Share

17. Berusaha Tak Peduli

Tak terasa hari yang dinanti tiba, dua hari sebelum puasa Neli pulang ke kampung keluarganya di Bekasi. Dia pamit dengan begitu semringah, membawa banyak sekali oleh-oleh yang sudah dipersiapkan dari jauh-jauh hari.

"Inget pesan-pesan saya, ya, Mbak. Untuk menjadi istri yang berbakti ha--hmmptt." Kujepit mulut Neli dengan jari.

"Iya, iya, ngerti. Sana pergi!"

Neli menepis tanganku dengan bibir mengerucut lima senti. "Jadi, ngusir, nih? Ya udah, deh. Pamit, ya, Pak, Mbak."

"Ya, hati-hati," sahut Khalid sembari membantu memasukkan tas Neli ke dalam taksi.

Lambaian tangan kami mengiringi kepergian Neli. Setelahnya kutatap Khalid dengan senyum penuh arti.

"Berhenti menatap saya dengan ekspresi itu, Nindi!" Khalid tampak risih, lalu menjauh.

"Jadi, kencan ke mana kita hari ini?" Aku mengerlingkan mata, sesekali mencolek dagunya.

"Supermarket. Persediaan bahan pokok abis. Nggak ada Neli, jadi kita harus beli sendiri."

"Dih, nggak asik."

***

"Truk aja gandengan masa kita enggak?"

Khalid yan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status