Share

8. Bukan Editan

Sam sudah mengerahkan orang-orang kepercayaan keluarga Utama untuk segera menemui media mana saja yang sudah menyebarkan berita tersebut dan akan meminta mereka untuk menghapusnya sebelum 1×24 jam jika tidak ingin instansi mereka hancur.

Kekuatan orang berduit memang bukan kaleng-kaleng. Mereka bisa melakukan apa saja, uang berbicara dan uang bisa menaklukkan segala. Seperti banyak kasus yang terjadi.

“Tolong periksa foto ini, kalau terbukti editan sertakan dengan detail buktinya!" ucap Sam menyerahkan foto tersebut pada ahli IT.

“Siap, Pak! Secepatnya akan kami selesaikan!"

Sam mengangguk lalu segera pegi untuk menyelesaikan tugas berikutnya. Yaitu mencari dalang penyebar berita tersebut. Dimana, menurut media yang pertama memuat. Berita itu pertama kali disebarkan oleh sebuah akun di beberapa media online. Lalu menggunakan e-mail tak dikenal dikirim ke media tersebut. Sehingga tersebar seperti ini.

Ya, yang namanya media. Mendapat berita menarik apa saja sudah pasti akan langsung disebar. Karena itu memang pekerjaannya.

Semua sudah dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Namun, sayang seribu sayang. Meski sudah mengerahkan kemampuan dan kekuasaan sekuat tenaga. Informasi sudah beredar dengan cepat. Bahkan ada yang sudah dimuat di televisi, disiarkan di beberapa berita jika cucu dan anak orang ternama dalam negeri tengah memiliki skandal besar yang menggemparkan. Merusak citra keluarga, bahkan nama baik perusahaan.

“Foto Biyan Xavier, putra bungsu Dirut (Direktur Utama) Tiger's Group, cucu dari mantan Ketum (Ketua umum) Partai Xxx sekaligus cucu dari pendiri Tiger's Group, dan Candra Persada, tersebar di dunia maya!”

“Menggemparkan jagad maya, Nama besar pemilik kedua perusahaan langsung ramai diperbincangkan."

“Banyak isu yang beredar miring hingga menyudutkan putra ..."

Tut.

Ferdi, langsung mematikan tv, kesal melihat news anchor membacakan berita. Selain itu Ferdiansyah Chandrawinata yang merupakan saudara sulung dari Ibu jessica, Mommy Biyan. Pria paruh baya itu hanya tidak ingin pikiran adik iparnya makin kacau.

Sejak berita itu dimuat di tv, Alfin terlihat menghembuskan napas kasar sambil memijat pangkal hidung.

Ada beberapa laki-laki yang terlihat memenuhi ruang keluarga tersebut. Mulai dari Opa Surya, Alfin, Ferdy, dan Shakeel yang merupakan anak Ferdy, sepupu dari Biyan itu juga ada disana. Bahkan seorang pria berkursu roda juga ada disana, Ia adalah menantu pak Alfin, Kakak ipar Biyan.

Semua berkumpul setelah mendengar kondisi Nyonya Jessica drop. Para wanita tengah di kamar melihat kondisi Jessica. Sementara Biyan sendiri entah dimana keberadaannya. Ia sama sekali tak terlihat sejak keluarganya banyak yang datang.

“Beritanya sudah masuk tv, sulit menghentikan wartawan. Sudah pasti setelah ini mereka akan banyak berdatangan!" ucap Opa Surya.

Ferdy mengangguk menyetujui, “Solusi terakhirnya memang harus segera mengadakan klarifikasi untuk membungkam isu negatif yang mungkin sudah banyak tersebar!"

Hmmmmnt. Semua terengar menghembuskan napas berat. Resiko menjadi orang besar. Apapun yang dilakukan selalu menjadi sorotan dan menerima banyak perhatian. Sudah hampir sekelas selebriti, baik buruknya selalu punya sisi tersendiri. Bahkan tak jarang berita seperti ini berpengaruh besar bagi bisnis.

Shakeel dan Virendra manggut-manggut mendengar perbincangan diantara para orang tua itu.

“Entah solusi apa yang harus dipakai kalau sudah begini!" lirih Opa Surya geleng kepala.

Tadinya ia sempat tenang karena mengira semua tak akan menyebar secepat ini. Sehingga sempat berpikir jika foto yang tersebar itu adalah editan, maka dengan mudah mereka akan mencari dalangnya dan memberi pelajaran. Sehingga pihak keluarga hanya tinggal membereskan semua dan mengembalikan nama baik Biyan yang sudah tercemar.

“Mohon maaf sebelumnya. kalau boleh, Aku ingin mengajukan saran juga Om, Opa!" ujar lelaki yang duduk di kursi roda seraya mengacungkan tangan.

“Tentu saja, nak! Kamu juga bagian dari keluarga, berhak memberi solusi." Dengan senang hati Opa Surya menyambut niat baik Virendra.

“Iya Vir, katakan saja usulannya! Di sini kita berkumpul untuk menyatukan kepala agar sesegera mungkin menemukan solusi!" sahut Ferdy menyetujui.

Virendra tersenyum, senang merasa dihargai oleh keluarga istrinya.

“Ada baiknya kita tidak hanya fokus mencari penyebar dan membuktikan apakah foto itu benar atau tidak. Kunci utama masalah ini juga jelas ada pada gadis yang ada di dalam foto itu!"

Jleb...

Saran dari Vir benar-benar seperti angin segar. Para pemilik kepala yang biasanya selalu encer dan mampu menciptakan sebuah ide dan hal-hal fantastis itu sempat mati suri karena masalah tersebut seketika menemukan celah. Ide yang Virendra berikan sangatlah membantu.

“Benar sekali, kalau kita bisa menemukan gadis itu. Kita bisa langsung menanyakan apa yang sebenarnya terjadi!" sahut Opa Surya manggut-manggut.

“Kalau memang kita berhasil menemukan gadis itu, besar kemungkinan foto tersebut bukan editan!" sahut Shakeel menengahi. Ia yang juga pusing memikirkan masalah adik sepupunya itu pun turut mengalami kelambatan dalam berpikir, masalah ini sangat berat

Shakeel tahu betul bagaimana adik sepupunya, Biyan. Anak itu tak pernah dekat dengan wanita, kalaupun dekat dia tak mungkin berani bertindak sejauh itu. Apa yang terjadi membuat otaknya blank. Namun, ide Vir membuatnya kembali berjalan dengan normal.

“Setidaknya kita bisa menemukan gadis itu dulu, agar bisa memecahkan kunci masalah ini.”

“Kalaupun editan, pasti orang yang mengedit punya tujuan sampai mengedit foto Biyan seperti itu, dan apa tujuannya!"

“Sedangkan jika bukan editan, kita juga tetap harus mengetahui semua dari versi berbeda. Bisa saja Biyan mabuk dan tidak sadar memaksa atau bahkan bisa juga mereka sama-sama mau. Jadi, ada dua kemungkinan!" jelas Virendra panjang lebar.

Tanpa tahu, jika gadis yang ada di foto tersebut merupakan salah satu pelayan di restoran hotel miliknya.

Pak Alfin yang tadinya murung dan pusing seketika tersenyum samar. Dengan bangga ia menepuk punggung sang menantu yang belum juga pulih dari kelumpuhan sementara yang disebabkan oleh kecelakaan saat hendak menyelamatkan Aileen, anaknya yang saat itu diculik.

Sejak insiden itu bahkan mampu mengembalikan kepercayaan Alfin pada Virendra yang awalnya sempat rusak. Namun hubungan mereka kembali membaik setelahnya.

“Makaasih, Vir! Saranmu benar-benar luar biasa! Kami semua merasa sangat terbantu!"

Semua turut mengangguk mendengar ucapan Daddy Alfin.

“Kalau begitu, biar Aku saja yang menangani hal ini!" seru Shakeel mengajukan diri.

Semua mengangguk setuju, setelah itu pemuda itu pun segera pergi. Ia juga akan mengerahkan kekuasaannya untuk mencari keberadaan gadis tersebut.

Drggggt, drgggt...

Dering telepon membuat semua menoleh, mengecek ponsel siapa yang beedering.

Terlihat Pak Alfin meraih ponselnya yang tergeletak di meja. Nama Sam tertera disana. Ia lalu mengangkatnya.

“Ya, Sam?"

“Apa sudah ada informasi?" tanyanya dengan posisi duduk melipat salah satu kaki yang bertumpu di atas lutut sebelah kanan.

“Roy bilang kalau foto itu bukan editan. Itu asli yang kebetulan baru diambil semalam!"

“Apa?" Daddy Al sempat kaget, tapi segera menghembuskan napas setelahnya. Info dari Sam memang membuat hatinya sebagai seorang Ayah seperti teriris. Sedih mendengar kenyataan, juga masih tak menyangka jika anak yang disayang dan dipercaya berani bertindak seperti itu tanpa memikirkan dampak dan akibat.

Mau dikata apalagi, nasi sudah jadi bubur. Foto itu sudah terbukti bukan editan. Seperti kata sang menantu, kini mereka hanya tinggal mencari solusi dan secepatnya memulihkan nama baik keluarga juga perusahaan yang tercoreng.

“Apa kata Sam?" sergah Opa setelah Pak Alfin memutus panggilan.

“Foto itu bukan editan!"

Semua terlihat memejamkan mata tak percaya.

“Kita harus secepatnya melakukan klarifikasi, setidaknya bikin opini yang tidak menyudutkan Biyan, juga tidak merusak nama baik keluarga !" pungkas Opa dengan nada sedikit kecewa. Tapi, mau dikata apa. Ia mencoba memaklumi, namanya juga anak muda.

....

Waktu Dzuhur sudah tiba, setelah melaksanakan kewajiban pada sang pencipta. Sambil menunggu waktu makan siang, beberapa anggota keluarga terlihat menyempatkan diri melihat kondisi Mommy Jessica yang belum pulih.

Sedangkan Biyan, pemuda itu terlihat tengah duduk di taman belakang. Berkali-kali ia menghembuskan napas kasar sambil memukul meja. Ditemani Aileen, Biyan menceritakan semua pada sang Kakak.

“Aku berani sumpah, Kak. Demi Allah aku gak melakukan hal itu." Dengan tegas Biyan berusaha meyakinkan.

“Kamu gak percaya sama aku, kak?" tanya Biyan saat melihat Aileen hanya bergeming.

“Selama jadi adikmu, apa aku pernah dekat cewek sampai seperti itu!"

"Ada!"

ucapan Aileen membuat mulut Biyan yang hendak bicara terpause, matanya melotot mendengar ucapaan sang Kakak. Seolah mengisyaratkan tanya, kapan?

“Kamu lupa waktu yang di Rumah Sakit?" Aileen menelisik. Ibu Bayi dua bulan itu nampak menyebalkan di mata Biyan.

“Itu Becca, Kak! lupa sama Becca?" Biyan mengingatkan jika gadis yang bersama Biyan saat tak sengaja menabrak kakakknya yang lari karena melihat suaminya bersama wanita lain setahun yang lalu itu adalah kekasih Biyan.

Becca merupakan pacar pertama Biyan, teman kecilnya itu memang lama tinggal di luar negeri. Wajar jika sang Kakak tak mengenali.

“Becca anaknya Pak Raharja? Adiknya Eky?" seru Aileen.

Biyan mengangguk, tak bisa menjelaskan hal lain tentang hubungannya dengan Becca disaat seperti ini. Biyan hanya ingin mengatakan jika gadis yang Aileen maksud dekat dengannya waktu itu hanyalah teman masa kecilnya. Anak dari kerabat Daddy.

Obrolan keduanya harus terpotong saat Virendra datang. Pria berkursi roda itu diantar salah satu pelayan.

“Halo Bi!" Virendra menyapa adik iparnya. Sedangkan pelayan yang mengantarnya tadi langsung berbalik pergi.

Biyan tak menyahut. Ia hanya menunduk, malu karena apa yang terjadi. Membuat Virendra menepuk bahunya menyalurkan kekuatan.

“Sabar!"

“Daddy dan semua sedang berusah menemukan gadis itu!"

“Buat apa, bang?" sergah Biyan penasaran.

To be continued...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status