Share

CINTA SATU MALAM DENGAN CEO
CINTA SATU MALAM DENGAN CEO
Author: ReyNotes

1. Pangeran Dari Negeri Dongeng

“Sandra Ainary Javier.”

Tepuk tangan dan siulan tinggi rendah mengiringi Sandra yang disebut sebagai pemenang The Best Liaison Officer. Dengan percaya diri, ia berjalan ke atas panggung. Untung saja malam ini, ia memakai gaun malam cantik rancangan Jenny Packham yang ia beli dengan harga diskon saat ia berlibur ke London. Gaun itu menambah pesona kecantikan Sandra menguar seisi ruangan.

Sandra adalah mahasiswi Universitas Merlion, Singapore tingkat akhir. Ia menerima pekerjaan sebagai liaison officer atau penghubung tamu pada konferensi bisnis internasional selama 5 hari di Bali. Malam ini adalah acara pesta penutupan yang diadakan panitia untuk para liaison officer yang telah selesai bertugas.

“Terima kasih,” balas Sandra sambil membungkukkan tubuhnya sedikit.

Usai memberikan beberapa kalimat sambutan, ia pun turun dari panggung. Sandra mendapat banyak ucapan selamat. Beberapa mengulurkan tangan kosong untuk ia jabat, beberapa memberinya segelas cairan merah. Terbawa suasana yang membahagiakan, Sandra menerima gelas tersebut. Cairan itu agak pahit di mulut Sandra, tetapi begitu melihat teman-temannya dengan tenang menghabiskan isi gelas mereka, Sandra mengikutinya.

Gelas pertama habis, datang gelas kedua. Bunyi gelas beradu kembali terdengar. Hingga akhirnya Sandra menenggak gelas ketiganya. Namun baru setengah gelas habis, pandangannya mulai memudar.

Susah payah Sandra keluar dari ruangan tersebut dengan niat kembali ke kamarnya. Terhuyung-huyung Sandra terus berjalan dengan kesadaran menipis. Ia tak sadar telah mengambil jalan yang salah.

BRUK!

“Aw!”

Spontan satu tangan kokoh menopang tubuh Sandra yang hampir jatuh karena baru saja menabrak dada berotot.

“Nona, anda tidak apa-apa?”

“Mmmm-maaf, tidak apa-apa … A-aku mau ke kamarku. Per-Permisi,” ucap Sandra sambil menepuk-nepuk lengan lelaki yang sejak tadi menopang tubuh olengnya.

Sandra melepaskan lengan lelaki itu dari pinggangnya. Ia berpegangan pada dinding dan mencoba berjalan. Namun, sekitarnya terasa berputar pelan dan tubuhnya kembali tidak seimbang sehingga lengan kokoh itu segera menyanggahnya kembali.

“Di mana kamar anda, Nona. Saya antarkan. Kelihatannya Anda mabuk berat.”

“Ini, kan … kamarku?!” Sandra yang mulai berhalusinasi menunjuk ke satu pintu tak jauh dari tempatnya berdiri. “Dan aku tidak mabuk. Tidak,” imbuh Sandra sambil mengeleng-geleng dan tersenyum manis.

“Bukan, Nona. Ini bukan kamar anda.”

“Kamu siapa sih? Orang jahat ya? Mau ambil emasku? Kamu tau, aku baru saja menjadi the best … best apa ya?” Sandra meracau.

Lelaki yang menopang Sandra dan lelaki lain yang berbicara pada Sandra mulai tidak sabar. Niat mereka keluar kamar untuk menghabiskan malam terakhir di Bali dengan pergi ke Night Club tertunda karena Sandra. Meskipun demikian, mereka juga tidak bisa membiarkan Sandra sendirian dalam keadaan mabuk.

“Bagaimana, Tuan?”

“Bawa ke kamarku.”

“Anda yakin, Tuan?”

“Ya. Cepat. Nanti keburu ada orang yang melihat.”

Akhirnya, Sandra dibopong masuk kamar dan didudukkan di sofa. Ia memijat-mijat keningnya dengan mata terpejam. Tenggorokannya terasa panas dan kering.

“Pergilah, Marvin. Aku akan menemani Sandra,” ucap Aldric pada asisten pribadinya.

“Tapi, Tuan,” balas Marvin dengan ragu.

“Aku akan berhati-hati.” Aldric berjanji pada Marvin yang akhirnya mengangguk dan keluar dari kamar Aldric.

Aldric Rafantino Osborn adalah salah satu pengusaha sukses berusia 25 tahun asal Inggris yang datang ke Bali untuk menghadiri Konferensi Bisnis Internasional. Selama lima hari ini, Sandra lah yang menjadi petugas penghubung bagi Aldric. Lima hari ini juga, pria itu tidak pernah berhubungan dengan salah satu petugas, karena semua urusannya ditangani langsung oleh asisten pribadinya, Marvin.

Namun begitu, Aldric mengenali Sandra sebagai salah satu petugas penghubung favorit teman-teman bisnisnya selama konferensi berlangsung. Ia juga secara diam-diam sering memperhatikan kinerja Sandra saat bertugas, bahkan ia terkesima oleh presentasi Sandra tentang pariwisata di Bali dengan berbagai bahasa.

“Argh…” Sandra melenguh pelan saat merasakan kepalanya yang terus berkedut.

Aldric menatap Sandra, wanita yang sedang mabuk itu terduduk sambil memegangi kepala dengan dua tangan. Wajah Sandra tetap cantik dengan gaun malam yang pas di tubuhnya. Aldric membuka jas yang melekat pada tubuh dan meletakkannya di meja makan, lalu ia beranjak ke pantry kecil di sudut kamar.

“Ini, minumlah. Kamu harus banyak minum untuk menetralisir alkohol pada tubuhmu.” Aldric mengulurkan satu gelas air mineral pada Sandra yang langsung menerima dan menegaknya hingga habis.

“Terima kasih yaa. Mmmm kepalaku berat sekali,” gumam Sandra seraya mengembalikan gelas kosongnya kepada Aldric.

“Apa kamu sudah ingat di mana kamarmu?” tanya Aldric yang kini duduk di depan Sandra.

“Nggg … di sini ‘kan?”

“Astagaa … berapa gelas alkohol yang kamu minum, sih?” ucap Aldric kesal. Namun, ia sadar memang sulit berbicara dengan wanita yang sedang mabuk.

Aldric mengambil tas tangan Sandra dan membukanya. Di dalam tas Sandra, ia menemukan kartu tanda pengenal, satu koin logam mulia dan kartu kamar hotel. Ia kini mengetahui di mana kamar Sandra.

Namun kemudian, Aldric bimbang. Apakah ia harus menelepon staff hotel dan meminta mereka mengantar Sandra? Atau pengawalnya saja yang mengantar Sandra?

Tidak. Aldric tidak bisa mempercayai siapapun. Sandra sedang mabuk, ia tak ingin seseorang memanfaatkan keadaan Sandra. Meskipun begitu, ia juga tidak mungkin mempertaruhkan reputasinya dengan mengantar sendiri Sandra kembali ke kamarnya.

“Sepertinya kamu harus menginap di sini malam ini,” ucap Aldric sambil memasukkan kembali barang-barang Sandra ke dalam tas.

“Ka-kamu siapa ya? Apa aku sedang bermimpi dan bertemu dengan pangeran dari negeri dongeng? Kok kamu tampan sekali?” celetuk Sandra sambil mengerjap-ngerjapkan matanya menatap intens pada Aldric.

Aldric mengangkat alisnya. Apa saking mabuknya, Sandra sampai tidak mengenalinya? Aldric yakin Sandra mengenal sosok dirinya, bahkan saat konferensi masih berlangsung, beberapa kali mereka pernah saling bersitatap dan Sandra selalu memberikan senyum serta menundukkan kepala dengan santun kepadanya.

“Kamu benar-benar tidak mengenaliku?” 

  

Comments (8)
goodnovel comment avatar
ReyNotes
Terima kasih untuk yang sudah membaca sampai selesai. Salam hangat dari Rey ...
goodnovel comment avatar
Romasta Manik
sepertinya bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Kemuning Humaira
menarik banget
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status