Apa yang akan Clara lakukan kepada Kanaya?
POV RAKA 🏵️🏵️🏵️ Aku tidak pernah menyangka kalau Clara berani berbuatsenekat itu. Aku pikir selama ini, ia hanya sekadar menggertak Kanaya hinggabeberapa kali mengirimkan pesan ancaman kepadanya. Ia seolah-olah lupa kalaudirinya dan Kanaya pernah menjadi sahabat, bahkan tetangga. Aku tidak tahu bagaimana caranya memberikan pengertiankepada Clara tentang ambisinya yang ingin memilikiku. Sejak awal kami kenal,aku tidak pernah memiliki rasa yang berbeda terhadap dirinya. Bagiku, ia tetapteman biasa. Aku akui kalau orang tuanya salah satu pemilik sahamdi perusahaan kami, tetapi bukan berarti aku dan dirinya harus memiliki ikatanistimewa. Aku hanya mencintai Kanaya hingga aku rela menunggunya kurang lebihdua tahun agar ia mengakhiri hubungan dengan mantan kekasihnya. Mungkin Kanaya pasti pernah kecewa ketika aku tidakbersikap tegas terhadap Clara. Aku belum mengatakan kebenaran kalau Papaberutang budi kepada orang tua Clara. Usaha Papa pernah dalam masalah beberapatahun yang lalu. B
🏵️🏵️🏵️ Aku sangat bersyukur karena Mas Raka berhasil menyelamatkan diriku dari keegoisan Clara, tetapi wanita itu sepertinya belum ada niat untuk berhenti mengusikku. Setelah tiba di rumah, ia kembali mengirimkan pesan berupa ancaman. Terus terang, aku masih terpukul dengan apa yang ia lakukan sebelumnya. Ia tidak hanya ingin menjauhkan aku dengan Mas Raka, tetapi juga melakukan kekerasan fisik terhadapku. Beberapa kali, ia mendaratkan tamparan di pipiku, bahkan ia juga menjambak rambutku. Aku tidak mengerti kenapa rasa kemanusiaan dalam dirinya seolah-olah telah sirna hanya karena tidak mampu bersatu dengan Mas Raka. Ia selalu menganggapku sebagai penyebab dirinya tidak mendapatkan balasan cinta dari Mas Raka. Aku tidak tahu harus bagaimana memberikan penjelasan kepadanya kalau aku tidak pernah merebut miliknya. Mas Raka beberapa kali mengaku kepadanya kalau ia tidak memiliki perasaan lebih terhadap Clara. Ia hanya mencintaiku. “Kamu kenapa, Sayang?” Aku menghampiri Mas Raka y
🏵️🏵️🏵️ Aku terkejut merasakan gerakan anak dalam perutku. Ini untuk pertama kalinya terasa sangat kuat. Aku terharu dengan anugerah Yang Kuasa. Ternyata seperti ini rasanya menjadi calon ibu. Tanpa diminta, air mataku jatuh membasahi pipi. Jika mengingat perjalanan hidupku sejak mengenal yang namanya cinta, aku tidak menyangka akhirnya berada di titik ini sekarang. Aku mengandung anak dari laki-laki yang perkenalan kami sangat singkat hingga berhasil duduk di pelaminan. Anugerah datang bertubi-tubi menghampiriku. Mulai dari memiliki keluarga baru yang menerima kehadiranku dengan ikhlas. Terus, sebelum mengandung, keponakan Raka menganggapku sebagai mamanya. Di samping itu, papa dan mama mertua sangat menyayangiku. Aku juga sangat bersyukur karena wanita yang dulu mengharapkan cinta Mas Raka, kini tidak mengusik kehidupan rumah tangga kami lagi. Ia telah menemukan kehidupan barunya bersama Bimo, laki-laki yang pernah menaruh hati kepadaku. “Sayang, kenapa nangis?” Wajah Mas Raka
🏵️🏵️🏵️“Kakak nggak pergi kondangan?” tanya Novia—adikku satu-satunya yang masih duduk di bangku SMA kelas sepuluh.“Nggak, ah … Kakak malas.” Aku memilih menghempaskan tubuh ke tempat tidur.“Malas apa malas? Jangan bilang kalau Kakak belum move on.” Novia selalu saja ingin tahu tentang banyak hal. Ia adik yang sangat kepo.“Ih, mau tahu aja. Sana keluar, Kakak mau istirahat.” Akhirnya, ia pun keluar dari kamarku.Bagaimana mungkin aku sanggup menghadiri pernikahan laki-laki yang masih sangat aku cintai hingga saat ini? Sepertinya Novia tidak memahami apa yang aku rasakan. Tidak semudah itu aku melupakan semua kenangan yang terjadi selama beberapa tahun ini bersama Mas Arga.Sungguh, aku tidak pernah menyangka bahwa hubungan kami akan berakhir dengan penderitaan mendalam. Mas Arga yang dulu sangat mencintaiku justru bersanding dengan Shanti—sahabat, juga tetanggaku. Dua tahun yang lalu setelah lulus kuliah, Mas Arga berpamitan akan bekerja ke luar kota. Ia diminta mengurus perusa
🏵️🏵️🏵️Aku Kanaya Larasati, saat ini berusia 22 tahun. Aku baru menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah. Dua tahun yang lalu, Mas Arga berjanji akan melamarku setelah aku meraih gelar sarjana. Namun, kenyataan tidak seindah harapan.Setelah aku lulus kuliah dan meraih prestasi yang sangat memuaskan, justru kesedihan datang menghampiriku. Lelaki yang sejak dulu mengaku sangat mencintaiku justru bersanding dengan wanita lain. Aku tidak tahu kesalahan apa yang aku perbuat hingga ia tega berkhianat.Awalnya, aku sangat sedih, tetapi perlahan, rasa itu aku buang walaupun baru sedikit yang keluar dari hati yang paling dalam. Aku akan tetap berusaha melupakan Mas Arga karena ia sekarang milik wanita lain. Aku harus bisa bangkit dan membuktikan kepadanya kalau aku bisa hidup tanpa dirinya.Aku sangat beruntung karena hari ini, Om Wawan—sahabat Ayah, memintaku menemui dirinya ke sekolah tempatnya menjabat sebagai kepala sekolah. Aku berharap menerima kabar baik karena cita-citaku sejak du
🏵️🏵️🏵️Waktu menunjukkan pukul 07.15 wib, aku dan Om Wawan memasuki kelas yang akan aku tangani. Aku sangat terkejut melihat anak perempuan yang tadi bertemu di depan pintu masuk sekolah. Ternyata ia akan menjadi anak didikku.Om Wawan menjelaskan kepada anak-anak kalau aku akan menggantikan wali kelas mereka yang sedang cuti. Reaksi mereka membuatku terharu. Aku disambut dengan sorakan menggemaskan. Tiba-tiba, anak perempuan yang tadi bertemu denganku, mengacungkan tangan.“Nama Ibu siapa?” Pertanyaannya masih sama seperti tadi, padahal tanpa ia minta pun, aku akan memperkenalkan diri. Aku membalasnya dengan senyuman.“Selamat pagi, Anak-Anak Ibu.” Aku pun menyapa mereka.“Selamat pagi, Bu!” Suara mereka membuatku tenang. Mungkin karena sejak dulu, aku sangat menyukai anak-anak.“Perkenalkan nama Ibu, Kanaya Larasati. Biasa dipanggil Nay atau Naya. Anak-anak panggil Ibu Naya saja.” Aku pun memberitahukan namaku kepada mereka.“Nama Ibu mirip dengan Nay.” Anak perempuan tadi kembal
🏵️🏵️🏵️Kenapa aku tiba-tiba terdiam? Apakah pesona laki-laki itu telah memasuki pikiranku? Mungkinkah pintu hati ini kembali terbuka tanpa kusadari? Entah kenapa kesedihanku tadi saat memikirkan Mas Arga seolah-olah sirna seketika.Aku belum pernah mengalami perasaan seaneh ini. Bagaimana mungkin pertemuan pertama dengan laki-laki itu membuatku berpikiran jauh? Harusnya aku sadar kalau dirinya wali murid anak didikku, tidak lebih.Cukup aku mengagumi para aktor tampan dalam drama Korea, Thailand, dan China yang biasa aku tonton. Mereka tidak nyata di depanku. Namun, kalau aku harus mengagumi wali murid, itu aneh apalagi baru bertemu sekali. Seandainya Novia tahu kelakuan kakaknya ini, ia pasti akan mentertawakan aku.“Tidak, Pak. Saya sedang santai. Jadi, tidak mengganggu sama sekali.” Akhirnya, aku berhasil memberikan balasan.“Ibu tidak keberatan kalau saya simpan nomor kontaknya?” Lagi dan lagi, aku makin bingung menghadapi pemuda itu.“Silakan, Pak. Tidak masalah.” Mana mungkin
🏵️🏵️🏵️ Tidak puaskah mereka mengobrak-abrik hatiku? Mereka bersikap seolah-olah tidak melakukan kesalahan. Apa mungkin mereka sengaja ingin melihatku menderita? Perbuatan Mas Arga tadi pagi telah membuatku ketakutan, sekarang istrinya kenapa tiba-tiba ke rumahku? Mungkin sebaiknya aku pura-pura tidak mendengar panggilan Shanti untuk menenangkan hati. Entah kenapa setiap melihat wajahnya, pengkhianatan Mas Arga yang langsung menari-nari di kepalaku. Pasangan suami istri itu mampu menjatuhkan mentalku. “Untuk apa kamu ketemu suamiku?” Apa? Shanti melontarkan tuduhan seperti itu kepadaku? Aku tidak mungkin tetap berpura-pura tidak mendengar apa yang keluar dari bibirnya. Aku pun berbalik arah. Ternyata ia kini telah berdiri di dekat Bunda. “Maksud kamu apa?” tanyaku kepada wanita itu. Aku baru kali ini memperhatikan perutnya. Ternyata sudah besar. “Kamu belum bisa move on dari Mas Arga?” Sungguh, aku benar-benar kesal dengan tuduhannya. “Sebelum kamu nuduh, tanya dulu suamimu.” A