Share

SEMBILAN

“Aku ingin menjadi pemimpin perusahaan.”

Su Liang menatap Su Li tidak percaya. “Kau tidak sedang mabuk kan?” ia kemudian memastikan bahwa yang diminum oleh Su Li adalah kopi bukanlah minuman beralkohol.

“Bukankah Ayah memaksaku untuk menjadi pewaris? Sekarang aku menawarkan diri tetapi malah seperti itu respon Ayah.” Su Li menyeruput es americano-nya dengan kesal. Jika sedang merajuk anak gadisnya itu akan cemberut seperti ikan mas, memuat Su Liang tersenyum gemas.

“Ayah, aku sedang berbicara serius.”

Ucapan Su Li membuat Su Liang menenggelamkan senyumnya. Benar kata sang Putri, ia harus serius saat ini. Pasti ada sesuatu yang membuat Su Li berubah pikiran.

“Kau sudah menemukan pengganti kekasihmu itu?”

Su Li memutar bola matanya kesal. Sang Ayah masih saja mengira dirinya memiliki hubungan spesial dengan Miss Moore. Ia sedikit menyesal mengapa tidak pernah mengiyakan tawaran beberapa temannya ketika di bangku sekolah.

Saat di Ubex pun banyak yang mencoba mendekati hanya saja Su Li terlalu fokus untuk mengejar karir. Terbiasa melakukan segala sesuatu sendiri membuatnya tidak terlalu membutuhkan yang orang lain bilang pasangan.

“Ayah, aku sudah mengatakan berkali-kali. Miss Moore itu hanya sekretarisku. Kami tidak memiliki hubungan apapun selain hubungan antara atasan dan bawahannya.”

Jika tidak sedang membutuhkan bantuan sang Ayah, bisa dipastikan Su Li akan meledak saat ini. Tuan Su yang hafal dengan temperamen sang Putri diam-diam kagum melihat bagaimana Su Li dapat mengatur emosinya. Bisa dipastikan apa yang ia katakan barusan adalah sesuatu yang benar ia inginkan.

“Mengapa kau tiba-tiba menyetujui untuk menjadi pemimpin perusahaan?”

“Aku butuh kekuasan,” jawab Su Li lugas.

“Kekuasaan? Untuk apa?”

Su Li menelan ludahnya susah payah. Ia tahu Ayahnya pasti akan menanyakan hal itu dan ia sudah menyiapkan jawaban. Hanya saja, melihat bagaimana sorot tajam itu menatapnya lekat membuat semua baris kalimat yang sudah ia rangkai susah payah hancur seketika.

Apakah ini yang terkadang Timnya rasakan ketika ia sedang memeriksa pekerjaan mereka? Maafkan aku, aku tidak akan memandangi kalian dengan pandangan intimidasi seperti itu lagi batinnya.

“Su Li, Ayah bertanya padamu. Untuk apa kau membutuhkan kekuasaan? Apa yang kau bisa tawarkan untuk Ayah?”

Su Li menegakkan punggungnya, meletakkan kedua tangannya di atas meja. Berpikir cepat jawaban seperti apa yang akan disukai oleh sang Ayah. Hanya saja ia tidak mengira akan mendapatkan pertanyaan kedua. Pak tua ini benar-benar seorang pebisnis sejati gumamnya dalam hati.

Su Li menarik napas panjang dan mengembusnya pelan. “Setelah beberapa lama di perusahaan, aku menyadari bahwa perusahaan membutuhkan pemimpin muda sepertiku. Ayah juga sudah tahu bagaimana kemampuanku. Maka akan aku pastikan bahwa perusahaan akan aman bersamaku.”

Su Liang tersenyum. Putrinya sudah dewasa. Selain sudah percaya dengan kemampuan yang ia miliki, Su Li juga bisa dengan percaya diri mengatakan bahwa dirinya kompeten. Tetapi rasanya negosiasi seperti ini tidak seru, Su Liang ingin melakukan penawaran juga dengan gadis muda di hadapannya saat ini.

“Kau benar. Kemampuanmu sudah tidak Ayah ragukan. Semua pekerjaanmu selama ini tanpa cela. Hanya saja, Ayah juga memiliki sebuah permintaan.”

Mendengar hal itu, sontak Su Li berdoa dengan sungguh-sungguh di dalam hati. Meminta Tuhan tidak membuat sang Ayah mengucapkan permintaan seperti yang ia pikirkan saat ini.

“Kau bisa mendapatkan kekuasaan seperti yang kau inginkan. Jadilah pewaris, maka Ayah akan dengan sukarela menyerahkan semuanya padamu. Hanya saja, Ayah sudah menyatakan di surat wasiat, seorang pewaris Liang Tech haruslah sudah menikah.”

Bak terserang petir di siang bolong, Su Li merasakan semuanya harapannya terbakar habis. Dewi keberuntungan sedang tidak berpihak padanya. Ia ingin protes mengapa persyaratan konyol itu harus dimasukkan ke dalam persyaratan pewaris.

“Ayah, apakah aku boleh bertanya?”

Su Liang mengangguk dan mempersilakan Su Li untuk bertanya.

“Mengapa Ayah ingin aku segera menikah?”

Tuan Su menyeruput kopi miliknya sebelum menjawab, “Karena Ayah akan tenang melepaskan semuanya padamu. Ada seseorang yang bisa menjagamu. Tidak seperti Ayah yang gagal menjaga Ibumu.”

“Maksudnya apa, Ayah?”

Merasa jika ia sudah kelepasan berbicara, Su Liang mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan. “Apakah Ayah tidak bisa memiliki sebuah harapan? Melihatmu menikah adalah harapan terakhir Ayah sebelum menikmati masa tua yang tenang.”

“Apakah bisa aku menggantinya dengan hal lain? Ayah ingin cucu? Aku akan mengadopsi seorang anak. Jadi Ayah akan mendapatkan seorang cucu.”

Tuan Su sama sekali tidak menyangka jalan pikiran sang Putri. Ia tahu bahwa Su Li itu sulit ditebak, ada kesan misterius dan tidak tersentuh yang menguar kental setiap kali menatapnya. Hanya saja terkadang jalan pikirannya selalu out of the box. Tidak menyesal ia memutuskan untuk datang.

“Ayah juga bisa mengadopsi seorang cucu tanpa repot-repot melalui dirimu. Bukan itu yang Ayah inginkan.”

Su Li bisa mencium bau-bau kegagalan dalam negosiasi yang ia lakukan malam ini. Ucapan akhir sang Ayah berhasil membuatnya mencelus.

“Kalau ingin menjadi pemimpin perusahaan, kau harus sudah menikah.” Final Tuan Su yang artinya sudah tidak bisa diganggu gugat.

***

“Selamat pagi, Ketua Tim,” sapa Shan Yue kala bertemu Su Li di depan lift. Su Li hanya menganggukkan kepalanya sekilas. Ini bukan pertama kalinya Su Li menjawab dengan sangat irit jadi tidak mengherankan bagi Shan Yue.

“Apa yang sedang terjadi dengan Ketua Tim?” tanya Shan Yue kepada Xiao Lu saat sedang menggandakan dokumen. “seperti ada awan hitam di sekelilingnya. Apakah kita membuat kesalahan lagi?” lanjutnya.

Xiao Lu kemudian berbalik dan memperhatikan Su Li. Apa yang dikatakan Shan Yue benar. Walaupun biasanya Ketua Tim mereka itu jarang berbicara tetapi tatapan misterius yang mengerikan itu tidak pernah terlihat. Saat ini Su Li siap menerkam siapapun yang berani mengusiknya.

Xaio Lu kemudian teringat dengan fakta yang mereka temukan dua hari yang lalu, wajar bagi Su Li untuk merasa kesal. Jika itu dirina, Xiao Lu tidak akan segan-segan untuk memukul para bandit tersebut.

“Kau terlalu khawatir, mungkin saja Nona Su sedang banyak pikiran,” ucapnya menenangkan Shan Yue. Untungnya gadis cantik itu memahami dan memilih untuk diam.

“Aku keluar sebentar, jika ada yang mencariku kalian bisa menghubungiku.”

Belum sempat rekannya menjawab, Su Li melangkahkan kakinya keluar ruangan. Pintu darurat menjadi pilihannya. Namun ia tidak duduk di undakan tersebut, tetapi menaikinya satu persatu. Setelah sepuluh menit, Su Li akhirnya sampai di rooftop.

Embusan angin menyapa wajah putih kemerahan itu kala ia baru keluar. Cuaca hari ini sedikit berawan, walaupun matahari bergelung di balik awan, jangan lupakan tabir surya karena pancaran UV terpantau tinggi. Suara reporter berita yang tadi pagi membacakan ramalan cuaca hari ini kembali berputar dalam ingatannya.

Su Li berdiri di depan pembatas, membiarkan sinar matahari menyelimuti dirinya. Button up skirt yang ia kenakan sesekali bergoyang dipermainkan oleh angin. Pembicaraannya dengan sang Ayah malam itu berhasil membuatnya uring-uringan beberapa hari ini. Negosiasi yang harapkan akan lancar berakhir mengenaskan.

“Jadi mantan kekasihmu yang dulu selingkuh itu mengundangmu ke pernikahannya?”

Mendengar suara orang yang berbincang Su Li refleks berjongkok, bersembunyi di balik tanaman perdu. Walaupun kemudian ia sadar untuk apa dirinya bersembunyi? Tetapi mendengar langkah kaki yang semakin mendekat membuatnya kehilangan kesempatan untuk berdiri. Akan canggung jika ia keluar saat ini.

“Apa yang kau pikirkan? Buktikan padanya bahwa kau sekarang sudah baik-baik saja tanpanya.”

Sepertinya karyawan itu sedang menelepon karena Su Li tidak mendengar jawaban dari percakapan tersebut.

“Bagaimana jika kau menyewa seseorang untuk menemanimu ke pernikahan itu? Perkenalkan saja dia sebagai pacarmu. Mantanmu itu tidak mungkin akan mencari tahu.”

Seperti mendapatkan sebuah pertolongan Dewa disaat yang krusial, sebuah ide tercetus di pikiran Su Li. Senyumnya terkembang sempurna. Ia akan berterima kasih nanti kepada karyawan yang telah memberikannya ide yang spektakuler tersebut.

“Aku harus mencari suami sewaan.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status