Share

7

Tentu saja aku paham apa yang terjadi, ayah mertua pasti sedang sekarat. Dia kritis karena syok melihat perbuatan anaknya yang memalukan.

"Baru melihat secara pribadi saja, sudah masuk rumah sakit, apalagi jika aib tersebut tersebar dan terungkap ke mana mana." Aku berpikir sambil menggeleng Tentu saja aku paham apa yang terjadi, ayah mertua pasti sedang sekarat. Dia kritis karena syok melihat perbuatan anaknya yang mPAku tahu, bahwa sekalinya perbuatan kotor itu tersebar, maka aku juga akan malu karena Mas Alvin adalah suamiku. Tapi, jika tidak memberi pelajaran, mungkin dia tidak akan jera.

"Selamat siang," ucapk

"Ngapain kamu ke sini! Semua ini akibat salahmu!" ujar ibu mertua membentakku ketika aku sedang diambang pintu perawatan. Mas Alvin dan Disha yang sedang berlinangan air mata hanya terdiam, ibu mertua makin meradang dan mengusir hingga suamiku mendekat dan mengajak diri ini keluar dari tempat it

"Ayo keluar," ajakny

"Sebentar, aku datang ke sini dengan niat baik kok, Mas," jawabku sambil memperhatikan ayah mertua yang sudah megap megap sesak napas. Ia masih tersengal meski hidungnya sudah dipasangi selang oksigen dan berbagai alat bant

"Ayo kita pergi saja," ujar Mas Alvin dengan suara pelan, wajahnya sedih dan les

"Ajak pergi wanita jahat itu. Akibat perbuatannya papimu jadi celaka!" ujar Ibu mertu

"Mami, tolong ... ini salahku," ucap Mas Alvin sambil menggeleng pela

"Tetap saja, wanita itu yang sudah gegabah

Sepertinya ibu mertua memang sudah buta hatinya, dia sangat membela putra sulungnya hingga hatinya tak mau mengakui bahwa anaknya bersala

"Ayo kita keluar," ajak Mas Alvin menarik tanganku. Kuikuti dia, dan sesampainya di luar ruang perawatan, suamiku menghela napas lalu berkat

"Andai kau tidak mengirimkan pesan itu, mungkin ini tak akan terjadi

"Kenapa? Apa kau sangat hancur dan merasa bersalah, apakah kau menyesali perbuatanmu

"Tentu saja," jawabnya mendesa

"Bodoh. Kenapa tidak sadar dari awal," desisku

"Sungguh, andai bisa ...aku tidak mau melakukan kesalahan itu

Tiba tiba dari lorong sebelah dokter dan perawat berlarian ke kamar Papi. Aku dan Mas Alvin langsung terkesiap dan bingung dengan apa yang terjad

"Ada apa Dok?" Mas Alvin menyusul dokter yang akan masu

"Sebentar, kami akan melihat kondisi pasien, keluarga tunggu di luar saja." Dokter pun masuk lalu perawat menutup pintu. Kini kami berempat menunggu di depan kamar ICU dengan perasaan masing masing. ibu mertua masih menangis, bahunya dirangkul Disha sementara Mas Alvin hanya tertunduk sambil menggenggam jemarinya. Aku sendiri berdiri, menyandar di dinding sambil melipat tangan di dada menyaksikan mereka. Hendak pergi, tapi, nantinya itu akan terkesan bahwa aku tidak punya perasaan pada orang lain. Lagipula, aku harus tahu apa yang terjad

Tidak lama kemudian dari dalam sana terdengar bunyi monitor detakan jantung yang berdetak dengan detakan panjang. Aku langsung paham apa yang terjadi. ibu mertua dan adik iparku panik, saat dokter keluar dengan wajah lesu mereka berdua langsung meng hambur dan bertany

"Dok, bagaimana

"Kami sudah berusaha sebisanya, tapi Tuhan berkehendak lain, Bu, maafkan kami, kami turut berbelasungkawa

"A-apa?" ibu mertua berteria

"Kami tidak bisa menyelamatkan nyawa Pak Hendro, sekali lagi kami sangat menyesal dan turut berduka

"Ya Tuhan, Mas Hendro!" Ibu mertua langsung pingsan dan kedua anaknya panik menolong sang Ibu yang jatuh. Aku sendiri langsung masuk ke kamar perawatan dan melihat petugas medis tengah menutupi wajah ayah mertu

"Tidak, Mas Hendro!" Sebentar kemudian ibu siuman dan langsung histeris. Tertatih tatih ia bangun dan mendekati ranjang suaminy

"Mas, aku tidak menyangka, kenapa secepat ini?!" Ibu mertua menangis pilu dan meratap di dada jenazah suaminya dengan nada yang sangat menyakitka

"Tidak Mas, k-kau janji a-akan meninggal setelahku," ucapnya dengan terbata bata, dia menangis sambil mencengkram kain putih yang menutupi suaminy

Tiba tiba wanita itu bangkit, berlari ke arahku dan langsung menyerang diri ini, dia menjambak dan mencakar wajahku

"Ini gara gara kamu!" Dia berteriak dengan mata meloto

Aku tidak berusaha melawan atau menyelamatkan diri, kuikuti saja kemana ia menarik rambutku

"Ibu hentikan!" ujar Mas Alvin sambil menarik tangan ibunya dari kepalaku. "Sudah, kita akan semakin malu

"Ini juga karena kamu!" Ujar ibu sambil menampar Mas Alvin. "Ayahmu harus meregang nyawa akibat serangan jantung. Sungguh kalian berdua adalah pasangan celaka yang membawa musibah! Aku benar benar benci!" Desis ibu dengan tangisan histeri

Merasa bahwa situasi tidak kondusif, kuputuskan untuk langsung pulang tanpa mengatakan apa apa lagi pada mereka semua. Masih terdengar tangisan pilu di ujung lorong, tapi sudahlah, mereka menolak keberadaanku, lantas, aku harus apa lagi?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status