang sudah senang karena tawaran resepsionis  harus menelan kecewa saat lelaki itu malah menolak. Membuat Queen kesal dan menggerutu dalam hati.

“Bisa sendiri apaan! Ini kita berdua loh!"  Queen mendongkol tidak suka.

Selang beberapa menit akhirnya mereka sampai di sebuah kamar yang ada di lantai 3. Queen lagi-lagi tercengang melihat kemewahan kamar itu.

Begitu selesai membaringkan lelaki tak berdaya itu, mata Queen beralih menatap laki-laki pemilik rencana ini. Ia terlihat menatap ke arah tempat tidur. Senyum smirk yang terulas membuat Queen mengerutkan kening, lelaki itu seperti tengah menemukan ide brilian sampai menjentikkan jari.

“Kamu baring di sampingnya!"

“Hah?" Queen melongo tak mengerti dengan wajah bingung.

“Iya, kamu!" 

“Kamu baring di sampingnya!" 

Queen menggeleng, tangannya menyilang di depan dada. Refleks melindungi tubuh saat pikirannya membayangkan hal yang tidak-tidak.

“Ah, nggak! Buat apa baring bareng dia!?"

“Saya nggak mau!" Queen menolak dengan gelengan tegas. 

“Ini di luar kesepakatan!" Tambah Queen menolak. “Tugas saya cuma naruh obat tidur, bukan?" ujar Queen.

Membuat lelaki itu berdecak kesal. “Tinggal baring aja, nggak ngapa-ngapain!"

“Nggak mungkin nggak ngapa-ngapain, kamu pasti punya niat jahat kan!?" sergah Queen yang tak lagi bicara dengan nada penuh hormat. Sungguh ia dibuat kesal, lebih tepatnya ia takut terseret lebih jauh jika terjadi sesuatu.

“Ck, gak ngapa-ngapain, cuma buat foto!"

Laki-laki itu menatap dengan sorot memohon persetujuan.

“Nanti bayaran kamu saya tambah 2 kali lipat!" 

“Sekali ini aja! Cuma tidur, setelah itu saya foto dan kamu bisa dapat uang berjumlah besar!"

Melihat Queen yang masih saja menampakkan wajah ditekuk penuh selidik membuat laki-laki tersebut menghela napas kasar sambil berdecak. Sulit mwmbujuk gadis yang diliputi kecurigaan dan cemas itu.

“Fotonya gak akan saya sebar, cuma buat ancam dia aja!"

“Kenapa diancam?" Sergah Queen nyalang.

“Dia punya masalah sama saya, ini satu-satunya cara biar dia tunduk sama saya!"

“Masalah apa?" 

Huhh. Laki-laki itu kembali mendesah kesal sambil meremas rambut frustasi. Misinya selangkah lagi akan berhasil, tapi wanita ini begitu sulit dibujuk.

“Bukan ranah kamu buat tahu!"

“Saya berhak tahu karena kamu mau pakai foto saya!" Queen masih mencoba mencari tahu.

“Ck, mau uang atau nggak?" 

“Kapan lagi dapat uang sebanyak ini?" 

Laki-laki itu tersenyum miring melihat betapa mudahnya kalangan bawah bungkam jika sudah menyangkut masalah uang.

“Mau gak?" tanya lelaki itu sekali lagi.

Membuat Queen menelan ludah kasar, kesal karena jiwa miskinnya terlalu mudah goyah jika menyangkut uang. Keadaan Ibuk di kampung membuat ia bimbang, misi utamanya merantau memanglah untuk biaya kesembuhan ibuk. Mendapatkan tawaran menarik seperti ini bagai mendapat jackpot, sangat menggiurkan tapi ia takut dan hatinya seakan menolak untuk itu. 

“Heh, mau atau tidak? Jangan kelamaan!" 

“Sa-saya...”

To be continued...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status