Share

S3: Awal Baru? (18+)

Tak lama kemudian,  sebuah mobil sedan sewaan meluncur secepatnya dari Evertown di jalan besar sepi dan berdebu menuju entah kemana, membelah padang pasir tandus putih kekuningan. Sesekali terlihat beberapa batu besar penghalang dan pohon kaktus tumbuh liar seakan mengusik jalan panjang lurus beraspal retak dan sesekali berliku.

Di balik kemudi, duduk Alexander Chan-Meyer bersama Erato alias Lara Samsara. Keduanya memang tak saling mengenal dari jauh-jauh hari sebelumnya, namun 'persamaan nasib' 'Xander ditinggal Emily' serta Erato ditinggal 'saudara tirinya, Avalanche' akhirnya membawa mereka berkenalan lebih jauh.

Xander yang telanjur kesal pada sikap Emily yang belakangan sedikit aneh dan terasa semakin asing saja di matanya ternyata begitu mudah dipengaruhi oleh Erato. Apalagi gadis itu telah menunjukkan bukti-bukti warisan Hannah kepadanya. Foto-foto Ocean dan Sky yang berwajah tampan, sangat mirip dengan Avalanche!

"Selama ini Emily hanya menjadikanku pelarian saja! Sungguh keterlaluan. Pantas saja ia tak mau membicarakan masa lalunya, apa yang ia alami tiga tahun yang lalu itu selalu ia tutupi. Meskipun ia berhak melupakan karena trauma atau semacamnya, tetap saja aku sebagai kekasihnya, calon suaminya, harus tahu juga pada akhirnya! Mengapa kau tega melakukan ini semua kepadaku, Emily? Mengapa kau akhirnya memilih seseorang dari masa lalumu? Orang yang katamu untuk selamanya tak ingin kau temui lagi?" Kesal Xander sambil meninju setir.

Mendengar dan menyaksikan semua itu, Erato tersenyum lebar, dalam hatinya ia bahkan tertawa terbahak-bahak sepuasnya, 'Bagus, kau mulai termakan pada hasutan dan kata-kataku! Tunggu saja sampai kita berdua berada di pulau dimana almarhumah ibuku meregang nyawa. Di sana kau bisa bersamaku 'menikmati lezatnya berburu manusia-manusia' yang telah menyakiti ibuku dan mengkhianatimu! Mungkin juga sudah saatnya 'kegelapan' yang ada padamu keluar! Aku senang melihat wajah tampanmu yang kesal, sebal sekaligus menggairahkan!'

"Ada apa, Erato? Maafkan emosiku yang mengerikan ini. Memang sesekali aku tak dapat terus menerus menjadi seorang guru teladan yang ramah dan alim." Xander sedikit jengah saat memergoki Erato yang sedari tadi menatapnya.

"Tak apa-apa! Kau berhak mendapatkan seseorang yang lebih baik! Uh, maaf, hanya pendapatku saja! Aku tak ingin ikut campur dalam urusan kalian!"

"Kurasa memang sudah seharusnya aku begitu. Walaupun ini masih sangat dini, namun ingin sekali 'kubuka lebar-lebar mata Emily' apabila kita nanti berhasil menemukannya! Namun siapa bisa kujadikan seseorang yang mau berpura-pura menjadi kekasihku?"

"Bagaimana bila aku saja? Aku satu-satunya wanita yang kini dekat denganmu!"

Mendengar kata-kata dari Erato yang tanpa basa-basi itu, Xander nyaris kehilangan konsentrasi dan hampir melanggar sebongkah batu besar yang menghalang di jalan yang mereka akan lalui. Syukurlah ia masih sigap membanting setir! Sejenak ia meminggirkan mobil di tepi, menghembuskan napas lega.

"Huh, kau pasti sedang bercanda, Erato!" Xander tertawa kesal sekaligus bersyukur tak terjadi apa-apa.

"Tidak. Aku memang tak punya pacar dan juga tadinya tak berminat dengan siapa-siapa. Namun, setelah bertemu denganmu, jujur saja, aku sedikit mulai suka keberadaanmu dan juga nyaman berada di sisimu. Aku pun berterima kasih, kau dulu menyelamatkan nyawaku saat kecelakaan." Erato mengedipkan sebelah matanya.

"Mungkin saja kita bisa bersahabat. Untuk lebih dari itu, aku belum tahu," perlahan Xander kembali bersiap-siap menjalankan kendaraan mereka.

Namun tangan Erato menahan kemudi, "Mengapa hanya bersahabat, jika kita bisa lebih dari itu? Aku juga tahu kau bukan hanya seorang guru komputer sekolah menengah atas dan ahli IT. Kau juga seorang pelukis."

Wajah Xander memerah, "Darimana kau tahu aku bisa melukis? Aku hampir tak pernah menunjukkan hobiku di depan siapa-siapa."

"Benarkah? Aku tadi hanya menebak. Barangkali tebakanku hanya kebetulan saja jitu. Barangkali kita berjodoh?"

Perlahan, Erato menarik wajah Xander mendekat. Dikecupnya bibir lelaki itu tanpa ragu-ragu. Hal yang tak pernah dilakukannya sebelumnya selama 27 tahun usianya!

"Hey, apa-apaan in..." namun Xander tak kuasa menolak. Bibir Erato memagutnya tanpa henti. Tangannya yang satu memegang belakang leher Xander yang kokoh, sementara tangan lainnya menelusuri dada, perut hingga akhirnya berlabuh di pangkal pahanya yang semula lembut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status