Share

Mawar putih

Bab 5 

Kirana berangkat kerja seperti biasa, berjalan kaki menyusuri lingkungan yang kumuh. 

Biasanya Kirana berjumpa dengan Pram di tengah jalan, namun hari ini tak ada Pram yang memanggil namanya. Bahkan semalam dia tidak terima pesan dari Pram. 

'kenapa aku jadi memikirkan Pram..' gumam Kirana.

Setibanya di kantor, hal yang pertama Kirana lakukan adalah membersihkan ruangan Pak Randy. 

Saat ingin membersihkan ruangannya, Pak Randy sudah berada di dalam. 

'kenapa sepagi ini sudah tiba,' lirih Kirana.

"Permisi Pak," ucap Kirana dengan perlahan, namun Pak Randy sama sekali tidak menggubrisnya. 

Kirana mengepel lantai dengan cepatnya, sebab ia merasa risih terus diperhatikan oleh Bosnya itu. 

"Nanti malam aku akan datang kembali bersama orangtuaku," ucap Pak Randy dengan datar.

Kirana menghiraukan ucapan Bosnya itu, dia tetap sibuk dengan pekerjaannya. Saat Kirana hendak keluar, Pak Randy menghadang jalan Kirana. 

"Bawa ini, dan beli apapun yang kamu suka. Jangan lupa beli baju yang layak untuk nanti malam." Pak Randy menyodorkan sebuah kartu atm. 

"Simpan uangmu, kenalkan aku apa adanya kepada orangtuamu," tolak Kirana secara tegas. 

Kirana berlalu begitu saja. 

Kirana tidak ingin keluarga Pak Randy melihat dirinya beda karna uang, Kirana ingin tampil apa adanya di mata keluarga Pak Randy. 

Pak Randy tertegun mendengar penolakan Kirana, dia tidak suka di tolak. 

...

Jam istirahat tiba, Kirana tak seceria sebelumnya. Tidak banyak kata yang keluar dari mulutnya. 

"Ki, sepertinya akhir-akhir ini kamu lebih banyak diam?" Tanya Ryska saat mereka jalan beriringan menuju kantin.

"Masa sih, Rys? Ko aku ngerasa biasa aja ya." 

"Sebenernya kamu kenapa, Ki? Cerita dong sama aku.." 

"Aku belum bisa cerita sama kamu Rys, maaf." 

"Kita makan di meja sana aja yuk, Rys." ajak Kirana mencoba mengalihkan pertanyaan Ryska. 

Kirana belum bisa cerita kepada siapa pun perihal bos nya yang akan melamar dirinya. Sebab Kirana tidak ingin menjadi bahan gosip di tempat kerjanya. 

[Tunggu aku di kantin.] Sebuah pesan masuk dari nomer yang tak di kenal. 

Kirana mengernyitkan keningnya, dia tidak tau siapa yang sudah mengirim pesan kepadanya. 

Lalu Kirana mengabaikan pesan tersebut.

[Aku sudah berada di kantin, meja paling belakang.] Namun nomer tersebut mengirimkannya lagi pesan kepada Kirana. 

"Rys, aku tinggal sebentar ya," ucap Kirana saat hendak mencoba mencari siapa si pengirim pesan sebenarnya. 

Saat Kirana menengok ke kanan dan kiri mencari keberadaan orang tersebut. Namun Kirana hanya melihat sosok si Bos menyebalkan di meja paling belakang. 

Kirana menghampirinya, sebab tidak ada lagi orang yang duduk di sana kecuali Bosnya itu. 

Si Bos menyebalkan itu-Pak Randy memberikan sebuah bunga mawar putih kepada Kirana.

"Untuk mu,"  ucapnya dengan singkat.

"Untuk, aku?" Kirana merasa heran dengan sikap Bosnya yang menyebalkan itu. 

"Dan ini." Pak Randy menyodorkan sebuah paper bag berwarna pink kepada Kirana. 

"Pergilah." Pak Randy mengusir Kirana. 

'Whaaat?! Dia memberikan ini kepadaku? Untuk apa?'

[Pakai itu untuk nanti malam, aku tak suka ada penolakan.] 

'Dasar Bos nyebelin, belum jadi suami aja sudah sok ngatur aku.' gerutu Kirana. 

Kirana kembali menghampiri Ryska, yang sudah menikmati makan siangnya. 

"Kamu bawa apa, Ki?" Tanya Ryska saat melihat sahabatnya itu membawa sebuah paper bag dan ada sebatang mawar putih di dalamnya. 

"Ciiee.. dari someone specialkah?" Ryska menggoda Kirana 

Namun Kirana hanya diam tak menanggapi ocehan Ryska.

"Nanti kamu akan tau ko, Rys," jawab Kirana

...

Malam pun tiba, Kirana sudah bersiap untuk kedatangan Pak Randy dan keluarganya. 

Kirana mengenakan Dress panjang berwarna pink yang di padukan dengan warna hitam, membuat Kirana terlihat sangat elegan dan cantik. 

Sebuah deru mesin mobil terdengar, menandakan bahwa Pak Randy sudah tiba. 

Hati Kirana berdebar menjadi tak karuan, Bu Laras pun harap-harap cemas ingin segera melihat sosok seorang Haris Chandra. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status