Xander dan Erato bersama-sama berusaha menghindari kerumunan pasien White Nest yang hampir sama seperti zombie-zombie dalam film horor, sementara para petugas dan staf juga berusaha keras melaksanakan semua protokol pengamanan yang mereka ketahui.
Perempatan koridor semakin sesak oleh petugas maupun pasien yang semakin tak terkendali. Bukan hanya saling tangkap menangkap, semua berubah menjadi mangsa memangsa saat ini! Para petugas bersenjata pada awalnya terlihat unggul, namun pasien-pasien yang gerak-geriknya tak bisa diprediksi itu akhirnya berhasil membalikkan keadaan.
Tanpa dikomando dan tanpa perjanjian, mereka yang baru bebas dari 'penjara kecil' masing-masing itu menyerbu petugas terdekat dan melakukan apa saja yang biasa dan 'suka' mereka perbuat. Petugas-petugas yang jumlahnya hanya segelintir akhirnya terdesak dan mulai terpukul mundur. Sebagian tergeletak di lantai dan terinjak-injak dalam kondisi mengenaskan, sementara sebagian lagi berteriak kesakitan ata
Kedua petugas pria bertubuh cukup kekar itu tentu saja takkan pernah menyangka, gadis bertubuh ramping dan sekilas terlihat biasa-biasa saja itu telah mempersiapkan 'kejutan manis'.Mereka baru saja menggamit lengan Erato begitu sesuatu yang tajam tertancap di paha mereka sendiri. Tajam dan pedih, sementara semacam cairan menyembur masuk. Melebur seketika bersama aliran darah dan bekerja efektif melumpuhkan sistem saraf mereka."A-A-A-paaa....?" keduanya berusaha keras untuk mencabut jarum suntik yang tertancap sambil meraih senjata masing-masing. Namun sebelum terlaksana, Paha mereka terasa kebas dan kaki mereka turut goyah, begitu lemas lunglai sekaligus tak mampu lagi digerakkan maupun ditegakkan."Selamat tidur!" Erato mengerucutkan bibir sambil mendorong mereka ke samping. Kepala kedua petugas itu keras terbentur ke dinding, namun mereka sudah 'tertidur' hingga tak lagi merasakan apa-apa.Rekan-rekannya berusaha mendekat, namun Xander segera menahan
Kembali ke lorong dimana Xander dan Erato sedang berjalan mundur perlahan-lahan di bawah desakan dan todongan senapan milik si petugas White Nest.Mereka memilih untuk bersikap kooperatif, setidaknya untuk sementara. Si petugas tersenyum senang, "Bagus! Malam ini aku jadi Juruselamat di sini dan semua orang akan berterimakasih kepadaku karena telah menangkap dua prtugas palsu yang mencoba melarikan diri!"Namun Xander sepertinya tahu, bila mereka kembali ke awal lorong, mungkin sekali di sana telah menunggu belasan atau puluhan pasien yang tadi'berpesta' di pertengahan koridor'"Siap-siap saja, Erato! Sebentar lagi, kita segera raih apa yang masih ada di saku kita, dan ikut berpesta bersama pasien-pasien yang sudah 'bebas' ini!" bisik Xander sekali lagi, "Perhatikan saja kiri kananmu dan jangan lengah! Anggap saja kita sedang 'memancing'! Kau mengerti maksudku, bukan?""Aku mengerti!" Erato tersenyum, "Banyak sekali hewan gurun berbuat seperti ini,
Sebagian besar staf yang terdesak dan masih 'bertarung' dengan para pasien yang membanjiri ruang makan segera menyadari, saat-saat itu bisa jadi adalah saat-saat terakhir dalam hidup mereka.Pertarungan final mereka!Pasien-pasien yang mereka rawat, entah dengan sepenuh hati ataupun hanya demi kewajiban dan honor besar belaka, kini terlepas dan hanya ingin bebas.Mereka mungkin ingin 'sembuh' dan segera lulus dari sini, namun tak selamanya profesionalitas, keramahan dan kenyamanan berbalut kemewahan akan memberikan hasil yang diharapkan.Semua keinginan terpendam untuk bebas itu malam ini akhirnya 'terwujud' meskipun terpaksa mempertaruhkan nyawa masing-masing. Tentu saja, sebagian besar pasien-pasien itu masih belum sembuh benar, bahkan ada yang makin menjadi-jadi.Beberapa 'pyromaniac' alias pasien kasus mania jenis api, pernah menjadi tersangka sebagai 'firestarter' alias orang yang suka membakar sana-sini, segera tertarik pada nyala merah jingg
Petugas wanita itu tadinya hampir saja menarik pelatuk senapan yang sedang ia genggam. Namun usaha Xander untuk 'menaklukkannya' sepertinya tak sia-sia. Walaupun dengan cara yang begitu mengejutkan dan 'berbeda'.Pemuda tampan tak dikenal itu mengecupnya lembut dan memeluknya erat-erat, pertama-tama hampir membuatnya marah besar. Berani-beraninya! Namun sungguh begitu aneh, mengapa orang asing ini begitu magnetik dan sanggup melumpuhkan keberadaannya hanya dengan sebuah keintiman dadakan?Seperti orang yang betul-betul jatuh cinta dan diberi kesempatan pertama untuk 'kencan kilat' yang tanpa basa-basi! Tanpa berbincang-bincang dan jalan-jalan atau pendekatan! Petugas itu terpana dan larut dalam momen yang biasanya hanya ia saksikan dalam drama-drama atau opera sabun di layar televisi saja! Satu-satunya hiburan selama bertahun-tahun bekerja dalam kebosanan di kompleks ultra modern yang sedang dalam kekacauan ini!Senapannya terlepas dari genggaman, keduanya terja
Mobil sewaan Xander dan Erato tak bergegas keluar dari pelataran parkir yang kosong. Sedikit terpana, mereka berdua terduduk di jok depan, menyaksikan detik-detik terakhir kejatuhan White Nest.Orang-orang yang berada di luar berusaha keras mengevakuasi rekan mereka yang tertinggal di dalam. Namun 'sistem keamanan' yang telah aktif lagi, didesain sedemikian rupa untuk melakukan prosedur keamanan terakhir. Menutup rapat-rapat semua yang tersisa di bawah atapnya, takkan bisa lagi terbuka hingga butiran debu terakhir!Sebentuk bangunan besar putih ultra modern minimalis itu semula begitu dingin, kokoh dan sepertinya takkan pernah tergoyahkan.Namun justru ketika lampu telah menyala saat virus komputer rancangan Xander telah berhasil dilumpuhkan antivirus White Nest, semua malapetaka malah berawal. Arus listrik yang kembali mengalir dari generator darurat bertemu dengan nyala api yang berasal dari dapur. Dengan gembira kedua jenis energi yang sama-sama bersifa
Erato segera melakukan semua yang dititahkan Xander sementara pemuda itu terus menekan pedal gas, mengemudikan mobil sekencang-kencangnya menghindari bidikan membabibuta senapan-senapan beberapa petugas White Nest."PRANG!" butir-butir timah panas berhasil menembus kaca belakang mobil sewaan itu, menimbulkan pecahan dan beberapa retak kecil hingga besar. Namun Xander dan Erato tak peduli, yang penting mereka berhasil pergi dengan selamat!Teriakan marah para petugas dan usaha mereka mengejar kendaraan itu ternyata sia-sia belaka.Gerbang sepi itu berhasil Xander dan Erato terobos setelah nekat menabrak palang elektronik dan beberapa benda penghalang. Mereka tak peduli bila body mobil sewaan itu mulai penyok dan lecet-lecet. Yang penting segera pergi sejauh mungkin dari neraka terpencil ini lalu mencari jalan untuk berlayar ke Pulau Vagano!Mereka berlalu dalam kegelapan meninggalkan semua yang ada di belakang, tak lagi menoleh ke arah White Nest yan
Kai, yang kini sudah teringat sedikit demi sedikit pada jati diri aslinya sebagai Ocean Stallion Vagano, merenung seorang diri sepanjang siang hingga sore menjelang.Menghadap pantai permai berpasir putih dan berombak biru dimana Aina beberapa waktu silam menemukannya.Ia sendiri sedikit demi sedikit mulai teringat, di tempat serupa ini di sisi lain dunia ini, ia pernah mengalami kejadian yang hampir sama.Saat dirinya beberapa tahun silam berkuda seorang diri, sebentuk sosok tergeletak di atas pasir menarik perhatiannya. Ia tak ingin tahu dan ragu-ragu pada awalnya, bahkan sempat ingin meminta pertolongan kepada orang-orang lain saja.Ya, Kai perlahan mulai teringat, dalam kehidupan 'lama'-nya sebagai Ocean, ia memiliki perkebunan dan juga puri tua megah. Baginya hidup terasa begitu mudah. Apapun yang ia inginkan tersedia. Kecuali wanita, sebab tak ada sosok gadis muda di pulau kecil yang keluarganya huni secara turun temurun itu.Namun hari itu s
Malam sudah mulai larut saat Aina tiba di desa kecilnya. Melalui perjalanan seorang diri menembus hutan tropis hijau di bawah penerangan bulan purnama, akhirnya gadis itu tiba kembali di kampung halamannya yang damai.Semua orang belum ingin terlelap. Masyarakat desa nelayan tradisional yang belum terlalu terbuka pada peradaban modern itu masih sibuk mempersiapkan ritual pernikahan Aina yang akan digelar esok pagi. Beberapa wanita sibuk merias tempat upacara yang akan digunakan. Aroma sedap memenuhi udara. Beberapa pria bersemangat memasak berbagai hidangan lezat dalam jumlah besar untuk pesta besar-besaran. Anak-anak kecil bermain-main bebas di antara kesibukan orangtua mereka. Tampaknya seisi desa begitu gembira menyambut acara nuptial yang akan digelar tak lama lagi. Keluarga besar Aina memang cukup terpandang di suku yang berjumlah ratusan jiwa itu.Mereka semua dikejutkan dengan kedatangan sendirian sang calon mempelai wanita pada malam hari menjelang hari terpent