Share

03. Bisikan Gaib

Franie terbangun dari tidur nyenyaknya. Matanya bergulir, memandangi sekitarnya dengan buram. Di pojok ruangan sepasang manik merah pekat menyapa retina Franie. Dengan perlahan sosok itu berjalan mendekat. Sayapnya yang besar dan kokoh menyapu lantai, menyisakan serbuk-serbuk hitam di setiap jejaknya.

“Ka-kau siapa?” tanya Franie tercekat, nyaris berbisik.

Sosok itu berjongkok di depan Franie, tangannya yang besar mengelus pipi wanita tersebut.

“Menurutmu?”

Seringai sosok itu membuat Franie bergidik ngeri, sepasang taring tajam mencuat dari sela-sela bibirnya. Sebercak darah segar nampak jelas di sudut bibir tersebut.

Franie meneguk ludahnya kasar, perlahan ia meringkuk ketakutan. Sosok itu hanya menatap Franie datar lalu tak lama kemudian pergi meninggalkanku bersamaan dengan sebuah bisikan lembut.

“Kau milikku, tak akan ku lepaskan. Sampai bertemu.”

Slash........

"AKH!”

Franie terlonjak bangun dari tidurnya, terduduk di atas ranjang dengan penampilan acak. Tanpa sadar jemarinya terangkat, mengelus pipinya pelan.

“Tadi itu terasa nyata. Berbeda dari sebelumnya. Ini benar-benar gila.”

Franie termenung, sosok dalam mimpinya setiap malam purnama akhirnya ia bisa lihat dengan jelas, hanya sayang, ia tidak bisa melihat wajah sosok tersebut. Sayapnya yang kokoh, bewarna abu kehitaman memberikan efek ngeri pada Franie.. suara bass-nya yang khas menggelitiknya pendengaran Franie.

Kenapa setiap malam purnama, ia selalu seperti ini?

Tunggu! Franie terkesiap.

"Semalam.. bukan bulan purnama."

Tubuh Franie menegang. Apa yang terjadi? Mengapa iblis itu menjumpainya di malam biasa?

Franie memeluk tubuhnya, dan bersandar pada tumpukan bantal di belakangnya. Ia menatap kamarnya dengan gelisah. Membayangkan sosok itu perlahan menghampirinya seperti apa yang di dalam mimpi.

"Tidak... Kumohon, tidak." gumam Franie dengan bibir yang bergetar, pucat.

...

“Franie, bagaimana liburanmu?” tanya Renatha begitu Franie memasuki kelas. Renatha adalah sahabatnya, ia wanita berambut ikal, dengan kulit eksotik.

“Biasa saja, tidak ada yang menarik. Aku hanya menghabiskannya dengan tidur didalam kamar.”

Renatha menatap Franie tak percaya sembari menggelengkan kepalanya.

“Kau benar-benar Franie yang ku kenal.”

Franie hanya mengangkat bahunya tak acuh lalu meletakan kepalanya di atas meja.

“Ku mohon jangan ganggu aku, aku ingin tidur sebentar. Semalam aku tak bisa tidur.” pesannya, belum sempat Renatha berkomentar, ia langsung menutup kedua matanya.

Samar-samar Franie membuka matanya. Lagi dan lagi ia terbangun di ruangan yang sama. Ruangan yang dipenuhi kegelapan. Namun kali ini ada yang berbeda. Franie merasakan semerbak harum bunga mawar menyeruak masuk kedalam penciumannya. Dengan sedikit takut ia menurunkan kakinya, menginjak lantai ruangan tersebut.

Dingin. Itulah yang ia rasakan begitu kaki telanjangnya menapaki lantai tersebut. Perlahan Franie memberanikan diri melangkah keluar dari ruangan tersebut. Seberkas cahaya di balik pintu menuntunnya untuk keluar.

Franie tertegun untuk sesaat, nampak seperumpunan bunga mawar mengelilinginya, membentuk sebuah lingkaran. Franie menoleh ke belakang namun tak ia dapati lagi pintu dari ruangan tersebut, yang ia lihat hanyalah seperumpunan bunga mawar.

“Kau datang!”

Tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya, segera Franie berbalik menatap sosok yang tiba-tiba muncul begitu saja. Sayapnya yang besar dan kokoh nampak jelas di penglihatan Franie, namun entah mengapa Franie tak dapat melihat wajah itu, seberkas cahaya yang sangat terang seakan-akan menghalangi retinanya.

Slash.....

“Franie! Franie, bangun!”

Franie terkejut seketika saat ambernya menangkap wajah Renatha tepat di depannya.

“Ada apa?”

“Kau tertidur lagi, mata kuliah hari ini telah berakhir. Matahari sedari tadi sudah bersinar sangat terang mengenai wajahmu, tapi kenapa kau tidak bangun-bangun juga?”

“Apa? Pelajaran hari ini telah berakhir?"

“Tidak, aku bohong. Mata kuliah pertama baru saja akan dimulai.”

Franie mengelus dadanya pelan namun sedetik kemudian ia mengambil buku di atas meja lalu menimpuk kepala Renatha.

“Kau menipuku lagi.”

“Jika tidak seperti itu, kau tak akan bangun. Lagian pula benar matahari bersinar sangat terang ke arahmu.”

Franie terdiam sesaat dan menoleh kearah jendela disampingnya. Ya benar, matahari tersebut bersinar sangat terang kearahnya. Tapi, mengapa? Firasat Franie mendadak buruk.

“Pagi semuanya. Seperti yang kita ketahui setiap memasuki semester lima, kampus kita menerima beberapa mahasiswa pertukaran sebagai bentuk kerjasama antar universitas. Kali ini, kita kedatangan beberapa mahasiswa pertukaran dari Romania, dan salah satunya mengambil matkul Hukum Internasional. Ia akan bergabung dengan kita pagi ini, silahkan masuk.”

Suara Prof. Cleo mengalihkan perhatian Franie, kelas yang tadinya riuh seketika menjadi hening begitu sepasang sepatu hitam melangkah masuk kedalam kelas.

Dengan perlahan Franie mendongakan kepalanya.

DEG

Ini serasa deja vu, Franie merasa tidak asing dengan mata itu. Tetapi, dimana ia menemuinya? Mata moist pekat... yang.. berbahaya.

“Namaku Neon Dark Valient, kalian bisa memanggilku Neon.”

Suara berat dan dingin itu membuat Franie tertegun, perasaannya semakin tidak enak. Sepasang mata itu menatapnya tepat kedalam retinanya.

Franie semakin gugup begitu Neon melangkah kearahnya.

“Kau milikku, tak akan ku lepaskan.”

Tiba-tiba sebuah bisikan lirih menyapa gendang telinga Franie. Kalimat itu sama persis dengan apa yang ada di mimpinya. Franie menegang. Nafasnya terasa sesak.

“Apa aku boleh duduk disampingmu?”

Dengan kaku Franie mengangguk kecil, membiarkan Neon duduk disampingnya.

“Kita bertemu, aku senang melihatmu secara nyata.”

DEG

Franie menoleh, menatap Neon terkejut.

“Ma-maaf, apa kau baru saja berbicara denganku?"

Neon menoleh sebentar, menatap Franie dan menyeringai tipis. “Tidak, aku tidak berbicara sama sekali.” balasnya singkat dan kembali fokus pada Prof. Cleo didepan sana.

Franie mengatupkan bibirnya. Sedikit khawatir, perasaan tidak mengenakkan meliputi hatinya.

‘Apa aku mulai gila?’ batinnya bertanya.

“Tidak, kau tidak gila hanya sedikit bingung.”

Lagi. Suara itu, darimana asalnya?

"Menurutmu?"

Franie mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kelas. Tidak ada apa-apa.

Pada akhirnya Franie melirik Neon sekilas, lelaki itu terlihat serius mendengar penjelasan Prof. Cleo. Tidak ada yang mencurigakan darinya.

“Maaf, bisakah kau tidak menatapku terus?”

Franie terlonjak kaget begitu Neon menegurnya tanpa menoleh sedikitpun.

“Maaf, aku tidak bermaksud.” sesal Franie. Ia ingin mengutuk dirinya saat ini. Tentu, mahasiswa pertukaran tersebut akan merasa tidak nyaman di perhatikan secara intens di hari pertamanya berkuliah.

“Kalau begitu, tolong jangan menatapku lagi. Itu menggangguku” balas Neon dingin.

Franie mengangguk patuh. “Maaf."

Dari sudut yang tak terlihat sepasang senyuman mematikan terulas dari bibir pria yang berada disamping Franie.

"Senang rasanya berdekatan denganmu.. Rose Blood!"

.....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status