Share

5

Lututku lemas, tanganku bergemetar dengan keringat dingin yang membasahi telapaknya. Mataku tak ingin menyaksikan kejadian yang ada, tapi, tubuhku seakan terpancang mati di lantai, sulit digerakkan. Bahkan tenggorokanku tercekat sewaktu ingin memanggil nama suamimu.

Kupikir dia sedang bekerja, di hari ulang tahunku, ia memberiku hadiah kejutan yang luar biasa. Dia sedang bercinta di atas meja kerja.

Wanita itu duduk di meja sementara suamiku mendekapnya dengan posisi berdiri, mereka saling memeluk dan meluapkan kerinduan asmara. Mereka bermain penuh gairah, bersemangat, bahkan lebih dahsyat dari percintaan yang dia lakukan denganku, kekasih halalnya. Desahan dan hasrat seakan bercampur, menghentak dan menghilangkan akal sehat, mereka tidak sadar bahwa aku sedang menyaksikan perbuatan bejat itu.

..

Air mataku tumpah, aku bersender di dinding dengan isakan tangis yang seharusnya tidak perlu menetes di pipiku. Terlalu mahal air mata hingga harus membayar semua perbuatan Mas Alvin padaku. Teganya ia di hari ulang tahunku, dan bodohnya aku yang percaya bahwa ia sibuk. Aku sungguh sudah dikelabui olehnya.

"Nikmat sekali, Mas," bisik wanita itu dengan tawa bahagia. Aku yang ada di balik dinding hanya bisa gemetar mendengarnya hatiku seperti ditusuk dengan belati bergerigi, sakit dan berdarah darah.

"Terima kasih, Sayang, kau luar biasa."

Tubuhku lemas, bahkan tanganku nyaris tak sanggup untuk meraih ponsel demi merekam perbuatan tadi.

Begitulah yang aku rasakan, jika seseorang pernah syok, pernah melihat kejadian mengerikan yang sebelumnya tidak dia bayangkan hingga terpaku membeku seperti ini, maka mereka benar benar memahaminya.

"Aku mencintaimu, Mona, aku tak sanggup pisah darimu, meski Indira menangis dan kecewa. Aku tak bisa melepas salah satu dari kalian, jujur aku sangat bingung."

"Tapi kita saling mencintai dan kau lebih bahagia bersamaku, " jawab wanita itu sambil membenahi pakaiannya yang tersingkap.

"Tapi, Indira juga istriku, ibu dari anakku."

"Kita tidak bisa terus begini, Mas, kau harus menikahiku." Wanita jalang itu mendekat dan mengelus dada suamiku dengan tatapan yang sangat manja sementara Mas Alvin terlihat galau dan berantakan sekali.

"Aku butuh waktu untuk meyakinkan mona ...." Mas Alvin mendedah gamang sambil menatap wajah pelacur rendahan itu.

"Tidak perlu repot meyakinkanku, yakinkan saja ibu mertua dan ayahmu," jawabku yang tiba tiba datang dan berdiri di hadapan mereka.

Kedua sejoli itu terkejut, mereka nyaris melompat dan segera gelagapan membenahi pakaiannya.

"Jangankan hanya memberi Restu, aku akan mengadakan pernikahan yang mewah bahkan akan kubayarkan cincin pernikahan dengan karat yang tinggi. Kau mau?" tanyaku sambil melipat tangan di dada.

"Aku kasihan pada kalian berdua yang kelakuan yang lebih rendah dari sapi dan kerbau! Kedua hewan itu mencari tempat yang cukup aman untuk berhubungan, sedangkan kamu berdua melakukannya di mana saja tanpa peduli norma dan adab. Tidak punya malu," gumamku sambil mendekat pada suamiku.

Plak!

Tamparan itu mendarat keras di pipinya. Dia terkejut tapi hanya bisa menunduk sambil merapatkan pakaiannya yang kancingnya terbuka.

"Benahi resleting itu!" Bentakku sambil melirik jijik ke celana suamiku. Dia tahu betul, bahwa aku murka luar biasa. Dia tahu kesalahannya yang sudah buat janji tapi mengingkari.

"Aku dan anak-anak menunggumu di hotel tapi ternyata kau bersenang-senang dengan wanita lain di tempat ini." Aku menatap suamiku dengan tajam, lalu beralih pada si Mona.

" ... Dan kau jalang murahan, kau pasti puas membuatku menderita di hari ulang tahunku! Kau anggap itu prestasi padahal itu aib yang mengerikan!"

Rasanya, aku di puncak rasa muak pada suamiku, aku bisa bayangkan rasanya bercinta dengan wanita lain lalu bercinta dengan istri sendiri. Aku tahu fantasinya akan berbeda sekali. Boleh jadi ia lakukan denganku, tapi membayangkan wanita itu. Pelan pelan, hatiku dendam dan mulai jijik, dan berniat menjauhinya.

"Terima kasih ya, Mas, terima kasih untuk hadiahnya yang sangat berkesan," ujarku sambil tertawa sinis.

"Indira, ma-maafkan aku," ucapnya pelan.

"Tidak. Aku akan membuat kalian sangat menderita. Akan kubuat kalian menanggung malu yang besar. Kalian akan terlunta dalam hubungan gelap tanpa bisa bersama selamanya, aku bersumpah!"

"Tolong jangan katakan itu," ujarnya sambil berusaha meraih tanganku. Aku menepis dan menampar pipi kirinya sekali lagi.

Plak!

"Aku jijik denganmu, jadi, jangan sentuh aku!" jawabku sambil menjauh.

"Dan iya, aku teringat sesuatu Mas, aku punya video kalian dan akan kukirimkan pada ayah mertua yang sedang sakit jantung."

"Tolong jangan ...." Mas Alvin terkejut bukan main dan pucat oasi ketakutan. " Ayah akan membunuhku, dan hidup kita bisa hancur "

"Sayangnya, itu sudah terkirim dan centang biru. Selamat ya, kau akan menderita juga sepertiku," jawabku sambil meletakkan kembali ponsel ke dalam tas lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dewi Ansyari
Rasain kamu Alvin semoga saja kamu san Mona bisa dapat karmanya.........
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
good yes istri pertamama hebat elegan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status