"Maafkan Hana, Hana sungguh tidak tau mengapa kak Berlin pergi. Tolong lepaskan rambut Hana bang, sakit sekali." Kepalanya terasa begitu sangat sakti dan pusing. "Jangan berpura-pura polos." Daffin tertawa lepas. "Aku ingin melihat seperti apa sucinya dirimu. Bila ternyata kau sudah kotor, besok pagi aku akan mempermalukanmu." Daffin tertawa lepas. Pria itu melepaskan tangannya di rambut Istrinya. Dengan sangat kasar, mendorong tubuh kurus Hana, hingga terjatuh ke lantai. Tulang ekornya terasa sangat sakit, ketika suaminya mendorong tubuhnya dengan sangat kuat. "Bang, Hana mohon, jangan lakukan ini. Biarkan Hana pergi ," Hana berkata dengan Isak tangisnya. "Jangan harap." Daffin tersenyum dengan sudut bibir terangkat sebelah. Kaki pria itu berada di atas punggung istrinya hingga tubuh wanita yang berukuran mungil itu membungkuk kedepan. Ia menekankan kuat punggung istrinya dan memutar-mutar telapak kakinya yang masih memakai sepatu pantofel yang berbahan keras tersebut."Sakit ba
"Aku akan mengecek terlebih dahulu. Apakah kau masih suci atau tidak?" lirih Daffin."Kenapa aku tidak pernah berpacaran? Bila tahu takdir hidupku akan seperti ini, aku akan menjadi gadis gampangan, hingga kehilangan keperawanan. Dengan seperti itu, dia akan membuang aku secepatnya." Untuk pertama kalinya, Hana mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Dia sungguh berharap menjadi gadis yang sudah rusak. Melihat ekspresi istrinya, sudut bibir Daffin sedikit naik ke atas dan dengan cepat membuka pakaian sang Istri. Daffin sadar bahwa Hana sepertinya belum pernah disentuh pria manapun.Benar saja, apa yang dilakukan Daffin, sungguh membuat Hana malu. Perempuan itu hanya bisa memejamkan matanya, ketika melihat Daffin mulai menyentuh tubuhnya.Sayangnya, tindakan hati tidak membuat Dafin berbaik hati sama sekali. Dengan sangat kasar, pria itu mulai menjamah tubuh sang Istri. Ia bahkan tersenyum penuh kebahagian dan rasa bangga, setelah berhasil memiliki Hana.Hana masih saja diam. Rasa sakit
Sayangnya, hingga sore, tidak ada satupun pegawai hotel yang datang ke kamarnya. Hana hanya menagis merasakan perut yang begitu sangat perih. Belum ada yang dimakannya sama sekali. "Apa dia sudah tidak pulang lagi ke sini? Apa dia sengaja tinggalkan aku di sini? Tapi mengapa dia tidak memberikan aku pakaian, agar aku bisa pergi." Hana mengusap air matanya. Tubuhnya sudah mulai gemetar ketika menahan rasa pedih di perutnya. Bising ususnya sudah berbunyi setiap saat. Hana hanya makan sedikit ketika acara resepsinya, masih berlangsung. Setelah itu, dirinya tidak makan hingga sampai sekarang. ****Jam menunjukkan pukul 22:00, Hana mulai memejamkan matanya dan berharap, ketika bangun nanti sudah ada makanan yang bisa disantapnya. Ia tidak memikirkan ke mana suaminya pergi. Bahkan, bila pria itu tidak kembali lagi, tidak akan Hana mempermasalahkannya. Satu hal yang membuatnya sangat panik dan juga bingung adalah dia tidak memiliki pakaian dan tidak dapat membuka pintu kamarnya!Hana
Setelah beberapa saat, Hana akhirnya membuka matanya secara perlahan dan melihat suaminya dengan panik. Namun, dia kembali mengelak setelah melihat ekspresi suaminya yang begitu marah."Makan!" perintah Daffin kemudian.Hana hanya diam tanpa menjawab."Kau tidak dengar, ya? Aku memerintahkan kau untuk makan!" bentak Daffin. "Apa kau tidak mendengar perintah aku?" Daffin kembali bertanya saat istrinya hanya diam memandangnya. Tatapan mata wanita itu, sungguh tidak bisa di tebaknya."Bodoh!" Ia memaki dirinya sendiri saat menyadari bahwa mulut Hana sedang diikatnya dengan dasinya. Tangan istrinya juga masih terikat. Daffin bergegas membuka tangan Hana dan melepaskan ikatan di belakang kepala istrinya."Makan!" perintah Daffin.Hana diam memandang wajah suaminya."Mengapa kau melihat aku seperti itu, apa mau aku congkel matamu?" bentak Daffin.Hana merasa ngeri, ketika mendengar ancaman dari suaminya. Bagaimana ia bisa kabur, bila sudah tidak bisa melihat? "Kau tidak mendengar apa yang
"Tidak tuan, saya hanya minta tolong," Hana menjawab dengan terbata-bata.Daffin menjangkau handuk yang di minta istrinya. Dilihatnya handuk berwarna putih yang banyak menempel bercak berwarna merah. Daffin memberikan handuk tersebut."Terima kasih tuan," jawab Hana yang melilitkan handuk di tubuhnya. Hana kemudian berjalan ke kamar mandi dengan sangat lamban ketika rasa perihnya masih sangat terasa.Setelah membersihkan dirinya di kamar mandi, ia kembali naik ke atas tempat tidur dan berbaring di samping suaminya. Melihat pria itu sudah tidur, membuat dirinya senang. Hana merangkak naik ke atas tempat tidur dengan sangat berhati-hati. Ditariknya selimut dan tidur membelakangi pria yang sudah menjadi suaminya itu."Apa kau tidak dengar apa yang tadi aku ucapkan?"Suara itu membuat Hana sangat terkejut. Hana membalikkan tubuhnya dan menghadap suaminya. Saat ini ia memandang wajah tampan milik Daffin."Berbalik!"***Hana terbangun dan merasakan tangan kekar suaminya yang berada di at
Hana merasa sudah tidak sanggup lagu ketika suaminya terus-menerus berlaku kasar padanya. Berkali-kali dia disentuh tadi malam. Namun, tidak ada kelembutan sama sekali.Hana terkesiap ketika mendengar pintu kamar terbuka. Oleh sebab itu, dia menutup tubuhnya dengan selimut ketika petugas hotel masuk ke dalam kamar. Petugas hotel meletakkan pesannya di atas meja makan. Setelah itu, pergi dan menutup pintu. Hana menurunkan selimut itu hingga ke batas dadanya. "Makan!" Daffin memberikan perintahnya, ketika petugas Hotel sudah keluar dari dalam kamar. "Saya akan makan setelah Anda tuan," jawab Hana. Dirinya begitu ingin beristirahat sejenak. Namun, sepertinya Daffin tidak mau menerima alasannya. Terbukti, pria itu menatapnya tajam."Sekarang!" Daffin memberikan perintah.Hana sangat panik ketika mendengar perintah gila suaminya. Dirinya tidak memiliki pakaian, tidak pula boleh menutup tubuhnya dengan selimut. Tidak boleh memakai handuk yang sudah kotor. Apakah ia, akan duduk dengan ta
"Ya ampun! Serem sekali. Rumah sebesar ini aku tinggal sendiri. Hana memandang ke sekelilingnya. Tapi ini lebih enak aku sendiri di sini. Dari pada dia ada disini. Jujur saja, dia itu jauh lebih menakutkan dari pada hantu. Pokoknya serem banget menurut aku," Hana berbicara sendiri.Setelah berhari-hari jarang berbicara, akhirnya perempuan itu bisa juga melepaskan isi hatinya."Sial! Aku lupa, nanyain baju aku! Ya sudahlah, pakai baju ini aja gak pakai ganti." Hana memandang long dress yang dipakainya.Ia berjalan mengelilingi rumah tersebut, Ia masuk kedalam kamar yang diucapkan oleh suaminya.Hana begitu terkejut dan terpesona saat melihat kamar yang sangat luas. Seketika Hana sadar bahwa akan berat untuk membersihkan rumah ini."Aku di tinggal sendiri di rumah ini. Itu artinya, aku bisa pergi kapan saja." Hana tersenyum dengan mata yang terbuka lebar. Lalu, dia memandang ke sekelilingnya, memeriksa adakah CCTV di kamar ini. Namun, dia tidak dapat menemukannya."Aku akan menjadi istr
Duduk sendiri di depan ruang televisi tanpa melakukan apa-apa, membuat matanya mengantuk. Dipandangnya jam yang menempel di dinding yang ternyata sudah jam 10 malam. Pantas perut aku sudah pedih, ah ternyata sudah jam 10. Apa aku makan saja ya." Hana berkata dengan memegang perutnya. "Tapi kalau nanti dia pulang, apa dia marah karena aku sudah makan duluan?" Pusing Hana memikirkan hal ini. "Tapi perut aku sudah pedih sekali, tidak apa aku makan duluan saja. Bila dia pulang, aku akan makan lagi," batinnya. Ia beranjak dari sofa dan berjalan menuju ke ruang makan. Hana memasukkan nasi, sayur asem dan sambal terasi ke dalam piringnya. Menu yang sudah disiapkan ini, begitu sangat menggugah seleranya. "Jangan dipandangi Hana, ayo dimakan." Hana berkata ketika dirinya sudah tidak sabar untuk menyantap hidangan makan malamnya sendiri. Dengan segera, disantapnya menu tersebut."Bila setiap hari makan-makanan enak seperti ini, pasti bisa buat aku gemuk," Hana mengunyah nasi di dalam mulutnya