Share

3. Akhir Pekan

Sejak matahari belum muncul di ufuk timur, Jonah sudah bangun dan bersiap dengan semangat.

“Mama buatkan spaghetti dengan taburan cheddar, Jonah. Habiskan sebelum kau pergi. Mama masih harus ke kantor setelah kau pergi dengan Kimiko nanti. Apa kau ingin sesuatu?” tanya Arabella sambil bersiap ke kamar mandi setelah menyiapkan sarapan.

“Cukup, Ma. Cukup spaghetti dan susu cokelat saja,” jawab Jonah sambil mengangguk senang.

Tas berisi pakaian dan beberapa makanan dan camilan sudah disiapkannya di sofa depan. Juga air putih dalam kemasan besar yang sengaja dibeli Arabella agar anaknya jangan sampai dehidrasi nanti.

Arabella belum pernah pergi berkemah, jadi bayangan berkemah dengan lokasi hutan yang penuh dengan serangga membuatnya khawatir. Belum lagi teringat pertanyaan Peter tentang serbuk bunga yang sering menimbulkan alergi membuatnya semakin khawatir. Wanita itu sampai mencari di mesin pencarian tentang sebuk bunga yang menimbulkan alergi serta pengobatannya. Dan untuk beberapa saat jawaban dari mesin pencarian berhasil membuatnya tenang.

Selesai mandi dan sarapan, Jonah langsung duduk di ayunan yang ada di teras rumah.

“Jonah, apa kau sudah memeriksa perlengkapanmu? Mantelmu sudah kau bawa? Snack dan kue yang kau beli semalam sudah kau siapkan?” tanya Arabella memberondong dengan sejumlah pertanyaan seperti biasa ketika muncul di teras rumah setelah selesai berdandan.

“Sudah, Mama Cantik. Semua sudah Jonah siapkan dalam dua tas yang ada di sofa itu,” jawab Jonah gembira saat angin musim semi membelai wajahnya yang putih dan halus.

“Baiklah, lalu charger handphone-mu? sudah kau bawa?” tanya Arabella lagi.

“Tidak, Jonah bawa power bank saja, Ma. Lagi pula aku rasa di sana aku tidak membutuhkan ponsel, iya kan?”

“Bukankah kau bisa mengambil foto di sana dan mengirimkannya pada Mama, Sayang. Mam juga bisa meneleponmu kalau Mama merindukanmu, iya kan?”

Jonah tertawa kecil.

“Jonah hanya pergi di akhir pekan, Ma. Hanya dua hari satu malam, tidak lama,” tukas Jonah tertawa lagi.

Arabella tertawa kecil.

“Baiklah, baik. Ayo peluk Mama,” ucap Arabella sambil merentangkan kedua tangannya. Jonah langsung berdiri dan berlari ke pelukan ibunya dan memeluknya erat.

“Jonah juga pasti merindukan Mama. Tapi Mama jangan khawatir, nanti Jonah akan mengirimkan foto bunga-bunga yang cantik di sana, seperti Mama,” tukas Jonah membesarkan hati Arabella.

Arabella belum pernah berpisah dari Jonah walau hanya semalam. Jadi hatinya terasa sangat gundah saat akan melepas anaknya pergi berkemah walau hanya satu malam saja.Dia mengusap lembut pucuk kepala Jonah dengan penuh rasa sayang.

“Mama  menyayangimu, Jonah,” ucap Arabella lirih. Jonah mengangguk.

“Kau sudah siap? Sebentar lagi Papa Kimiko akan datang menjemputmu,” tukas Arabella lagi sambil melirik jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul delapan lewat sepuluh menit.

Jonah melepaskan pelukan Arabella dan masuk mengambil dua tas yang berada di sofa ruang tamu dan membawanya keluar.

“Sudah, Ma,” jawab Jonah dengan penuh semangat.

“Jonah sudah besar, Ma. Mama jangan terlalu khawatir, ya?” ucap Jonah lagi membesarkan hati ibunya yang dia tahu ibunya dirundung perasaan gundah gulana, tapi dia sangat ingin merasakan berkemah  seperti cerita teman-temannya di sekolah.

Arabella hanya mengangguk sambil tersenyum, tangannya mengusap lembut punggung Jonah beberapa kali yang tingginya hampir sudah hampir mencapai tinggi Arabella. 

“Jam berapa Paman Peter akan menjemput?” tanya Jonah tidak sabar terasa sangat lambat.

“Sabar, sebentar lagi mereka pasti sampai,” jawab Arabella tertawa kecil melihat Jonah yang sangat antusias menunggu Peter dan Kimiko.

Tak sampai lima menit kemudian sebuah mobil RV berukuran sedang mendekat dan berhenti di depan rumah Arabella.

Jonah langsung berdiri dan berlari ke pagar, pintu depan RV (Recreational Vehicle/mobil karavan) terbuka dan terlihat seorang anak perempuan remaja mengenakan kaos tanpa lengan dengan celana jeans selutut turun.

“Kimi! Aku sudah menunggumu dari tadi!” seru Jonah ketika melihat Kimiko yang tertawa lebar mendengar sapaan Jonah.

“Kau sudah tidak sabar, ya?”tukas Kimiko dengan tawa lebar dan mata menyipit menyisakan segaris seperti bulan sabit.

Jonah mengangguk dengan kencang.

“Selamat pagi, Tante,” sapa Kimiko dengan sopan saat melihat Arabella berdiri di teras.

“Pagi, Kimiko. Apa kalian sudah siap? Apa di sana ada sinyal telepon, Kimi?” Arabella kembali melemparkan pertanyaan yang sudah beberapa saat berputar di benaknya.

Tiba-tiba pintu RV terbuka dan seorang lelaki tampan bergerak menuruni tangga RV. Sesaat Arabella terpana melihat lelaki itu bersinar di tempa cahaya matahari pagi yang cerah.

“Arabella Stuart? Saya Peter Jackson, ayah Kimiko,” sapa Peter ramah dengan senyum menghiasi wajah, sambil mengulurkan tangan pada Arabella yang termenung memandangi Peter.

“Ah, eh …. Maaf, iya, Arabella Stuart, senang berkenalan dengan anda,” jawab Arabella sopan dengan sedikit terbata dan akhirnya bisa menguasai keadaan.

Senyuman Peter kembali tersungging dari bibir tipis yang memesona itu.

“Mobil anda bagus,” puji Arabella sesaat tidak tahu harus berkata apa untuk mencairkan suasana yang kikuk.

 “Terima kasih. Aku dan Kimiko suka pergi berkemah, terkadang pergi memancing, jadi kami memerlukan mobil RV ini. Kau ingin melihat dalamnya? Cukup lengkap seperti rumah berjalan. Ada kamar mandi, dua kamar tidur dan juga dapur. Dilengkapi pengatur suhu penghangat dan pendingin ruangan. Jadi jangan khawatir Jonah akan kedinginan di malam hari ataupun kepanasan,” jelas Peter yang sudah mirip seperti sales kendaraan RV kepada pelanggan yang hendak membeli kendaraannya.

“Papa sudah seperti sales mobil!” tukas Kimiko begitu mendengar penjelasan ayahnya sambil terbahak.

Arabella dan Jonah ikut tertawa hingga membuat Peter menjadi salah tingkah.

“Tidak, terima kasih. Mungkin lain kali saya akan melihatnya, Peter. Setelah kalian pergi, saya harus segera ke kantor,” jelas Arabella dengan sopan.

Peter tersenyum lagi, ucapan Arabella terasa begitu formal di telinganya.

“Baiklah kalau begitu. Ayo, Jonah, naikkan barang bawaanmu,” tukas Peter sambil tertawa kecil dengan pandangan yang tidak beralih dari Arabella.

“Siap, Paman. Mama, Jonah pergi, ya?” pamit Jonah pada ibunya yang masih terpaku di depan RV berwarna beige itu.

“Ingat pesan Mama, Sayang. Hati-hati, jangan lupa kabari Mama,” pesan Arabella lagi hingga membuat Peter tertawa. Baru kali ini dia melihat seorang ibu melepas anak lelakinya dengan begitu banyak pesan.

Jonah mengangguk dan menaiki anak tangga RV lalu menghilang.

“Sampai nanti, Tante,” pamit Kimiko pada Arabella dan langsung menghilang di dalam RV menyusul Jonah.

Sekarang, hanya tersisa Peter dan Arabella yang masih berpandangan dan melempar senyuman di depan RV.

“Baiklah kalau begitu, aku permisi dulu, Arabella, senang bertemu dan berkenalan denganmu,” pamit Peter dengan senyuman yang membuat hati Arabella terenyuh.

Arabella mengangguk dengan senyum terkulum tidak tahu harus mengucapkan apa.

“Satu lagi Arabella, tidak perlu terlalu formal denganku. Aku menyukaimu,” bisik Peter mendekatkan bibirnya ke telinga Arabella sebelum berbalik menaikki tangga RV.

Arabella terdiam, jantungnya terasa berdebar dan berdetak lebih kencang dari biasa.

“Siapa dia?” tiba-tiba terdengar suara bariton bertanya dengan nada sedikit sinis membuat Arabella terlonjak dan segera berbalik ke arah suara itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status