Share

Bab 9 Sebuah Balas Budi

Bab 9 Sebuah Balas Budi

Meidina beristighfar dalam hati saat mendengar kata-kata hinaan yang terlontar dari bibir kedua kakak iparnya itu. Meski ucapan mereka sudah sering menyakiti, tetap saja hatinya terasa teremas.

Meidina sudah terbiasa mengalah. Mungkin sebagian besar orang menganggap sikap mengalahnya itu suatu hal bodoh. Orang mengalah itu bukan berarti kalah dan lemah.

Almarhum suaminya pernah menasihati Meidina untuk tidak membalas perbuatan jahat dengan kejahatan. Ada hukum alam tabur tuai. Apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai. Entah perbuatan baik yang ditabur, maupun perbuatan buruk. Itulah yang akan dituai nantinya.

Di depan pintu seorang pemuda bertubuh tinggi dan kurus serta berwajah manis menyaksikan sendiri bagaimana Meidina diremehkan dan dihina oleh kedua kakak iparnya.

Pemuda itu merasa dejavu karena ia sering melihat kakak angkatnya, almarhum Firman, sering diperlakukan seperti itu oleh ibu dan kakaknya sendiri.

"Ternyata Mbak Dewi sama Mbak Tika mas
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status