Di balik kemudi, duduk Alexander Chan-Meyer bersama Erato alias Lara Samsara. Keduanya memang tak saling mengenal dari jauh-jauh hari sebelumnya, namun 'persamaan nasib' 'Xander ditinggal Emily' serta Erato ditinggal 'saudara tirinya, Avalanche' akhirnya membawa mereka berkenalan lebih jauh.
Xander yang telanjur kesal pada sikap Emily yang belakangan sedikit aneh dan terasa semakin asing saja di matanya ternyata begitu mudah dipengaruhi oleh Erato. Apalagi gadis itu telah menunjukkan bukti-bukti warisan Hannah kepadanya. Foto-foto Ocean dan Sky yang berwajah tampan, sangat mirip dengan Avalanche!
"Selama ini Emily hanya menjadikanku pelarian saja! Sungguh keterlaluan. Pantas saja ia tak mau membicarakan masa lalunya, apa yang ia alami tiga tahun yang lalu itu selalu ia tutupi. Meskipun ia berhak melupakan karena trauma atau semacamnya, tetap saja aku sebagai kekasihnya, calon suaminya, harus tahu juga pada akhirnya! Mengapa kau tega melakukan ini semua kepadaku, Emily? Mengapa kau akhirnya memilih seseorang dari masa lalumu? Orang yang katamu untuk selamanya tak ingin kau temui lagi?" Kesal Xander sambil meninju setir.
Mendengar dan menyaksikan semua itu, Erato tersenyum lebar, dalam hatinya ia bahkan tertawa terbahak-bahak sepuasnya, 'Bagus, kau mulai termakan pada hasutan dan kata-kataku! Tunggu saja sampai kita berdua berada di pulau dimana almarhumah ibuku meregang nyawa. Di sana kau bisa bersamaku 'menikmati lezatnya berburu manusia-manusia' yang telah menyakiti ibuku dan mengkhianatimu! Mungkin juga sudah saatnya 'kegelapan' yang ada padamu keluar! Aku senang melihat wajah tampanmu yang kesal, sebal sekaligus menggairahkan!'
"Ada apa, Erato? Maafkan emosiku yang mengerikan ini. Memang sesekali aku tak dapat terus menerus menjadi seorang guru teladan yang ramah dan alim." Xander sedikit jengah saat memergoki Erato yang sedari tadi menatapnya.
"Tak apa-apa! Kau berhak mendapatkan seseorang yang lebih baik! Uh, maaf, hanya pendapatku saja! Aku tak ingin ikut campur dalam urusan kalian!"
"Kurasa memang sudah seharusnya aku begitu. Walaupun ini masih sangat dini, namun ingin sekali 'kubuka lebar-lebar mata Emily' apabila kita nanti berhasil menemukannya! Namun siapa bisa kujadikan seseorang yang mau berpura-pura menjadi kekasihku?"
"Bagaimana bila aku saja? Aku satu-satunya wanita yang kini dekat denganmu!"
Mendengar kata-kata dari Erato yang tanpa basa-basi itu, Xander nyaris kehilangan konsentrasi dan hampir melanggar sebongkah batu besar yang menghalang di jalan yang mereka akan lalui. Syukurlah ia masih sigap membanting setir! Sejenak ia meminggirkan mobil di tepi, menghembuskan napas lega.
"Huh, kau pasti sedang bercanda, Erato!" Xander tertawa kesal sekaligus bersyukur tak terjadi apa-apa.
"Tidak. Aku memang tak punya pacar dan juga tadinya tak berminat dengan siapa-siapa. Namun, setelah bertemu denganmu, jujur saja, aku sedikit mulai suka keberadaanmu dan juga nyaman berada di sisimu. Aku pun berterima kasih, kau dulu menyelamatkan nyawaku saat kecelakaan." Erato mengedipkan sebelah matanya.
"Mungkin saja kita bisa bersahabat. Untuk lebih dari itu, aku belum tahu," perlahan Xander kembali bersiap-siap menjalankan kendaraan mereka.
Namun tangan Erato menahan kemudi, "Mengapa hanya bersahabat, jika kita bisa lebih dari itu? Aku juga tahu kau bukan hanya seorang guru komputer sekolah menengah atas dan ahli IT. Kau juga seorang pelukis."
Wajah Xander memerah, "Darimana kau tahu aku bisa melukis? Aku hampir tak pernah menunjukkan hobiku di depan siapa-siapa."
"Benarkah? Aku tadi hanya menebak. Barangkali tebakanku hanya kebetulan saja jitu. Barangkali kita berjodoh?"
Perlahan, Erato menarik wajah Xander mendekat. Dikecupnya bibir lelaki itu tanpa ragu-ragu. Hal yang tak pernah dilakukannya sebelumnya selama 27 tahun usianya!
"Hey, apa-apaan in..." namun Xander tak kuasa menolak. Bibir Erato memagutnya tanpa henti. Tangannya yang satu memegang belakang leher Xander yang kokoh, sementara tangan lainnya menelusuri dada, perut hingga akhirnya berlabuh di pangkal pahanya yang semula lembut.
Xander tak mengerti mengapa perbuatan Erato yang semestinya ia tolak mentah-mentah itu malah tak bisa diresponnya. Sungguh, ia belum punya perasaan apa-apa terhadap gadis itu. Ia masih ingin menemukan Emily karena hubungan mereka 'belum selesai'. Apakah ia betul-betul berselingkuh atau diculik Avalanche? Namun kini, ia malah pasrah di dalam pelukan wanita lain, berciuman dan bercumbu di belakang kemudi!Sedangkan Erato yang biasanya 'dingin' bahkan tak tertarik sedetikpun pada pria, semenjak 'hari itu melihat sendiri peristiwa yang akan mengubah seluruh hidupnya', benar-benar berubah liar!"Ayo kita pindah ke jok belakang! Lakukan 'hal itu' terhadapku, kau akan segera melupakan Emily dan memilihku!""Erato, aku 'kan belum bilang bila aku mau melakukan hal ini dengan gadis lain, aku belum si.."Namun Erato dengan ganas terus mendesak Xander untuk pindah ke jok belakang. Dan akhirnya mereka berdua terhempas di sana, tanpa busana. Semua pakaian yang mereka k
Sang waktu di lokasi 'middle of nowhere' itu berlalu begitu cepat, entah berapa lama durasi kenikmatan duniawi yang Xander dan Erato lakukan. Yang jelas, perlahan namun panjang, panas dan penuh keringat, pula matahari telah melintasi pertengahan cakrawala menuju ke Barat.Mereka segera sadar, misi mereka harus tetap berjalan. Tak ingin berlama-lama larut dalam 'penemuan' baru itu, Xander dan Erato segera mengenakan busana mereka kembali dan melanjutkan perjalanan menuju titik rahasia 'White Nest"Dari padang gurun tandus, menjelang malam hari, kendaraan mereka mulai memasuki sebuah hutan belantara. Berbelok dari jalan besar yang sepi berpasir menuju sebuah jalan tanah yang sempit dan ditutupi semak belukar hijau dan pepohonan tinggi yang tak terlalu subur karena iklim yang kering."Kita hampir tiba. Betul-betul lokasi yang sangat sukar dijangkau dan takkan pernah didatangi siapapun yang tak menyadari kehadirannya di muka bumi ini!" ungkap Xander heran."Y
Waktu mulainya 'permainan' yang ditetapkan Xander belum lagi tiba. Serentak, lampu-lampu putih mulai menyala terang di sekeliling kompleks putih misterius, bagaikan lampu di stadion olahraga.Mobil sewaan yang dikemudikan Xander dengan Erato di jok penumpang depan meluncur perlahan dan berhenti di pintu gerbang utama, pemeriksaan berpalang elektronik. Terkesan seperti hendak memasuki area super rahasia.Petugas wanita muda yang berjaga menyapa dingin dengan tabik ala tentara, lalu meminta kartu-kartu identitas.Tentunya mereka sedikit banyak curiga dengan semua pengunjung baru, namun Xander dan Erato yang terbalut jubah putih dan kacamata hitam segera mengeluarkan dua ID card. Mereka telah mencuri data dan membuat duplikat yang sangat mulus, sehingga petugas tak menaruh curiga. Namun sempat ada kejanggalan terungkap! Mereka tak segera diizinkan masuk!"Hmm, Mr. Wright dan Ms. Crystal, 27 dan 26 tahun, asal Everyork. Asisten magang klinik psikologi yang ba
Tak lama, Xander dan Erato sudah melakukan penelusuran mereka di kompleks utama 'White Nest'. Xander tampaknya belum melakukan apa-apa, ia masih sangat santai. Sementara Erato masih penasaran melihat ke kanan-kiri semua yang mereka lewati. Ia memang seorang gadis yang sangat ingin tahu sekaligus sangat berhati-hati. Hampir tak ada petugas, seakan mereka sangat mempercayai fungsi CCTV yang ada hampir si semua sudut ruangan dan koridor. Tempat itu sangat sunyi, hanya terdengar deru lembut pendingin udara. Semuanya begitu putih bersih, mulai dari lantai hingga dinding dan langit-langit. Lampunya terang benderang bagaikan di mal-mal, hanya saja tak berwarna-warni, semuanya hanya berupa deretan lingkaran putih ganda sepanjang lorong yang juga berlantai marmer dan karpet putih. Namun sesekali terdengar jeritan memilukan atau orang tertawa terbahak-bahak, menggema di ruang yang nyaris kosong. Sedikit mengerikan bagi orang awam! Namun Erato tak terlal
"Aku bisa melakukannya, kebetulan di sini semua staf menggunakan sabak digital, dan milik kita sama persis seperti yang mereka miliki, jadi takkan mengundang kecurigaan. Aku tahu tipe dan mereknya dari deep web," santai, Xander mengeluarkan benda yang ia maksud dari koper kerja yang mereka bawa, "semua ada di sini, program yang kusiapkan untuk melumpuhkan tempat ini. Sayangnya, waktu yang dapat ku-'setting' tidak banyak, karena program keamanan di sini begitu canggih. Dalam waktu yang singkat itu, kita harus sudah berhasil mendapatkan lokasi Avalanche dan keluar dari sini dalam keadaan utuh!" Erato tertawa, "Ingat, Xander, bila kepepet, aku siap melakukan apa saja, dan kau tidak boleh cemburu!" "Hah? Mengapa aku akan cemburu? Apa maksudmu?" Erato segera menjawab, "Karena kita sekarang resmi sebagai sepasang kekasih! Suka atau tak suka, kita telah melakukan 'hal itu' dan kita harus selalu bersama-sama mulai saat ini!" Xander juga hendak mengatakan sesuatu, namun seseorang muncul dan
Erato tahu, kelemahan terbesar hampir semua lelaki di dunia adalah mata mereka! Jangankan lelaki, dirinya sendiri saja merasakan perubahan yang nyata dalam hidupnya setelah peristiwa yang ia alami sendiri beberapa waktu yang lalu di Evertown!Kali ini ia mengalami sendiri, setelah pengalaman pertamanya di mobil bersama Xander, ia sekali lagi bereksperimen. Kali ini, obyek permainannya adalah seorang petugas tak dikenal! Seorang asing, 'a perfect stranger'! Namun itu bukan masalah besar. Tubuh dan wajahnya masih tergolong oke juga, atletis dan tampan.Petugas pengawas CCTV itu hanya bisa terpana melihat sosok indah tanpa sehelai benangpun yang tetiba tampak di hadapannya. Menggoda bagaikan film biru di masa lalu, jauh hari sebelum ia bekerja di tempat canggih bernuansa putih yang ultra modern namun membosankan ini!"Kau, berani-beraninya... Cepat kenakan kembali semua pakaianmu!" pertama-tama, petugas itu masih berusaha memalingkan wajah dan menutup matanya.
"Huh, tiba-tiba mati lampu, apa-apaan? Ini sangat jarang terjadi di sini! Mengganggu saja!"Pengawas CCTV yang sedang asyik 'bermain-main' dengan sosok molek yang datang tanpa diundang ke ruangan tempat ia berjaga itu mengeluh. Ratusan layar yang tadi turut menjadi saksi peluh dan lenguh yang baru ia lakukan bersama sang gadis 'pendatang baru' mendadak padam, dan keasyikannya harus terinterupsi dengan cara tak lazim ini!"Sebentar, Tuan, aku punya senter kecil!" ujar si gadis menenangkan, sambil masih mengatur napasnya yang juga masih terengah-engah."Oh, tentu saja! Kau seorang 'dokter' dan baru saja aku kaujadikan 'pasienmu' dan kau ternyata sangat ahli dalam 'hal yang satu ini!'Sementara petugas yang baru saja menjadi lawan mainnya masih larut dalam fantasi setelah kepuasan. Polos terkapar tak berdaya menikmati momen yang baru mereka lalui. Erato tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu, bergegas merogoh mencari sesuatu dalam tas kerjanya. Sesuatu
Erato dan Xander segera mengarahkan senter masing-masing jauh ke depan Mereka tahu, cepat atau lambat hal ini akan terjadi.Para pasien maupun petugas akan segera menyerbu keluar dari balik pintu-pintu yang terbuka. Mereka segera akan 'bertemu muka dengan muka', dan entah apa yang akan mereka lakukan!"Aku sudah melumpuhkan semua alarm dan sistem keamanan, namun waktunya tak bisa dipastikan. Bel peringatan bisa tiba-tiba berbunyi bila sistem White Nest kembali berfungsi. Jadi kita harus beraksi secepatnya." Xander segera mengambil sesuatu dari dalam tas kerjanya, "Erato, ambillah 'shock gun' ini. Hati-hati, kejutan listrik kecilnya dapat melumpuhkan sementara siapapun yang mungkin akan menghambat pelarian kita!""Oh, terima kasih banyak, maaf, untukmu saja. Aku memiliki senjataku sendiri, vial-vial penuh terisi 'tranguilizer' yang mampu menidurkan seekor gajah dalam sekejap! Walau aku sendiri tak yakin bila diinjeksikan ke dalam tubuh manusia akankah beref