Share

5. Makan Malam Romantis

Setelah selesai mendirikan tenda, tiba-tiba Peter teringat kedua bocah itu ke arah sungai! Air sungai akan pasang mulai tengah hari, tetapi air sungai itu berasal dari pegunungan yang jauh di belakang hutan dan kemarin hujan besar terjadi di atas gunung. Itu berarti debit air sungai akan segera naik.

Dia segera berlari ke arah sungai dan menemukan kedua bocah itu sedang asyik bermain air tanpa menyadari debit air sungai yang naik.

“JONAH, KIMI!!! Ayo cepat naik! Kalian tidak memperhatikan debit air sungai sudah naik sampai ke dada kalian!” seru Peter cepat dan membantu ke dua bocah yang masih terbengong mendengar teriakannya.

“Kenapa airnya bisa naik, Papa?” tanya Kimiko heran dengan kepala yang miring dan alis yang hampir menyatu.

“Iya, Paman. Kenapa airnya bisa naik? Tadi  tidak ada hujan?” tanya Jonah ikut heran.

“Kalian belum mendapat pelajaran tentang fenomena air di sekolah? Sudah sekarang kita kembali ke RV dan kalian harus segera mandi, kemudian makan siang,” putus Peter yang masih memperhatikan kedua bocah itu memakai kembali sepatu mereka dengan kaki yang basah.

Kimiko dan Jonah saling melemparkan pandangan. Mereka mengambil mata pelajaran science, tetapi belum sampai pada pengetahuan mengapa air sungai bisa naik? Sepanjang perjalanan kembali ke RV keduanya masih memikirkan kenapa air sungai bisa naik?

Setiba di RV, selagi Kimiko mandi, Peter mulai menyiapkan makanan untuk makan siang. Dia akan memanggang daging sirloin untuk steak yang akan dimakan dengan brokoli rebus dan kentang goreng.

“Apa yang akan Paman masak?” tanya Jonah saat melihat Peter menyalakan kompor satu mata dan menuang minyak sayur di wajan yang telah diletakkannya di atas kompor.

“Steak, apa kau suka?”

Peter tertawa begitu melihat binar mata di wajah bocah lelaki itu, tanpa menjawab pertanyaannya dia sudah tahu bocah itu menyukainya.

“Ada yang bisa kubantu, Paman?” Jonah menawarkan diri untuk membantu Peter menyiapkan makan siang untuk mereka.

“Tentu, kau bisa memanggang daging setelah aku menyalakan tungku panggangan,” jawab Peter dengan senyum menghias wajah.

Jonah langsung tersenyum senang mendengar jawaban Peter. Dia tidak diperbolehkan Arabella masuk ke dapur yang diyakini wanita itu berbahaya untuk bocah lelaki itu.

“Terima kasih, Paman,” jawab Peter senang.

“Tapi sebaiknya kau segera mandi setelah Kimi selesai, Jonah. Daging akan tetap di sana sampai kau selesai mandi,” tukas Peter tertawa kecil.

Jonah yang mendengar ucapan Peter langsung berlari masuk ke RV untuk melihat apakah Kimiko sudah selesai mandi atau belum. Dan beruntungnya dia, dia melihat Kimiko sedang menyisir rambut panjang sebahu di depan wastafel.

“Kau bisa mandi sekarang, Jonah. Aku sudah selesai,” tukas Kimiko yang melihat Jonah masuk ke RV.

“Iya, aku akan membantu Paman memanggang daging untuk makan siang kita. Aku senang sekali, Kimi!” seru Jonah gembira dan segera masuk ke kamar mandi berukuran setengah dari kamar mandinya di rumah. Tapi itu tidak masalah bagi Jonah. RV ini sudah seperti rumah berjalan baginya melihat semua yang ada di dalamnya. Ini pertama kalinya dia menaiki RV yang selama ini hanya ditontonnya di televisi.

KImiko tertawa melihat Jonah yang begitu gembira. Persahabatan mereka berdua di mulai saat mereka masuk ke taman kanak-kanak yang sama. Kemudian masuk ke sekolah dasar yang sama membuat keduanya semakin akrab. Kimiko sering bercerita tentang kehidupan keluarganya yang broken home. Orang tuanya berpisah saat Kimi ko duduk di kelas satu SD. Ibunya saat itu berselingkuh dengan mantan kekasihnya hingga hamil dan melahirkan seorang anak. Peter, ayahnya memilih berpisah secara baik-baik dan membagi hak asuh atas Kimiko dengan adil.

“Papa! Aku sudah mandi,” lapor Kimiko berdiri di anak tangga RV sambil melemparkan pandangan pada Peter yang sedang menggoreng kentang.

“Bagus, turun dan duduklah di sini. Kau ingin minum sesuatu? Papa sudah membuat lime juice, kau mau?” tanya Peter sambil memperlihatkan lime juice yang diletakkannya di dalam botol tinggi dua liter dengan banyak es batu di dalamnya.

“Aku mau! Pasti segar sekali, kapan Papa membuatnya? Kenapa tidak mengatakannya padaku, aku ingin bantu memerasnya, Pa,” gerutu Kimiko dengan mimik kecewa.

Peter tertawa, “Kau sedang mandi tadi. Lain kali Papa akan menunggumu, lalu kita peras bersama, oke?”

“Oke, Papa!” seru Kimiko bersorak senang. Dia senang sekali, karena Peter selalu menuruti apa pun yang diinginkannya selagi itu baik dan tidak membahayakan.

***

Arabella bersiap untuk pulang kantor setelah menyelesaikan meeting bersama seorang klien via telekonference.

“Ara, kau tidak membawa mobil? Ke mana Jonah? Apa dia tinggal di rumah sendirian?” tanya Grace Walts yang duduk di meja seberang.

“Tidak, dia pergi berkemah dengan teman karibnya sejak taman kanak-kanak dulu,”  jelas Arabella sambil mulai merapikan meja kerjanya.

“Ah … kau melepaskannya pergi? Jadi kau akan sendirian malam ini? Mau kutemani?” tanya Grace ramah.

“Tidak, tidak apa-apa. Nanti malam aku ada acara bersama teman, jadi tidak terlalu menyedihan seorang diri di rumah, Grace?” jawab Arabella tertawa.

“Hem … apa kau akan pergi berkencan?” tebak Grace lagi.

Arabella tertawa lebar.

‘Apa terlihat dari wajahnya kalau dia akan berkencan malam ini?’ pikir Arabella dalam hati sambil tetap tertawa menutupi dirinya yang salah tingkah.

“Jangan menggodaku, Grace,” jawab Arabella akhirnya karena Grace terus menggodanya.

Grace terbahak, “Baiklah, semoga kencanmu berhasil dan menyenangkan, Ara. Kau patut bahagia setelah kematian Robert lima tahun yang lalu.”

“Terima kasih, Grace,” ucap Arabella tulus. Bunyi pesan masuk di ponselnya memutuskan pembicaraannya dengan Grace. Arabella meraih ponsel yang tergeletak di sudut meja dan langsung membuka pesan.

‘Aku sudah di lobi’

Arabella tersenyum saat melihat pesan itu, dia tahu bahwa Joshua sudah menunggunya di bawah.

“Hem … dari senyumanmu itu … apa sang idola sudah menunggu di bawah?” tebak Grace dengan usil.

“Grace! Berhenti menggodaku, kau membuatku salah tingkah dari tadi,” seru Arabella terbahak sambil membenahi meja dan segera mengambil tas tangan. Grace ikut terbahak.

“Aku pulang dulu, Grace. Dan … sekali lagi berhenti menggodaku, dia bukan kekasihku, kami hanya teman,” ucap Arabella seraya melambaikan tangan dan dengan cepat menuju lift yang akan membawanya turun ke lobi sebelum Grace melemparkan candaannya yang akan membuatnya sakit perut karena tertawa.

Sampai di bawah, dia sudah melihat Joshua berdiri di depan meja resepsionis sambil melihat ke kanan dan kiri mencari sosok Arabella. Untuk sesaat Arabella merasa bahwa dia begitu istimewa. Dan senyum terkembang di wajah cantik dan ayu itu.

***

Sampai di Hampton Inn Eugene, mobil yang dikemudikan Joshua berhenti di depan lobi dan petugas valet membukakan pintu untuk Arabella yang kemudian dia menggandeng Joshua dan mereka berjalan menuju ruangan restoran tersendiri sesuai pesanan Joshua.

“Mewah sekali, Joshua?” tanya Arabella dengan pandangan mengelilingi ruangan yang hanya ada satu meja dan dua kursi, tiba-tiba Joshua berdiri di hadapannya dan memberikan sebuket bunga mawar merah yang melambangkan cinta dan kasih sayang.

“Apa ini?” tanya Arabella dengan jantung yang berdebar lebih kencang dari biasanya.

“Untukmu, Ara. Karena kau istimewa di dalam hatiku,” jawab Joshua perlahan, lalu medekat dan mencium pipi wanita itu dengan lembut sekali. Aroma vanila yang digunakan Arabella menguar semakin membuat Joshua terbuai.

“Terima kasih, Josh. Kau membuatku merasa cantik malam ini,” jawab Arabella mulai salah tingkah lagi seperti tadi sore saat Grace menggodanya.

“Kau memang cantik, Ara. Sejak pertama kali melihatmu saat makan malam perusahaan, aku sudah tertarik padamu. Tapi Robert di sisimu dan kau terlihat begitu bahagia bersamanya. Aku hanya bisa mengangumimu dari kejauhan. Tetapi, sepertinya Tuhan berbaik hati memberikan kesempatan untukku agar bisa bersamamu, Ara ….”

Degh! Jantung Arabella seakan berhenti sesaat mendengar kata demi kata yang diucapkan Joshua barusan.

Apa maksud ucapan Joshua? Tiba-tiba perasaan wanita itu menjadi tidak enak. Untunglah hidangan mulai diantarkan pelayan ke meja mereka. Untuk sesaat Arabella berusaha tidak mengindahkan perasaannya.

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jac
semoga, bukan gara-gara Joshua suaminya Arabela meninggal
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status