Share

DITOLAK OM-OM
DITOLAK OM-OM
Penulis: Lyra Vega

Bermula Dari Kutukan

"Kok, Om gak mau sentuh aku? Kita kan udah nikah." Aku menoel punggung lelaki yang terbaring di sampingku.

"Kecil-kecil me*um."

"Tua-tua gak normal."

"Geli aja kalau ingat waktu kamu masih ingusan dulu."

"Itu, kan, waktu aku masih umur 10 tahun."

"Pokoknya masih kebayang sampai sekarang."

Om Bas bergidik merinding lalu bebaring memunggungiku. Pilih peluk guling daripada aku--gadis yang sudah dinikahinya sebulan lalu. Istri yang masih berstatus perawan ting-ting, bukan permen bukan biskuit. Aku bisa maklum kalau Om Bas memiliki kelemahan tertentu. Masalahnya, alasan dia gak banget.

Masa iya gara-gara teringat caraku ngelap ingus dulu. Pakai punggung tangan hingga terseret ke pipi. Kadang ada gelembung keluar dari salah satu lubang hidung. Bukankah itu lucu dan menggemaskan?

"Terus kalau gak mau pegang, kenapa Om mau nikah sama aku?" Aku tahu lelaki jangkung itu hanya pura-pura merem.

"Ini semua gara-gara kutukan gak masuk akalmu itu."

==

"Mau jadi apa kamu, Sisy? Disuruh kuliah gak mau, kerja maunya yang enak dapet gaji gede. Bangun dari mimpimu! Ya Allah, punya anak perawan begini amat. Kepingin ibuk masukin ke perut lagi rasanya."

Posisi wenakku terganggu omelan Ibuk. Bikin telinga pengang tiap hari dengerin lagu yang itu-itu melulu.

Aku gak mau kuliah karena males mikir. Toh pemerintah cuma mewajibkan belajar 9 tahun. Lah ini sudah kulebihkan 3 tahun, jadi totalnya genap 12 tahun. Kurang baik apa coba?

Soal kerja enak gaji gede, ya wajarlah. Mana ada orang bermimpi dapat kerjaan susah gaji dikit. Namanya juga mimpi, kan bebas.

"Sudah, Mbak. Mending cepet-cepet kawinin aja, daripada nyusahin." Om Jatmiko yang kemarin sore baru datang dari Surabaya ikut nyeletuk.

Adik bungsu Ibuk ini memang begitu hobinya, suka menyerobot. Jangankan serobot omongan orang, punya bini aja hasil main serobot pacar teman. Gak ada akhlak memang.

"Boleh juga Om, idenya. Tinggal rebahan doang, udah ada yang cariin nafkah. Mau, mau, mau!"

Selain punya mimpi kerja enak bergaji gede, aku juga pernah bercita-cita menikah muda dengan CEO. Kedengaran ngelunjak, ya! Kan sudah kubilang kalau mimpi jangan tanggung-tanggung.

"Memangnya kamu ada kenalan, Jat? Duda tua juga gak papa, yang penting kaya. Dengan begitu bebanku berkurang, tensi darahku bisa kembali normal."

Luar biasa wanita berdaster kedodoran itu. Seolah lupa kalau ucapan seorang ibu bisa jadi doa.

"Ya gak duda tua juga kali, Buk!" Protesku, yang lain ketawa ngakak. Termasuk Bapak yang lagi mandiin burungnya di teras. Burung love bird, Pemirsa! Awas otaknya travelling.

"Kebetulan banget ini, Mbak. Aku punya teman yang kasihan sekali hidupnya. Umur cukup, kerjaan mapan, tapi apes masalah jodoh. Katanya gara-gara kutukan," terang Om Jatmiko.

"Kutukan!" Aku dan ibuk kompak mengernyit.

"Kutukan!" Bapak telat menyahut.

"Iya. Gara-gara dulu pernah nolak cinta seseorang. Gadis yang gak terima cintanya ditolak, berteriak lantang sumpahin temanku jadi perjaka tua. Sumpah wanita tersakiti ternyata manjur dan ngeri."

"Ya, sudah. Bawa saja temanmu itu ke mari, Jat. Kasihan kalau sampai jadi bujang karatan." Bapak berucap santai, sesantai ibuk yang gak merasa berdosa kasih dua jempol pertanda setuju karena sebentar lagi beban hidupnya akan segera berkurang.

Dua Minggu kemudian, teman Om Jatmiko datang beneran. Dia gak sendirian, ditemani dua malaikat pencatat amal baik dan buruk. Eh, Astaghfirullah! Maksudku ditemani kedua orang tuanya.

Setelah bertatap muka dari jarak yang benar-benar dekat, sumpah! Aku kaget setengah hidup. Begitupun dengan dia yang sepertinya juga terpesona denganku. Kelihatan dari mulutnya yang ternganga, sampai-sampai ditutup paksa emaknya gara-gara hampir dimasuki dua lalat nakal.

Aku kaget bukan karena takjub akan ketampanan pria yang akan dijodohkan denganku itu. Namun, sosoknya mengingatkanku pada cinta pertama waktu masih kelas 5 SD dulu.

"Ini Om Baskara, kan!"

Tentu saja aku masih mengingat wajahnya, orang masih awet ganteng seperti 10 tahun lalu. Pria hensem yang sering diajak Om Jatmiko menginap di rumah eyang tiap akhir pekan. Rumah yang bersebelahan memudahkanku curi-curi pandang. Kadang sok-sokan main loncat tali karet atau bola bekel di teras rumah eyang demi mencuri perhatian. Ya, pernah segabut itu.

"Kamu mengenal saya?" Yaelah tanya balik.

Semudah itu dirimu melupakanku, Kisanak?

Setelah apa yang kamu lakukan padaku dulu. Dengan entengnya menertawakan surat cinta yang kurangkai sehari semalam. Kusematkan nama Sisy dan Baskara di ujung gambar panah dan simbol hati. Berharap cintaku dan cintamu menyatu seperti tusukan sate dan potongan ayam dadu. Namun tanpa perikemanusiaan, kamu menolakku mentah-mentah.

"Ngelap ingus aja masih belepotan, sok-sokan main surat cinta. Cuci tangan, cuci kaki terus bobo sana! Om gak tertarik pacaran sama bocah."

Itulah kalimat penolakan paling menyakitkan sepanjang sejarah. Sebagai bocah, aku merasa sangat tersolimi. Tega-teganya dia mengabaikan ketulusan cintaku.

Atas nama sakit hati, aku bersumpah ....

"Om jahat! Sisy sumpahin Om gak bakalan nikah sampai tua kecuali sama Sisy!" teriakku waktu itu.

Tiba-tiba kilat menyambar, diikuti gelegar petir menakutkan seakan merestui ucapan sumpahku. Lantas ....

Jreng jreng ... sakti juga kutukan bocah kecil yang tersakiti. Seampuh kutukan emaknya Malin Kundang. Bedanya, si Malin jadi batu, kalau Om Baskara bakalan jadi calon suamiku.

"Om Bas udah lupa sama aku? Aku Sisy. Masa gak inget?"

Seisi ruang tamu saling pandang dan angkat bahu, bingung dan gak tahu.

"Sisy! Sisy ingus?" Lelaki berkulit sawo matang itu memicingkan mata mengingat-ingat sesuatu.

Amsyooong! Kenapa malah ingusnya yang diingat?

"Iya!" jawabku ketus.

"Serius?"

Yaelah, masih gak percaya.

"Iya."

Om Bas menepuk-nepuk jidat kelihatan frustasi. Pasti kaget dan nyesel bocah yang dulu diolok-olok sekarang sudah dewasa dan secantik bidadari. Yah, sebelas lima belas lah sama Natasha Wilona. Fix, no debat!

"Ma, Pa ... ini bocah yang Bas maksud. Bocah yang kasih kutukan laknat sampai Bas gak laku-laku." Jiah, setua itu masih doyan ngadu. Lagipula, siapa suruh nolak cintaku? Sukurin kena kutukan.

"Kamu yakin, Bas? Tapi menurut Mama, Sisy ini cantik dan baik, loh, Bas." Asyeeek, ada yang belain. Kibas rambut, ah!

"Sudahlah, Bas. Teruskan saja lamaran ini. Mungkin Tuhan memang sengaja menangguhkan jodoh kamu karena maksud tertentu, yakni menunggu sampai Sisy dewasa," imbuh sang Papa.

Om Bas terlihat pucat dan pasrah. Ciyeee ... ada yang terima nasib.

Sebulan kemudian, terjadilah pernikahan itu.

==

"Tidur! Ngapain bengong?"

Jiah! Apaan? Pura-pura tutup kepala pakai bantal, ujung-ujungnya ngintip juga. Muna banget jadi lelaki, masa iya gak doyan yang gurih-gurih gini. Berasa murahan banget aku nunggu moment yang kebanyakan orang bilang indah, yaitu malam pertama.

Bukan, ini malam ke-30 aku dianggurin. Jangan-jangan Om Bas penganut paham belok. Harus dibuktikan!

Mumpung dia masih ngintip, aku sengaja melepas tali baju tidur model kimono yang melilit pinggang. Sontak Om Bas melotot.

"Eh! Kamu mau ngapain?"

Lanjut gak? Lanjut gak?

Bersambung

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Jusnah Tohar
ketemu disini... ngakak abis .........️
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Akhirnya aku menemukanmu di sini om Bas
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Hahahaha lucu bgt masa lalu Sisy...anakku kls 4 SD aja kelakuannya ga kaya Sisy ya jelas lah om Bas keinget trs
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status