Share

Melawan Pelakor

Setelah kepergian Alma, Sania menggerang kesal. Dia merasa ditantang oleh Alma.

"Aku janji gak akan biarkan dia menang, pelakor seperti aku juga berhak bahagia," ucap Sania.

"Astaghfirullah, ternyata anakku sudah gila," ucap Kurnia.

"Ibu diam saja, ibu tahu apa soal kebahagiaan Sania. Dulu ibu menjodohkan aku dengan papanya Ibra, nyatanya apa. Dia bukan orang baik yang bisa menjadi papa untuk Ibra. Apa salah kalau aku sekarang ingin merasakan kebahagiaan?" tanya Sania.

"Tidak salah, tapi jangan suami orang. Kayak gak laku aja sama yang bujang sampai harus jadi pelakor," jawab Kurnia.

"Kalau ibu tak suka diam saja. Jangan ganggu kesenangan Sania!" banyak Sania.

Kurnia menggeleng melihat kelakuan putrinya. Bagaimana bisa dia menjadi anak yang sudah diatur.

**

Ketika Firman pulang kerja, Sania membawakan makanan untuk Firman.

"Mas, ini makanan buat kamu," kata Sania menyodorkan plastik berwarna hitam.

Alma sengaja menubruk Sania hingga plastik itu jatuh, dan dengan sengaja Alma menginjak makanan itu.

"Ups maaf ke injak," kata Alma sambil menutup mulutnya. "Udah kotor, Mas. Jangan di makan ya!" pinta Alma tersenyum.

"Alma, kamu keterlaluan," ucap Firman.

"Aku gak sengaja, Mas. Lagian kalian berdiri di depan pintu kang menghalangi jalan," kata Alma.

Sania dengan manja bergelayutan di lengan Firman. Dia mengadu jika siang tadi Alma menamparnya.

Tiba-tiba ada tetangga yang lewat sehingga dengan sengaja Alma mendorong Sania hingga tangannya terlepas dari lengan Firman dan jatuh.

"Aduh, jangan gitu dong Sania! Kamu kok malah nempel sama suamiku," kata Alma.

"Mbak Alma, kenapa Sania di dorong?" tanya salah satu tetangga Alma yang sedang lewat.

"Oh tadi ada nyamuk nempel di lengan suamiku, Bu. Jadi ya aku singkirkan saja," jawab Alma.

"Mas Firman sama Sania kok terlihat akrab banget sih. Jangan-jangan kalian," ucapan mereka tak diteruskan.

"Udah deh Bu, jangan suka ikut campur urusan orang," sahut Sania yang sudah berdiri lagi.

Ibu-ibu tadi lalu melanjutkan jalan sambil mengomel. Mereka membicarakan Firman dan Sania.

"Sania, udah kan ketemu sama suamiku. Mendingan kamu pulang saja," kata Alma.

"Sania kamu pulang saja, kita harus hati-hati agar tetangga tidak curiga," sahut Firman. "Dan kamu Alma, jangan pernah kasih tahu siapapun hubungan kami," ancam Firman.

"Sepandai-pandainya menyiapkan bangkai pasti akan ketahuan juga, Mas," ucap Alma lalu menarik tangan Firman untuk masuk ke dalam rumah.

Firman mengikuti Alma, dengan kasar Alma menutup pintu dan menguncinya. Dia tak mau jika Sania masuk ke dalam rumah.

**

Sania dan Firman diam-diam bertemu lagi di luar setelah beberapa hari tidak berkomunikasi. Alma yang tahu hal itu langsung membuntuti Firman malam itu.

Mereka bertemu di salah satu restoran. Mereka masih tampak mesra walaupun di tempat umum.

"Mas, aku kangen kamu. Dua hari aja kita gak komunikasi udah bikin aku rindu," kata Sania lalu memeluk Firman.

"Makan dulu, setelah itu kita ke hotel biasa," ucap Firman.

Alma yang mendengar hal itu langsung merencanakan sesuatu untuk mereka. Mereka memesan makanan, tidak berapa lama makanan mereka datang.

Sementara Alma hanya pesan minuman sambil menunggu mereka makan.

"Mas, kenapa sih gak kamu ceraikan saja Alma?" tanya Sania. "Katanya kamu udah gak cinta sama dia," sambung Sania.

"Sabar, tunggu waktu yang tepat. Dia kan gak akan berani sama aku. Jadi kamu tenang saja, kita nikmati saja hubungan kita ini," ucap Firman.

Mereka makan dengan lahapnya, sesekali Sania bertingkah manja pada Firman. Hal itu membuat Alma merasa jijik.

**

Setengah jam kemudian mereka pergi ke hotel. Alma membuntuti mereka hingga ke depan kamar hotel.

Sementara Alam di luar menunggu, Sania dan Firman sudah masuk ke dalam kamar dan siap untuk memadu kasih.

Firman merangkul tubuh Sania dan hendak menciumnya. Namun, Sania menghentikan Firman.

"Bentar, Mas. Perutku mules," kata Sania.

Dia berlari ke kamar mandi, dia merasakan perutnya sakit melilit. Sania keluar dari kamar mandi hendak meneruskan kemesraan dengan Firman. Namun, lagi-lagi perutnya sakit.

"Mas, aku mules lagi," kata Sania kembali ke kamar mandi.

Entah berapa kali Sania bolak balik ke kamar mandi. Hingga akhirnya Firman protes dan kesal pada Sania.

"Ya ampun Sania, bau banget sih kamu. Udahlah gak usah diterusin saja. Mendingan kamu pulang dan jangan lupa beli obat," kata Firman.

"Mas, jangan marah dong. Perutku benar-benar mules," bujuk Sania.

Alma di luar tersenyum karena rencananya berhasil. Dia segera pergi, dia tak mau ketahuan oleh mereka.

Sania pulang bersama Firman, di dalam mobil beberapa kali Sania buang angin sehingga membuat Firman ingin mual. Mereka mampir ke apotik untuk membeli obat diare setelah itu mampir ke toilet umum.

"Aku kira bakal senang-senang yang ada aku di bauin," omel Firman.

"Kayaknya aku salah makan deh Mas tadi. Makanya aku diare," kata Sania. "Jangan marah ya, Mas! Nanti kalau udah sembuh kita ketemu lagi," kata Sania.

Firma terlanjur kecewa dia mengantar Sania tapi tidak sampai depan rumah karena takut ada yang melihat. Dia diberhentikan di perempatan.

Terpaksa Sania harus naik ojek karena dia tak kuat untuk jalan kaki. Beruntung masih ada tukang ojek yang mangkal.

Sampai di rumah, Firman langsung masuk ke kamar. Di lihatnya Alma sudah tidur. Dia mendekati Alma hendak mengajaknya memadu kasih tapi Alma tak kunjung bangun.

Akhirnya Firman bersolo ria di kamar mandi. Alma yang hanya pura-pura tidur merasa puas bisa memberi mereka pelajaran. Ini baru awal perlawanan Alma. Dia tak akan mudah untuk menyerah.

**

"Semalam pulang jam berapa, Mas?" tanya Alma. "Bagaimana acaranya, lancar?" tanya Alma.

"Kepo kamu," jawab Firman sinis.

"Biasanya kalau habis keluar malam happy banget ini kok murung. Semalam gagal total ya?" tanya Alma.

Tiba-tiba Sania datang, dia langsung memeluk Firman di depan Naomi dan Alma.

"Naomi, sarapan di ruang keluarga saja ya," kata Alma. Naomi nurut saja pada Alma dan membawa piringnya ke ruang keluarga. "Sania, harusnya kamu jangan perlihatkan kedekatan kalian pada Naomi. Kasihan dia kalau tahu papanya selingkuh," kata Alma.

"Aduh, lagian dia tahu apa sih. Dia kan masih kecil mana tahu kalau papanya selingkuh," kata Sania masih begelayut manja.

"Siapa yang selingkuh?" semua orang menoleh ke arah sumber suara.

Firman langsung menyingkirkan tangan Sania ketika melihat siapa yang baru saja datang.

"Kenapa pada diam? Siapa yang selingkuh?" tanyanya.

Firman langsung panik, dia mengunci mulutnya agar tak salah bicara. Dia tak mau jika di salahkan karena telah mengkhianati Alma.

"Oh itu, Ma. Tetangga sebelah yang selingkuh," jawab Alma.

"Aku dengar Firman yang selingkuh. Apa benar Firman?" tanya sang mama--Dewita.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status