Share

Proof of Self

Aku terbangun dari tidurku ketika mendengar suara berisik beberapa orang disekelilingku dan aku mengerjapkan mataku beberapa kali setelah mendengar bunyi bip pelan yang konstan. Karena penasaran dari mana bunyi itu berasal aku menggulirkan pandanganku ke samping dan berakhir mendapati selang infus dan alat-alat vital sign terpasang ditanganku.

“Florenzee Hwang, can you hear me how do you feel?" Pertanyaan itu terdengan tidak beberapa lama setelah aku membuka mataku.

Aku menoleh ke kanan dimana di sana terdapat seseorang berseragam putih bersih dengan name tag - Chaeyon— berdiri tepat di sampingku wanita tersebut mengecek patient monitor sign sebelum kembali beralih bertanya kepadaku. Tidak perlu bertanya dengan apa yang terjadi karena aku cukup ingat apa yang terjadi padaku hingga aku berbaring disini dengan selang infus.

"Jadi kali ini berapa lama?" Tanyaku dengan suara yang pelan dan serak, melihat bagaiman alat medis yang terpasang di tubuhku sebenarnya itu sudah mendeskripsikan kalau kali ini lebih parah daripada sebelum-sebelumnya.

"Two days, merujuk dari kalimat yang kamu katakan saya pikir ini bukan pertama kalinya kamu mengalami kelelahan hingga sampai pingsan benar?" Tanya Chaeyon kepadaku.

Aku mengangguk, lalu memejamkan mataku belum terbiasa dengan cahaya terang diatas kepalaku, "Saya sedikit pusing dengan cahaya lampunya." kataku memberitahu.

"Saya akan meredupkan lampunya, dan Florenzee Hwang saya harap kelelahan hingga pingsan seperti ini tidak lagi terjadi kepada kamu mengingat bagaimana seriusnya kondisi ini." katanya menasehati sebagaimana tugasnya.

"Right, terimakasih Dokter."

"Kalau begitu saya permisi." Ungkapnya sebelum keluar dari ruangan rawat inapku. Beberapa menit kemudian setelah dokter tersebut keluar aku mendengar pintu terbuka dan tertutup kembali dengan suara pelan.

"Aku dengar dari dokter kamu sudah sadar."

Aku membuka mata hanya untuk melihat Michael berdiri didepan pintu yang tertutup dengan kopi Starbucks ditangannya. Ngomong-ngomong aku jadi ingin minum moccachino melihat tumblr di tangan pria itu tapi jika aku meminta pasti Michael tidak akan mengijinkannya.

"Ya, as you can see."

Michael mendekat menarik satu kursi kesamping ranjang, pria itu menatapku sejenak dengan bimbang, "Aku tidak tahu ini berita buruk atau baik," katanya dan itu terdengar agak menyeramkan bagiku jika pria itu sudah mengatakan hal seperti itu.

Aku mendengar penuh antisipasi menerka apa yang terjadi selama aku tidak sadar selama dua hari ini. "Pertama, kita tidak bisa membatalkan schedule kamu di Hongkong mereka tidak memberi keringanan and unfortunely kita harus berangkat secepatnya." Kata Michael pria itu agak menyesal saat mengatakan hal tersebut dan aku tahu dia tidak bisa membuat agensi untuk membatalkan schdule ku karena pinalti yang akan di berikan juga begitu besar.

"Itu kabar buruk, so and then?" kataku bertanya.

"Brian will kill you there, pria itu sudah mengamuk di agensi sebenarny."

Brian?

Brian?

Aku mengangkat alisku berfikir keras, Michael menungguku reaksiku, dan pada hitungan kelima aku tahu maksudnya.

Oh astaga aku melupakan hal yang terpenting?

Brian – Rick Brian – adik kandung kesayangan ku yang kelewat begitu posesif!

"Aku asumsikan dia tahu aku di rawat karena collapse?" Tanyaku retoris.

"Yeahhh maafkan aku, kamu tahukan aku tidak bisa menyembunyikan apapun dari Brian." Kata Michael menyesal karena tidak berusaha lebih baik.

Aku hanya mengangguk mengerti. Brian adalah adik posesif yang selalu khawatir dengan kesehatanku jadi aku tidak terkejut akan berita itu. Yang paling buruk tentang Brian adalah adik kurang ajar itu pernah membuatku tidak manggung selama beberapa Minggu setelah aku sakit dan menyuruh ku untuk berhenti dari pekerjaanku saja karena katanya dia yang akan menafkahi diriku, mengingat hal tersebut membutku hanya bisa menggeleng.

"Ngomong-ngomong, dimana Sara aku tidak melihatnya?" Tanyaku.

"Dia menyiapkan segala keperluan kamu, ketika mendengar kamu telah sadar."

"Bagaimana jika aku tidak sadar hari ini ... pinalti untuk Hongkong besar banget ya?" kataku seenaknya membuat Michael memelototi ku sebal.

Hei ada apa dengan ekspresinya itu Aku kan hanya berbicara fakta. Ini bukan pertama kalinya aku seperti ini, jadi segala kemungkinan pasti ada entah itu baik atau buruk.

"Pinalty yang cukup besar lagi jika kamu tidak segera sadar... mungkin aku juga harus mulai menjual beberapa aset kamu." katanya ia mendengus dengan sebal, aku terkekeh sudah berapa kali ya aku membayar Pinalty, Tapi yang jelas aku bahkan harus merelakan Apartemen ku di New York ku jual untuk membayar Pinalty.

"Oh iya bagaimana dia?" Tanyaku tiba-tiba mengingat siapa orang terakhir yang ada di dekatku sebelum aku menutup mata.

Michael mengangkat alisnya, wajah bodohnya menyebalkan, "Dia?"

Aku memutar bola mataku kesal, Michael benar-benar menyebalkan dengan senyumnya yang jelas-jelas sedang mengolok-olok diriku, "Jake Jeon." Kataku dengan masam.

"Oh," pria itu menganggukkan kepalanya beberapa kali, "Ada rekaman dari fans yang menunjukkan detik-detik kamu jatuh and as we imagine kamu dan Jake menjadi number one headline banyak spekulasi yang saat ini beredar di publik tapi kami tidak akan membuat konfirmasi apa-apa." Kata Michael panjang lebar.

"Kenapa tidak?!" Tanyaku dengan terkejut bukannya apa, tapi kalau agensi tidak segera mengkonfirmasi publik akan semakin menggila mengingat banyaknya fans pria itu yang luar biasa kan dan, jika terus seperti ini fans akan menganggap spekulasi itu adalah fakta. Aku bukan orang naif!, Itu sudah jelas jika mereka kedua agensi ku dan Jake bersekongkol.

"Hei! Jangan marah-marah tensi mu nanti naik!"

Michael tertawa keras dibuat-buat dan aku menyumpahi nya agar tersedak liurnya sendiri!

"Michael kamu benar-benar ya! makan gaji buta jadi manager aku!" teriakku menuduh dan setelah aku menyelesaikan ucapanku tersebut pintu kamar ku terbuka menampilkan sosok orang yang selalu ingin kuhindari di sana – Jake Jeon.

"Well, karena kamu punya tamu aku keluar dulu." kata Michael dia menepuk kepalaku dua kali sebelum meninggalkan ku dengan Jake yang sekarang mendekati Ranjang ku.

Pria itu duduk ditempat Michael tadi, dia kelihatan bingung dan juga gugup karena berada di sekeliling ku, "Hi gimana keadaan kamu?" tanyanya dengan suara pelan, pertanyaan Jake membuatku kembali menatapnya tanpa sadar dan mendapati pria itu yang sekarang tersenyum kikuk. "Maafkan aku, karena bertindak gegabah saat itu."

Apa yang harus di maafkan? Jake tidak salah apapun, apakah pria itu menyesal karena telah menyelamatkan aku?

"Aku yang harusnya berterimakasih karena berkat kamu aku enggak jatuh ke bawah." kataku dengan tulus aku membalas senyumannya dengan senyuman tipis sebelum senyumku berubah menjadi ringisan, karena tiba-tiba rasa sakit di kepalaku kembali menyerang dengan lebih intens, aku memejamkan mata dan menekan pelipisku kuat-kuat.

"Florenzee kamy baik-baik saja, mau aku panggilkan dokter?" tanya Jake cemas.

Aku tidak menjawabnya dan terus menekan-nekan pelipisku hingga rasa sakit di kepalaku kembali mereda beberapa saat kemudian, saat rasa sakit itu mulai mereda aku kembali membuka mata, dan mataku langsung bertemu dengan mata Jake yang menatapku dengan tatapan .... khawatir?

Kenapa dari banyaknya orang aku harus terlihat lemah sih didepannya?! Menyebalkan sekali kenapa pusingnya dihadapan Jake?

Aku menekan pelipisku sambil memejamkan mata.

"Bukan salahmu kok jangan merasa seperti itu, ini adalah salahku sendiri intinya."

Aku merasakan tanganku yang sedang menekan pelipisku ditepis secara halus, lalu tangan besar dan hangat menggantikan tanganku. Sontak aku membuka mata mendapati Jake yang mencondongkan tubuhnya kearah ku dengan tangan besarnya menekan-nekan pelipiskuku dengan lembut! sial apa-apaan sih pria itu, "Jake."

Aku mencoba bangun namun tangan Jake yang lain menekan tubuhku tidak mengizinkan aku bangun dari posisi diriku yang rebahan. Aku diam dan menatap nya yang sesekali meringis, "Kali ini biarkan aku yang melakukanya." katanya ambigu.

Aku mengerutkan keningku karena sama sekali tidak paham dengan maksudnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status