Share

BAB 5 . POV BUNGA

Aku benar-benar merasa bingung saat ini, bagaimana tidak, selama bertahun-tahun aku berusaha untuk melupakan Reno karena dia lebih memilih sahabatku Vera.

Karena aku tidak ingin persahabatanku dengannya hancur, aku pun selalu berusaha untuk menutupi perasaanku, terlebih lagi saat aku hadir di acara pernikahan mereka, hati ini benar-benar terasa sakit. Namun aku selalu mencoba untuk menutupinya.

Malam itu, di saat aku sudah benar-benar membuang perasaanku untuk Reno, Tiba-tiba entah apa yang ada dalam pikiran istrinya itu, sehingga ia tega menjebakku untuk tidur bersama suaminya dengan keadaan yang tidak sadar.

Aku benar-benar sangat marah, pada saat itu aku sangat jijik dengan Vera dan juga Reno.

Aku berusaha untuk pergi menjauh dari mereka dan memulai kehidupan yang baru tanpa keduanya.

Namun Tuhan berkata lain, mereka menemukanku yang sedang pingsan di pinggir jalan akibat mual dan pusing yang aku alami, dan pernyataan Dokter itu pun membuatku semakin syok, karena aku di nyatakan positif hamil.

“Bagaimana mungkin? Reno dan Vera sudah hampir enam tahun menikah, tetapi Vera tidak kunjung hamil, sedangkan aku, aku baru sekali melakukannya tetapi sudah positif,” gumamku dalam hati.

Entah apa yang di rencanakan oleh tuhan, yang jelas aku tidak ingin menjadi duri dalam rumah tangga sahabatku itu, walau bagaimanapun Vera sudah seperti saudaraku sendiri, begitu juga dengan Reno.

“Apa yang harus aku lakukan? Menikah dengan Reno, jujur itu adalah impianku delapan tahun yang lalu, tetapi bagaimana dengan Vera?” Aku terus berjalan gontai menyusuri jalan kota yang semakin sepi, aku berharap Vera dan Reno tidak mengejarku lagi.

“Bagaimana dengan anak yang aku kandung? Apa aku harus melahirkan sendiri tanpa sosok suami dan Ayah dari anak ini? Bagaimana jika keluarga mengetahui semua ini.”

Di saat aku merasa lelah berjalan, aku memutuskan untuk istirahat dan melihat ada sebuah warung di seberang jalan.

Aku berusaha untuk menyeberang dan menghampiri warung tersebut. Namun tiba-tiba.

“Ciiiiiiiitttttttttttttttt.” Sebuah mobil mewah berwarna hitam hampir saja menabrakku.

“Aaaaaaaaaaaaaa.” Mobil itu berhenti kurang lebih sepuluh Senti  dari badanku.

“Bunga.” Seorang laki-laki tampan menggunakan kemeja berwarna merah itu keluar dari dalam mobilnya.

“Mas Reno,” ucapku.

“Bunga, aku mencarimu ke mana-mana,” ujar laki-laki yang pernah aku cintai itu.

“Di mana Vera, Mas?” tanyaku.

“Aku sudah mengantarnya pulang, mari masuk ke dalam mobil, kita harus bicara empat mata,” ujar Reno.

Reno pun mengajak Bunga ke sebuah cafe terdekat.

Sesampainya di cafe, Reno mulai membuka pembicaraan.

“Bunga, aku akan menikahimu,” ujar Reno.

Bunga kemudian menatap tajam ke mata Reno.

“Menikahiku? Apa kamu pikir semudah itu? Setelah apa yang sudah kamu dan juga istri kamu lakukan, maaf Reno, aku tidak bisa.”

Aku membuang muka dan berusaha untuk tetap tegar di hadapan Reno.

“Andai kamu mengatakan ini delapan tahun yang lalu, andai dulu kamu tidak memilih Vera, andai kamu tahu bagaimana perasaanku, Reno.” Aku memejamkan mataku menahan perih di hati ini.

Bab 5. POV Bunga.

Aku benar-benar merasa bingung saat ini, bagaimana tidak, selama bertahun-tahun aku berusaha untuk melupakan Reno karena dia lebih memilih sahabatku Vera.

Karena aku tidak ingin persahabatanku dengannya hancur, aku pun selalu berusaha untuk menutupi perasaanku, terlebih lagi saat aku hadir di acara pernikahan mereka, hati ini benar-benar terasa sakit. Namun aku selalu mencoba untuk menutupinya.

Malam itu, di saat aku sudah benar-benar membuang perasaanku untuk Reno, Tiba-tiba entah apa yang ada dalam pikiran istrinya itu, sehingga ia tega menjebakku untuk tidur bersama suaminya dengan keadaan yang tidak sadar.

Aku benar-benar sangat marah, pada saat itu aku sangat jijik dengan Vera dan juga Reno.

Aku berusaha untuk pergi menjauh dari mereka dan memulai kehidupan yang baru tanpa keduanya.

Namun Tuhan berkata lain, mereka menemukanku yang sedang pingsan di pinggir jalan akibat mual dan pusing yang aku alami, dan pernyataan Dokter itu pun membuatku semakin syok, karena aku di nyatakan positif hamil.

“Bagaimana mungkin? Reno dan Vera sudah hampir enam tahun menikah, tetapi Vera tidak kunjung hamil, sedangkan aku, aku baru sekali melakukannya tetapi sudah positif,” gumamku dalam hati.

Entah apa yang di rencanakan oleh tuhan, yang jelas aku tidak ingin menjadi duri dalam rumah tangga sahabatku itu, walau bagaimanapun Vera sudah seperti saudaraku sendiri, begitu juga dengan Reno.

“Apa yang harus aku lakukan? Menikah dengan Reno, jujur itu adalah impianku delapan tahun yang lalu, tetapi bagaimana dengan Vera?” Aku terus berjalan gontai menyusuri jalan kota yang semakin sepi, aku berharap Vera dan Reno tidak mengejarku lagi.

“Bagaimana dengan anak yang aku kandung? Apa aku harus melahirkan sendiri tanpa sosok suami dan Ayah dari anak ini? Bagaimana jika keluarga mengetahui semua ini.”

Di saat aku merasa lelah berjalan, aku memutuskan untuk istirahat dan melihat ada sebuah warung di seberang jalan.

Aku berusaha untuk menyeberang dan menghampiri warung tersebut. Namun tiba-tiba.

“Ciiiiiiiitttttttttttttttt.” Sebuah mobil mewah berwarna hitam hampir saja menabrakku.

“Aaaaaaaaaaaaaa.” Mobil itu berhenti kurang lebih sepuluh Senti  dari badanku.

“Bunga.” Seorang laki-laki tampan menggunakan kemeja berwarna merah itu keluar dari dalam mobilnya.

“Mas Reno,” ucapku.

“Bunga, aku mencarimu ke mana-mana,” ujar laki-laki yang pernah aku cintai itu.

“Di mana Vera, Mas?” tanyaku.

“Aku sudah mengantarnya pulang, mari masuk ke dalam mobil, kita harus bicara empat mata,” ujar Reno.

Reno pun mengajak Bunga ke sebuah cafe terdekat.

Sesampainya di cafe, Reno mulai membuka pembicaraan.

“Bunga, aku akan menikahimu,” ujar Reno.

Bunga kemudian menatap tajam ke mata Reno.

“Menikahiku? Apa kamu pikir semudah itu? Setelah apa yang sudah kamu dan juga istri kamu lakukan, maaf Reno, aku tidak bisa.”

Aku membuang muka dan berusaha untuk tetap tegar di hadapan Reno.

“Andai kamu mengatakan ini delapan tahun yang lalu, andai dulu kamu tidak memilih Vera, andai kamu tahu bagaimana perasaanku, Reno.” Aku memejamkan mataku menahan perih di hati ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status