"Apa yang harus kita lakukan? Bila memang Emily dan saudara tirimu itu berselingkuh dan kabur entah kemana, apakah aku harus mengejar dan melabrak mereka berdua?"
Alexander Chan-Meyer dan 'sekutu' barunya, Lara Samsara Miles-Vagano alias Erato, hingga kini masih 'bersahabat' semenjak peristiwa menghilangnya Emily bersama Avalanche alias Earth! Pemuda itu semakin yakin pada pernyataan Erato bahwa kekasihnya bersama dengan sang barista M's Brew malam itu pergi bersama ke tempat yang tak diketahui siapapun. Tadinya ia ingin melaporkan penculikan. Namun media massa ternyata 'memperkuat' pernyataan Erato bahwa pasangan itu bersekongkol.
Beberapa bukti berupa tangkap layar CCTV beredar luas di media cetak dan internet. Earth (yang tentu saja tak dikenal oleh dunia) menggendong gadis yang hingga kini hilang. Bersamaan dengan penyanyi pendatang baru Eagle Eyes yang malam itu sempat melakukan konser kecil-kecilan di M's Brew. Xander merasa ada kaitannya, namun memang tak berdaya untuk menyelidiki.
Terutama setelah Erato terluka dalam kecelakaan dan malah 'menawannya' sehingga ia hampir tak bisa 'menolong' Emily.
"Kau bisa membantuku, Xander! Kita berdua bisa menyelidiki keberadaan mereka! Saudara tiriku dan kekasihmu yang berkhianat!" Erato bertambah senang saja. Ia memang sedikit banyak mulai 'berminat' pada Xander. Bukan mencintai, itu beda lagi!
Pada satu titik di beberapa bulan sebelumnya, Xander pernah membuat mata Erato 'terbuka'. Gadis kaku dan pendiam yang tak berminat pada pria, tetiba mendapatkan sajian memabukkan saat memantau Emily dan pacarnya itu di hunian sewaan si gadis guru.
Semenjak itulah Erato berusaha keras untuk mendapatkan hal serupa. Namun ia sabar, sesabar semut-semut kecil yang sedang bekerjasama mengorek sisa-sisa makanan untuk ditimbun di sarang mereka.
Xander segera akan didapatkannya dengan caranya sendiri!
"Xander! Kau tentu sakit hati dan cemburu, walau bisa saja kau melupakannya, namun tentu tak semudah itu juga sebelum Emily mendapatkan 'balasan' atas perbuatannya, bukan? Aku juga ingin sekali menemukan Avalanche lagi! Urusanku dengannya belum selesai!"
"Mengapa begitu, Erato? Bukankah kalian dekat?"
"Sesungguhnya, ayah kami berdua memang sama, namun ibu kami berbeda. Ibunya merebut ibuku dari ayahku! Mereka menikah dan membiarkan ibuku menderita hingga akhir hayatnya! Padahal ibuku dahulu adalah kekasih pertama ayah!" Erato sekali lagi berkata jujur dengan akting yang menyakinkan, menggigit bibirnya, "Kau bisa komputer, bukan? Kau bisa membantuku menemukan jejak Avalanche, kemana ia pergi bersama Emily-mu!"
"Bagaimana caranya? Polisi saja belum berhasil menemukan mereka!"
"Avalanche pernah menceritakan sendiri kepadaku, belum lama ini, ia dibebaskan dari tempat rahasia bernama White Nest! Selama 3 tahun, ia dikurung di sana oleh kakak-kakak kembarnya sendiri setelah di masa lalu ia sempat tinggal di sebuah pulau, disiksa selama 23 tahun lamanya! Karena itu ia direhabilitasi dan belajar bagaimana caranya untuk menjadi 'manusia' sejati! Jadi tentu mereka tahu dimana kini Avalanche 'kembali' setelah ia berhasil lulus!" Erato tambah bersemangat.
"White Nest? Bagaimana caranya menemukan tempat itu?"
"Kau seorang ahli IT, bukan? Tempat itu adalah lokasi elit dimana para psikopat, pembunuh dan orang-orang terkejam di dunia sedang 'dipulihkan'. Keberadaannya pasti ada di internet, hanya saja berada di 'deep web' atau dunia maya terdalam, yang aksesnya tak terjangkau bagi orang awam sepertiku! Kau bisa membantuku menyelidikinya, titik koordinatnya dan sebagainya! Lalu kita berdua menuju kesana dan membobol aksesnya! Sisanya, serahkan saja padaku! Kita akan segera memperoleh lokasi rahasia Ava dan Emily! Kita akan bermain-main, berkunjung ke 'rumah' mereka!"
Tak lama kemudian, sebuah mobil sedan sewaan meluncur secepatnya dari Evertown di jalan besar sepi dan berdebu menuju entah kemana, membelah padang pasir tandus putih kekuningan. Sesekali terlihat beberapa batu besar penghalang dan pohon kaktus tumbuh liar seakan mengusik jalan panjang lurus beraspal retak dan sesekali berliku.Di balik kemudi, duduk Alexander Chan-Meyer bersama Erato alias Lara Samsara. Keduanya memang tak saling mengenal dari jauh-jauh hari sebelumnya, namun 'persamaan nasib' 'Xander ditinggal Emily' serta Erato ditinggal 'saudara tirinya, Avalanche' akhirnya membawa mereka berkenalan lebih jauh.Xander yang telanjur kesal pada sikap Emily yang belakangan sedikit aneh dan terasa semakin asing saja di matanya ternyata begitu mudah dipengaruhi oleh Erato. Apalagi gadis itu telah menunjukkan bukti-bukti warisan Hannah kepadanya. Foto-foto Ocean dan Sky yang berwajah tampan, sangat mirip dengan Avalanche!"Selama ini Emily hanya menjad
Xander tak mengerti mengapa perbuatan Erato yang semestinya ia tolak mentah-mentah itu malah tak bisa diresponnya. Sungguh, ia belum punya perasaan apa-apa terhadap gadis itu. Ia masih ingin menemukan Emily karena hubungan mereka 'belum selesai'. Apakah ia betul-betul berselingkuh atau diculik Avalanche? Namun kini, ia malah pasrah di dalam pelukan wanita lain, berciuman dan bercumbu di belakang kemudi!Sedangkan Erato yang biasanya 'dingin' bahkan tak tertarik sedetikpun pada pria, semenjak 'hari itu melihat sendiri peristiwa yang akan mengubah seluruh hidupnya', benar-benar berubah liar!"Ayo kita pindah ke jok belakang! Lakukan 'hal itu' terhadapku, kau akan segera melupakan Emily dan memilihku!""Erato, aku 'kan belum bilang bila aku mau melakukan hal ini dengan gadis lain, aku belum si.."Namun Erato dengan ganas terus mendesak Xander untuk pindah ke jok belakang. Dan akhirnya mereka berdua terhempas di sana, tanpa busana. Semua pakaian yang mereka k
Sang waktu di lokasi 'middle of nowhere' itu berlalu begitu cepat, entah berapa lama durasi kenikmatan duniawi yang Xander dan Erato lakukan. Yang jelas, perlahan namun panjang, panas dan penuh keringat, pula matahari telah melintasi pertengahan cakrawala menuju ke Barat.Mereka segera sadar, misi mereka harus tetap berjalan. Tak ingin berlama-lama larut dalam 'penemuan' baru itu, Xander dan Erato segera mengenakan busana mereka kembali dan melanjutkan perjalanan menuju titik rahasia 'White Nest"Dari padang gurun tandus, menjelang malam hari, kendaraan mereka mulai memasuki sebuah hutan belantara. Berbelok dari jalan besar yang sepi berpasir menuju sebuah jalan tanah yang sempit dan ditutupi semak belukar hijau dan pepohonan tinggi yang tak terlalu subur karena iklim yang kering."Kita hampir tiba. Betul-betul lokasi yang sangat sukar dijangkau dan takkan pernah didatangi siapapun yang tak menyadari kehadirannya di muka bumi ini!" ungkap Xander heran."Y
Waktu mulainya 'permainan' yang ditetapkan Xander belum lagi tiba. Serentak, lampu-lampu putih mulai menyala terang di sekeliling kompleks putih misterius, bagaikan lampu di stadion olahraga.Mobil sewaan yang dikemudikan Xander dengan Erato di jok penumpang depan meluncur perlahan dan berhenti di pintu gerbang utama, pemeriksaan berpalang elektronik. Terkesan seperti hendak memasuki area super rahasia.Petugas wanita muda yang berjaga menyapa dingin dengan tabik ala tentara, lalu meminta kartu-kartu identitas.Tentunya mereka sedikit banyak curiga dengan semua pengunjung baru, namun Xander dan Erato yang terbalut jubah putih dan kacamata hitam segera mengeluarkan dua ID card. Mereka telah mencuri data dan membuat duplikat yang sangat mulus, sehingga petugas tak menaruh curiga. Namun sempat ada kejanggalan terungkap! Mereka tak segera diizinkan masuk!"Hmm, Mr. Wright dan Ms. Crystal, 27 dan 26 tahun, asal Everyork. Asisten magang klinik psikologi yang ba
Tak lama, Xander dan Erato sudah melakukan penelusuran mereka di kompleks utama 'White Nest'. Xander tampaknya belum melakukan apa-apa, ia masih sangat santai. Sementara Erato masih penasaran melihat ke kanan-kiri semua yang mereka lewati. Ia memang seorang gadis yang sangat ingin tahu sekaligus sangat berhati-hati. Hampir tak ada petugas, seakan mereka sangat mempercayai fungsi CCTV yang ada hampir si semua sudut ruangan dan koridor. Tempat itu sangat sunyi, hanya terdengar deru lembut pendingin udara. Semuanya begitu putih bersih, mulai dari lantai hingga dinding dan langit-langit. Lampunya terang benderang bagaikan di mal-mal, hanya saja tak berwarna-warni, semuanya hanya berupa deretan lingkaran putih ganda sepanjang lorong yang juga berlantai marmer dan karpet putih. Namun sesekali terdengar jeritan memilukan atau orang tertawa terbahak-bahak, menggema di ruang yang nyaris kosong. Sedikit mengerikan bagi orang awam! Namun Erato tak terlal
"Aku bisa melakukannya, kebetulan di sini semua staf menggunakan sabak digital, dan milik kita sama persis seperti yang mereka miliki, jadi takkan mengundang kecurigaan. Aku tahu tipe dan mereknya dari deep web," santai, Xander mengeluarkan benda yang ia maksud dari koper kerja yang mereka bawa, "semua ada di sini, program yang kusiapkan untuk melumpuhkan tempat ini. Sayangnya, waktu yang dapat ku-'setting' tidak banyak, karena program keamanan di sini begitu canggih. Dalam waktu yang singkat itu, kita harus sudah berhasil mendapatkan lokasi Avalanche dan keluar dari sini dalam keadaan utuh!" Erato tertawa, "Ingat, Xander, bila kepepet, aku siap melakukan apa saja, dan kau tidak boleh cemburu!" "Hah? Mengapa aku akan cemburu? Apa maksudmu?" Erato segera menjawab, "Karena kita sekarang resmi sebagai sepasang kekasih! Suka atau tak suka, kita telah melakukan 'hal itu' dan kita harus selalu bersama-sama mulai saat ini!" Xander juga hendak mengatakan sesuatu, namun seseorang muncul dan
Erato tahu, kelemahan terbesar hampir semua lelaki di dunia adalah mata mereka! Jangankan lelaki, dirinya sendiri saja merasakan perubahan yang nyata dalam hidupnya setelah peristiwa yang ia alami sendiri beberapa waktu yang lalu di Evertown!Kali ini ia mengalami sendiri, setelah pengalaman pertamanya di mobil bersama Xander, ia sekali lagi bereksperimen. Kali ini, obyek permainannya adalah seorang petugas tak dikenal! Seorang asing, 'a perfect stranger'! Namun itu bukan masalah besar. Tubuh dan wajahnya masih tergolong oke juga, atletis dan tampan.Petugas pengawas CCTV itu hanya bisa terpana melihat sosok indah tanpa sehelai benangpun yang tetiba tampak di hadapannya. Menggoda bagaikan film biru di masa lalu, jauh hari sebelum ia bekerja di tempat canggih bernuansa putih yang ultra modern namun membosankan ini!"Kau, berani-beraninya... Cepat kenakan kembali semua pakaianmu!" pertama-tama, petugas itu masih berusaha memalingkan wajah dan menutup matanya.
"Huh, tiba-tiba mati lampu, apa-apaan? Ini sangat jarang terjadi di sini! Mengganggu saja!"Pengawas CCTV yang sedang asyik 'bermain-main' dengan sosok molek yang datang tanpa diundang ke ruangan tempat ia berjaga itu mengeluh. Ratusan layar yang tadi turut menjadi saksi peluh dan lenguh yang baru ia lakukan bersama sang gadis 'pendatang baru' mendadak padam, dan keasyikannya harus terinterupsi dengan cara tak lazim ini!"Sebentar, Tuan, aku punya senter kecil!" ujar si gadis menenangkan, sambil masih mengatur napasnya yang juga masih terengah-engah."Oh, tentu saja! Kau seorang 'dokter' dan baru saja aku kaujadikan 'pasienmu' dan kau ternyata sangat ahli dalam 'hal yang satu ini!'Sementara petugas yang baru saja menjadi lawan mainnya masih larut dalam fantasi setelah kepuasan. Polos terkapar tak berdaya menikmati momen yang baru mereka lalui. Erato tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu, bergegas merogoh mencari sesuatu dalam tas kerjanya. Sesuatu