Share

Half Hell Half Heaven

Jake Jeon, adalah anggota BXS yang paling muda, tapi walaupun pria itu yang paling muda perawakannya tidak mendeskripsikan demikian. Pria itu tinggi, lebih tinggi dariku. Bertubuh tegap atletis dan memiliki kesan garang dan bad boy vibe. warna matanya hazel dan dia memiliki tahi lalat super kecil di bawah mulutnya, membuatnya tampak imut.

Kalau aku harus mendeskripsikan dia dalam satu kata maka aku mengakui kalau dia itu hampir menyentuh kata sempurna. Dari yang aku dengar di industri ini Jake itu adalah orang yang pendiam, atau mungkin lebih cenderung tidak tersentuh? Intinya dia itu begitu dingin untuk sesama rekan kerja sesama artisnya namun juga begitu hangat dan dapat digapai seperti citra yang selama ini dia tampilkan didepan para penggemarnya. Intinya Jake dapat menempatkan dirinya sendiri dengan baik.  

Di dalam ruangan sempit disebut sebuah lift itu aku tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan Jake juga sama saja. Dia hanya bicara jika itu mendesak dan selebihnya dia hanya berkomunikasi dengan ku dengan bahasa isyarat! Lift yang kami tumpangi bergerak naik dan berhenti di lantai sepuluh Bigs Labs. Jake berjalan keluar lebih dahulu dan berhenti tepat di sebuah pintu besar yang tertutup rapat kurasa itu juga kedap suara. Ada tag label bertuliskan BXS Practic Room di depannya dan kurasa memang di sini tempat Charlie berada.

“Charlie ada di sini, silahkan,” katanya dengan suara yang menyerupai gumaman. Dia mempersilahkan aku masuk lebih dahulu. Karena tidak ingin berlama-lama bersama dengan pria kaku itu, aku mengangguk sopan dan mendorong pintunya terbuka ketika aku masuk ke dalam yang ternyata adalah sebuah studio latihan aku akhirnya melihat Charlie di sana sedang bercanda gurau dengan Ramon.

Melihat pria itu begitu senang tanpa memikirkan diriku yang hampir tidak bisa masuk ke dalam gedung membuat diriku naik pitam! Dia yang meminta diriku datang, tapi dia juga yang tidak menyambutku dengan baik aku geram tentu saja! Langkahku berderap menuju ke arahnya dan aku tidak lagi memedulikan keadaan sekitar ku dan akhirnya aku melemparkan topi yang tadi ku kenakan kearahnya saat jarak kami cukup dekat. Mendapatkan lemparan topi itu dia terkejut namun sedetik kemudian tersenyum sok manis saat menyadari siapa yang melakukannya.

Son of bitch! Aku bahkan hampir tidak bisa masuk, dan kamu masih bisa tertawa ha ha hi hi di sini?” tanyaku dengan suara yang cukup pelan hingga hanya dapat di dengar oleh Charlie saja yang menarikku untuk duduk lesehan di lantai bersama dengannya.

“Kamu sudah datang kenapa tidak menelpon?” tanyanya dengan ringan, dan aku hendak menghajarnya kembali jika tidak mengingat di depanku ada Ramon yang mengawasi gerak-gerik yang aku lakukan.

“Tidak menelpon katamu?!” kataku menahan pekikan kekesalan yang meluap-luap karena pertanyaannya.

Tahu bahwa dia salah Charlie terkekeh. “Ups, aku lupa ponselku karena di charger,” katanya. Charlie tertawa dengan agak keras membuatku bergidik ngeri. Dia ini kenapa tidak tahu tempat saat tertawa? Ini bukan tempatnya kenapa dia begitu nyaman?

“Sekali lagi jika kamu meminta Cha Sara mengosongkan jadwal ku mati ya kamu!” peringatku tidak main-main.

“Kamu tidak akan bangkrut tidak bekerja satu hari Zee, easy.”

“Kenapa memanggilku?” tanyaku penasaran. Dia gak biasanya memanggilku tanpa agenda.

“Tidak ada, aku butuh teman dan aku pikir kamu harusnya membangun relasi juga di sini.” 

No need!” sentakku kesal kelepasan karena ternyata pria itu meminta ku datang hanya untuk membuang waktuku yang berharga. Aku memilih mengabaikannya dan membuang muka ke sekeliling dan baru menyadari jika bukan hanya ada aku, Ramon, Jake dan Charlie di sini. Ada Jimmy si bontot berambut kuning keemasan sedang menatap ku di ujung ruangan dengan mug di kedua tangannya. Sedangkan August si dingin dan paling acuh dengan sekelilingnya terbangun dari tidurnya dan menatapku dengan geram. Kurasa pekikan ku terlalu keras hingga membangunkannya. Aku menatapnya dengan menyesal.

Florenzee-ssi? Perkenalkan saya Ramon.” Lawan bicara Charlie menarik atensiku dari sekeliling dia mengulurkan tangannya kepadaku dan kubalas dengan senyuman canggung, karena agak tiba-tiba harus berkenalan secara formal dengan mereka. Kami tidak pernah bersinggungan secara langsung.

“Senang bertemu denganmu Ramon, saya Florenzee.” Aku menjabat tangannya, kupikir tidak sopan jika aku mengabaikannya.

“Aku pernah bilang kan, kalau aku ingin kolaborasi dengan Idol K-POP?” tanya Charlie dia menyenggol lenganku dengan pelan. “Aku memutuskan untuk kolab dengan BXS,” lanjutnya.

“Oh, semoga berhasil kalau begitu aku–“

Food is coming!”

Kami menoleh serentak ketika pintu terbuka dengan suara yang agak keras dan menampilkan Hobee dan Vins di sana dengan tangan penuh plastik putih kemasan. Keduanya agak terkejut saat melihat ku dan aku memakluminya karena kan aku ini tamu yang tidak diundang bagi mereka. Keduanya agak ragu untuk mendekati tempat ku duduk dan minggir bergabung bersama dengan Jimmy dan Jake.

Karena aku orangnya peka dengan keadaan kalau mereka canggung dengan kehadiranku aku memutuskan untuk berdiri. “Aku akan ke sudut dulu kamu selesaikan agenda kamu dengan mereka,” kataku. Aku menepuk lengan Charlie dan beralih menatap Ramon. “May I?” tanyaku kepada Ramon meminta ijin lagipula ini bukan tempatku dan aku sadar posisi kalau aku adalah tamu di sini.

Sure, kamu dapat menggunakan sofa yang baru saja di tempati August,” katanya menunjuk sofa tersebut. Aku mengangguk berterima kasih dan berjalan menuju ke sudut ruangan ke arah tempat yang baru saja ditinggalkan oleh August.

Benarkan? Setelah sepeninggalan diriku, mereka bertujuh ditambah Charlie berkumpul membentuk lingkaran dan sedang membicarakan sesuatu dan aku terlupakan di sudut ruangan. Mereka masih terus berbicara dan tidak ada tanda-tanda akan selesai. Jika tahu begini aku tidak akan datang! Selagi mereka berbicara aku membunuh waktu dengan bermain ponsel hingga tidak sadar kalau aku perlahan mengantuk dan berakhir terlelap dengan pulas.

***

Aku terbangun dari tidur singkat ku ketika mendengar suara riuh di sekitarku. Mataku mengerjap mencoba mengumpulkan kembali nyawaku, hal pertama yang aku lihat saat mataku benar-benar terbuka adalah wajah Sara yang nampak tidak biasa tepat ada di hadapan ku. “Wakey sleeping beauty,” katanya itu sarkasme, tapi aku tidak akan mempermasalahkan itu berhubungan aku baru bangun dan mood-ku lumayan bagus.

Menuruti keinginannya, aku menyenderkan punggungku di sofa dan meneliti keadaan sekitar. Aku masih berada di ruang latihan BXS dan hanya terlihat manager BXS dan Michael Alford. Aku tidak melihat member BXS yang lain. Apakah sudah jam tujuh malam makannya mereka menjemput diriku?

Hi, kamu sudah bangun?” tanyanya dengan suara yang lembut lebih lembut daripada biasanya membuat diriku menatap dirinya was-was.

“Kamu membuat kesalahan Charlie?” tanyaku langsung menatapnya dengan mata memicing. Kalau pria itu bersikap baik pasti ada sesuatu hal buruk yang dia sembunyikan. Aku sudah terlalu mengenal pria itu dan kadang aku menyesal punya intuisi supeet tepat itu.

Charlie tidak menjawab dia hanya memaksakan senyumnya membuat diriku bertanya-tanya, apa yang ku lewatkan saat tidur? Kurasa sebelumnya semuanya baik-baik saja.

Wait.

“What's wrong?” tanyaku meneliti wajah mereka satu persatu. Sara menghembuskan nafasnya berat lalu menyerahkan handphonenya kepadaku. Dan aku melihat Charlie beringsut mundur menjaga jarak dariku membuat diriku meyakini kalau memang ada yang disembunyikan oleh pria itu.

Ponsel yang diberikan Sara menampilkan sebuah laman postingan I*******m yang telah diunggah oleh akun resmi milik Charlie. Sekilas tidak ada yang aneh dengan photo yang diunggah Charlie. Photonya bersama dengan BXS di ruang latihan ini, tapi aku membelak ketika menyadari bahwa aku pun ada di frame sedang tidur! Diriku yang tertidur di sofa terpantul jelas di photo itu!

700.678 likes 100.000 Comments

@charlieruth Todays with the boys! 💚

@bxslo Heol! awalnya aku tidak menyadari nya namun setelah itu aku menyadari ada seorang wanita tertidur di sofa malas milik August! Heol jika itu seorang staf mereka tidak mungkin seberani itu. Tinggal menunggu waktu hingga semua terungkap

@Wifeujake Daebak! Kurasa aku tahu siapa gadis itu. Aku melihatnya hari ini di depan pintu gedung Big Labs. Tinggal menunggu waktu hingga Dispatchx mendapatkan skandal mereka.

I am sorry Zee. Aku tidak bermaksud melakukannya. Aku sudah menghapus postingannya saat Jake memberitahuku kalau kamu terekspos,” kata Charlie dengan suara yang cukup keras dan terburu-buru. Ketika aku ingin mencapai Charlie, tangan lain menarikku lebih dulu untuk menjauh. Itu bukan Sara! Tidak mungkin tenaganya sekuat itu.

“Sudah nanti saja jangan di sini.” Suara Michael terdengar memperingati. Dia masih kekeuh untuk menahan diriku walaupun aku tidak berniat menyerah.

“Kemari kamu Charlie! lepaskan aku Michael Alford!” Aku berteriak seperti orang gila. Tidak lagi memedulikan dimana diriku sekarang. Aku biasanya tidak seperti ini, tapi karena tekanan yang aku dapatkan beberapa hari ini aku tidak lagi tahan.

Demi tuhan aku bahkan tidak dapat membayangkan masalah seperti apa yang akan menghantui diriku ke depannya. Kalau dipikir-pikir ini belum genap dua hari setelah skandal ku yang pertama. Jadi, menambah skandal baru seperti ini sama saja aku bunuh diri! Yang sekarang aku hadapi ini adalah idol dengan semua penggemarnya yang toxic, juga Idol yang dekat dengan lawan jenis seperti sebuah dosa besar! Ini bukan Barat bung! Ini adalah Asia.

Charlie berlari keluar disusul Sara dibelakangnya. Aku terkadang tidak tahu apakah Sara memihak diriku atau Charlie … Michael baru melepaskan diriku beberapa saat kemudian saat dia yakin kalau Charlie telah jauh dari jangkauanku.

Aku mendengus kesal. Dia pikir aku menyerah begitu saja tanpa memberikan dia peringatan?! Tidak tentu saja aku tidak mau menyerah begitu saja karena yang aku lakukan selanjutnya adalah berlari kearah pintu secepat kilat hingga Michael tidak sempat menghentikan diriku. Aku yakin dia pasti tertinggal di belakang, tapi ketika aku ingin naik ke lift dan dapat menyusulnya. Keyakinan yang diriku miliki tiba-tiba surut karena sebuah tangan yang kokoh melingkar di perutku – oh sial siapa pemilik tangan kurang ajar ini!

“Mich– Jake!” kataku setengah terkejut karena mendapati bukan Michael yang melakukannya, itu orang lain! Berani-beraninya dia menyentuh dan menghentikan diriku! “Jake! Jangan ikut campur dan lepaskan tangan kamu dari diriku sekarang juga!” Aku meronta dengan kesal. Dia harusnya tidak menghentikan dan ikut campur.

“Kamu bisa melukai diri kamu sendiri, calm.”

Aku masih memukul tangannya yang berada di perutku untuk beberapa saat ke depan hingga tenaga ku terkuras. Aku menahan nafas ketika baru menyadari posisi kelewat tidak wajar kami—dengan santainya dia mendekap tubuhku dari belakang! Aku berbalik ingin memukul Jake lebih keras, tapi kalah cepat dengan dia yang mengeratkan dekapannya sehingga aku benar-benar tidak bisa bergerak. Benar-benar terkunci, membuat diriku kelimpungan, sial!

“Jake lepaskan!! atau aku akan–“

“Akan melakukan apa?” Suaranya tenang, berat dan membuat diriku sedikit bergedik ngeri. Wajahku benar-benar menempel dengan dada Jake dan itu tidak baik apalagi kami ini orang asing! Kurang ajar! Tidak punya manners! Apakah seperti ini kelakuan aslinya?

Thanks ya Jake.” Tangan lain menarik diriku ke belakang lalu mengunci kepalaku di bawah ketiaknya– Michael Alford sialan! Memperlakukan diriku seperti anak nakal!

Dude! Ayolah aku bukan anak kecil!” teriakku gak terima karena diperlukan seperti ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status